logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Seragam

Aku dan teman sekamarku berjalan, melewati lorong terang dengan nuansa putih ini. Lorong ini sepi, seperti tidak terlihat ada manusia lain yang tinggal di sini selain kami berdua.
"Mungkin nanti saat makan malam, aku bisa tau orang-orang seperti apa yang tinggal di sini," batinku ketika melihat pintu besar berwarna biru langit.
Pintu itu terbuka, menampilkan beberapa orang berpasangan hilir mudik di dalamnya dengan nampan-nampan berisikan makanan. Aku memiringkan kepalaku, menatap bingung orang-orang tersebut.
"Apakah mereka semua berpasangan?" tanyaku ketika melihat dua orang duduk saling berdampingan, dan berjalan saling beriringan.
"Iyah. Mereka semua sudah diatur dengan siapa mereka duduk di kelas, dengan siapa mereka tidur se kamar, dan dengan siapa mereka melakukan kegiatan di luar sekolah."
Aku memberhentikan langkahku, ketika mendengar penuturan dari pria bersurai hitam di sampingku. "Kau seperti sangat mengenali tempat ini."
Pria yang memperkenalkan dirinya dengan nama Ray itu tertawa, kemudian berjalan mendekat ke arah pengambilan nampan di atas meja pantry besi. "Iyah, karena aku sudah cukup lama mengenal tempat ini."
Aku menganggukkan kepalaku mengerti, kemudian berjalan di sampingnya, mengambil makanan-makanan yang tersaji di pantry tersebut.
Setelah mengambil makanan, Ray mengajakku untuk duduk di salah satu meja makan kecil yang hanya muat dua orang. Meja itu terletak di tengah-tengah ruangan. Aku menurut. Karena aku takut dengan jendela. Aku takut, ketika jendela terbuka dan petir bermunculan kepalaku akan berdengung kembali.
"Selamat makan," ujarnya yang mulai mengambil sendok. Aku mengikutinya, ikut memasukan nasi putih dan lauk daging kecap ke dalam mulutku.
"Mereka semua memakai baju putih," batinku sambil melihat ke kanan dan ke kiri memperhatikan orang-orang yang ada di dalam kantin ini.
"Ada apa Karin?"
Aku memiringkan kepalaku, memeriksa kembali baju apa yang sedang aku kenakan. "Apa itu, seragam sekolah kita?"
Ray menganggukkan kepalanya singkat. "Ada di lemari pakaian, aku lupa untuk mengingatkanmu memakai seragam. Maaf ya."
"Tidak apa-apa kok. Lagi pula ini kan hari pertama kita sekolah. Aku saja belum mengukur badan untuk baju seragam, mana mungkin berpikiran kalau ada baju seragam di lemari hehe." Aku menggelengkan kepalaku, lalu melanjutkan menghabiskan nampan makanan tersebut.
"Arghhh!"
Aku terperanjat kaget. Ketika mendengar suara teriakan dari ambang pintu dapur. Badanku otomatis berdiri, melihat apa yang terjadi di sana.
"Aku tidak mau!"
Teriakan tersebut berasal dari perempuan muda, dengan seragam lengkap asrama ini.
Keadaan perempuan itu kacau. Rambut hitamnya berantakan, bajunya lusuh seperti tidak disetrika, dan dia tidak memakai alas kaki apapun.
Aku melangkahkan kakiku maju, berinisiatif untuk menolong perempuan muda itu.
Aku menengokkan kepalaku ke belakang, menatap bingung kepada pria yang tengah menggenggam erat lengan kananku. "Duduklah, itu bukan urusanmu Karin."
Mataku melengkung ke bawah, aku sedih ketika melihat perempuan itu berteriak kencang namun tidak ada yang menolongnya.
"T-tapi ...."
"Sudah ada yang menolongnya, lihatlah." Ray menunjukkan jarinya ke arah laki-laki dengan seragam putih juga, merangkul perempuan muda yang berteriak keras itu.
Aku menghela napasku lega, memperhatikan kedua insan tersebut yang kian menghilang di balik pintu kantin.
"Syukurlah ternyata ada yang menolongnya," ujarku seraya kembali duduk di kursi makan.
Ray tersenyum, kemudian menyuap makanannya kembali. Aku ikut makan, dengan mata yang masih fokus memperhatikan sekitar.
Suasana kantin ini kembali sepi.
Ah maksudku memang sepi sejak awal. Kalau bukan karena perempuan yang berteriak tadi, mungkin tidak akan ada suara apapun selain dentingan alat makan.
"Kalau dipikir-pikir, saat tadi perempuan muda itu berteriak ... semua orang yang ada di sini hanya diam saja. Tidak bergerak sedikitpun. Apa mereka, tidak memiliki rasa simpati?" pikirku bingung.
***
Aku melangkahkan kakiku santai, saat kembali melewati lorong terang berwarna putih ini. Aku bersenandung pelan, sambil menatap ke sekeliling.
Tatapan mataku terhenti, ketika melihat pria bersurai hitam yang tengah berjalan beriringan di sebelahku.
Jika dilihat-lihat ternyata pria di sampingku ini pendiam. Dia tidak banyak bicara, tidak mengajakku bercanda atau bergurau juga, dan berbicara ketika aku bertanya atau ketika ada hal yang penting saja.
Kedua kaki kami berhenti. Ketika sampai di depan ruangan kamar bernomor 404. Itu adalah kamar kami berdua. Tangan besar Ray sigap, membuka pintu tersebut mendorongnya perlahan.
"Selamat datang," ujarku masuk, kemudian berjalan mendekati lemari putih di samping jendela.
Lemari di ruangan ini ada dua. Dua-duanya berwarna putih, yang satu di samping kiri jendela, dan yang satu lagi di samping kanan.
Aku membuka lemari putih di samping kanan jendela. Senyuman kecilku tercetak, ketika melihat seragam berwarna putih, dengan rok selutut. Seragam yang mirip dengan orang-orang tadi di kantin.
"Imutnya," ujarku dengan tangan kanan yang mengambil seragam yang menggantung itu.
"Aku ingin mencobanya!" seruku kemudian melangkah maju menuju kamar mandi.
Pria bersurai hitam itù menghalangi jalanku. Kedua tangannya dia rentangkan, sehingga terlihat bahwa ia tidak memperbolehkan aku untuk melangkah lebih jauh lagi.
"Kenapa?"
Dia menurunkan tangannya, tersenyum kecil dengan kedua tangan yang dilipat di dada. "Tidak perlu dicoba. Pasti muat kok."
Aku mengerutkan alisku bingung, bertanya pada pria tersebut. "Bagaimana kau tahu? Aku saja baru pertama kali melihat seragam ini."
"Kalau begitu, kau juga. Bagaimana bisa tahu itu lemarimu? Padahal kau baru pertama kali berada di sini."
Aku diam membeku. Otakku berpikir, dan menyetujui apa yang yang dia katakan.
"Benar juga, dari mana aku tahu itu lemariku?"

Comentário do Livro (47)

  • avatar
    AqilMuhammad

    I so like it and its the novel

    1d

      0
  • avatar
    Dimaspryoga

    NOVEL NYA SANGAT BAGUS

    22/07

      0
  • avatar
    AdiAfriadi

    yes

    18/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes