logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Rey & Gengsinya

Rey melemparkan sapu dan lap pada Rasyel yang tengah menonton tv. "Jangan cuma enak-enakan tinggal dirumah gue."
Rasyel mendecak, ia mengambil sapu dan lap yang Rey lemparkan. "Ngasihnya bisa baik-baik nggak sih?"
"Nggak!"
Rey memegang dagu Rasyel, mendekatkan wajahnya, "Lo bersihin semua ruangan disini, lo tinggal disini itu bukan untuk enak-enakan.
Rasyel dengan keras menepis tangan Rey. Ia segera meninggalkan Rey.
Rasyel mulai membersihkan dari bagian kamar mandi, dan sekitar dapur. Setelah selesai, Rasyel berpindah lagi untuk membersihkan kamar-kamar. Menyapu dan lap meja serta barang-barang yang ada Rasyel lakukan.
Rey terus memantau Rasyel bak mandor yang tengah melihat pekerjaan anak buahnya.
"Lama banget sih lo bersihinnya," oceh Rey.
Saat Rasyel tengah mengelap meja, Rasyel tidak sengaja menyenggol vas buka yang berada diatas meja.
Prangg! Vas buka tersebut jatuh dan pecah. Kedua mata Rey membulat saat vas bunga miliknya pecah.
Rey segera menghampiri Rasyel dan menariknya. "Lo buta apa gimana sih? Masa vas bunga segede itu nggak lo lihat," marah Rey.
Tangan Rasyel yang gemetar membuat Rasyel tidak sengaja menyenggol vas bunga tersebut.
Rasyel hanya bisa terdiam saat Rey memarahinya. Tangan Rasyel gemetar semakin kencang, ia terus meremas-remas jarinya agar Rey tidak melihatnya.
Brakk! Rey melampiaskan kemarahannya dengan menendang kursi yang berada di dekatnya. Rey segera mengambil kunci mobil dan pergi.
Rasyel hanya menangis saat diperlukan kasar oleh Rey. Tak ada yang bisa Rasyel lakukan, hanya bisa diam dan menunggu ada sebuah keajaiban yang bisa membuat Rey berubah.
*****
Rey duduk disalah satu coffee shop sembari mengaduk-aduk secangkir kopi yang berada dihadapannya. Tanpa Rey sadari ada dua orang wanita yang sedari tadi memperhatikannya.
Kedua wanita itu terlihat berbisik-bisik. "Ganteng banget," ucap salah satu wanita.
"Ajak kenalan yuk," ucap wanita lain.
Akhirnya kedua wanita itu memutuskan untuk mendekati Rey dan duduk bersama dengan Rey.
"Hai," sapa wanita tersebut.
Rey hanya melihat kedua wanita itu dengan sinis.
"Hai, kenalin aku Jihan," ucap saah satu wanita seraya memainkan rambutnya.
"Hm."
"Kamu sendirian aja nih?" tanya Jihan seraya memajukan badannya agar bagian belahan dadanya terlihat oleh Rey.
Rey mengedarkan pandangannya, enggan untuk melihat kedua gadis yang duduk di depannya.
Jihan memegang tangan Rey, mengelusnya dengan lembut. "Kalau kamu mau, boleh kok kalau kita ngobrol-ngobrol kecil dulu di hotel, biar saling kenal."
Rey tersenyum miring, tangannya melepas tangan Jihan dengan kasar. "Gue nggak tertarik kenalan sama lo."
Jihan dan temannya mematung sejenak, baru kali ini ada sosok laki-laki yang menolak untuk berkenalan dengannya.
"Aku cantik, kamu nggak nyesal kenal sama aku."
"Istri gue jauh lebih cantik dari lo," ucap Rey.
"Ha? Istri?" Kaget Jihan dan temannya.
"Lo pasti bohong kan? Biasanya cowok pura-pura udah nikah," ucap teman Jihan.
Rey menunjukkan cincin nikah yang melingkar di jari manisnya. "Gue udah nikah, istri gue jauh lebih cantik dari lo."
Mulut Jihan dan temannya terbuka dengan sempurna. Ia tidak menyangka jika Rey sudah menikah.
Rey bangkit, tapi sebelum ia pergi meninggalkan Jihan dan temannya, Rey berkata sesuatu, "Gue kasihan ya sama cowok yang nantinya akan jadi suami lo saat tau kelakuan lo yang suka godain cowok."
Jihan ikut bangkit, ia tidak terima dengan ucapan Rey barusan. "Lo kan bisa selingkuh dari istri lo!" ucap Jihan keras.
Rey menghentikan langkahnya, lalu menoleh, "Sejahat apapun gue, gue nggak pernah ada niatan buat selingkuh, karena menurut gue, satu kali gue sebut nama istri gue pas ijab qabul, disaat itulah dia akan jadi yang pertama dan terakhir." Rey kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan Jihan dan Temannya.
Saat di dalam mobil Rey melihat cincin nikahnya, entah kenapa rasanya begitu senang saat memamerkannya pada orang lain.
Mengingat perlakuannya tadi pada Rasyel, Rey segera menancap gas dan pulang.
*****
Rey membuka pintu rumahnya perlahan, ia melihat Rasyel yang tidur sofa. Rey menghela napasnya seraya mengelus rambut Rasyel dengan pelan. "Lo pasti nunggu gue."
Rey segera menggendong tubuh Rasyel dan membawanya ke kamar Rasyel. Dengan sangat hati-hati Rey membaringkan tubuh Rasyel di tempat tidur.
Rey menarik selimut dan menutupi tubuh Rasyel. Mungkin perlakuan Rey hari ini sangat kelewatan pada Rasyel, tapi rasanya sangat sungkan untuk meminta maaf padanya.
*****
Tin.. tin..
Sebuah mobil HRV berwarna putih terparkir di depan rumah Rey saat Rey mengintip dari balik jendela.
"Mas, aku berangkat ya," pamit Rasyel.
"Hm."
Rey masih merasa bingung, apa mungkin Rasyel memesan taksi online untuk pergi ke kantor? Biasanya yang Rasyel pesan adalah ojek online.
Rey terus mengintip, ia melihat seorang laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna hitam keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil untuk Rasyel sebuah senyuman yang menyapa gadis itu.
Rasyel membalas senyum Riza dan segera masuk ke dalam mobil, karena mereka berdua ada kunjungan pekerjaan ke daerah Bandung yang mengharuskan mereka berdua berangkat bersama.
Rey mendecak, kenapa bisa Riza menjemput istrinya? Apakah Riza tidak menghargai Rey sebagai suami Rasyel?
Rey segera mengambil ponselnya, berniat untuk menelpon Rasyel, namun ia urungkan kembali. Jika ia bertanya pada Rasyel kenapa Riza menjemputnya? Nanti pasti Rasyel akan mengira kalau Rey cemburu, tapi jika tidak ditanya Rey semakin penasaran.
"Nggak! Nggak! Gue nggak boleh nelpon, nanti Rasyel pasti kepedean!" ucap Rey sendiri.
*****
Rey terlihat tidak fokus saat meeting dengan para karyawannya. Saat karyawannya bertanya apakah ada yang ingin ditambahkan oleh Rey, ia hanya diam.
"Maaf pak, apakah ada yang ingin ditambahkan lagi?" tanya salah satu karyawan.
Melihat Rey yang terus melamun, Deff menendang kaki Rey untuk menyadarkan pria itu.
"Ha? Kenapa?"
"Maaf pak, apakah ada yang ingin ditambahkan lagi mengenai meeting kita hari ini?"
"Tidak. Cukup."
Para karyawan mengangguk mengerti.
"Raline, tolong semua meeting kamu handle hari ini, kalau emang kamu nggak bisa, batalin aja. Saya mau pulang cepat," perintah Rey.
Para karyawan yang berada di ruang meeting terkejut mendengar penuturan Rey. Sejak kapan seorang Reyazka Pradipta tidak ikut meeting. Mulai dari meeting kecil hingga meeting yang sangat penting Rey selalu ikut, karena bagi Rey itu adalah profesional kerja. Lantas mengapa Rey tiba-tiba menjadi seperti ini?
"Maaf Pak, biasanya bapak selalu ikut meeting, kenapa tiba-tiba menyerahkan kepada saya, bahkan bapak minta dibatalkan?" tanya Raline penasaran.
"Saya hanya butuh istirahat aja," jawab Rey dingin.
Deff menahan tawanya, pasti ada sesuatu yang membuat Rey jadi seperti ini.
Setelah meeting selesai, Rey langsung bergegas mengambil kunci mobilnya dan pergi, namun ia tertahan oleh Deff yang berada di depan pintu ruang kerjanya.
"Buru-buru banget, mau kemana sih?" tanya Deff.
"Bukan urusan lo!"
Deff tersenyum penuh arti. Deff mendekati Rey, "Pasti ada sesuatu nih yang bikin lo nggak fokus meeting."
"Kenapa? Rasyel kenapa? Marah sama lo? Atau Rasyel jalan sama cowok lain?" pancing Deff.
Rey terdiam, ia tidak merespon apapun ucapan Deff, melainkan hanya menatap sinis pria itu.
"Kalau lo dingin terus ke Rasyel, jangan salahin Rasyel kalau dia nyari kehangatan di orang lain," ucap Deff memanasi Rey.
"Sok nasehatin gue, lo sendiri aja nggak punya pasangan," ucap Rey yang mampu membuat Deff tidak berkutik sama sekali.
*****

Comentário do Livro (121)

  • avatar
    SuryadiMuhamad

    bagus

    4d

      0
  • avatar
    KyyyKyy

    bagusss bangttt

    10d

      0
  • avatar
    Candra Muchammad

    Si rey songong amat

    14d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes