logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

TERKEKANG

CHAPTER 8 TERKEKANG
Rania merapikan kemejanya dengan satu tangan sementara satu tangannya yang lain mendekap erat buku-buku tebal di dadanya. Untunglah ia tidak terlambat. Jarak apartemen pria itu dengan kampusnya lumayan jauh dan harus melewati gedung-gedung perkantoran serta beberapa pusat perbelanjaan yang padat hingga seringkali macet tanpa mengenal waktu.
“Rania!” tampak Sully melambaikan tangan ke arahnya lalu berlari kecil dan memeluk Rania dramatis. “Pagi Rania sayang.”
“Lebay deh.”
“Btw, lo semalam nggak pulang ke kost? Apa sudah belah duren lo?” bisiknya seraya mengedipkan sebelah mata.
Rania mengangkat bahu, berjalan masuk ke dalam kelas mereka sebelum Sully semakin kepo dengan semua pertanyaannya.
“Gue bisa bayangin. Pasti om Arez hot banget, ya kan?”
Rania berdecak. Mendengar nama om-om mesum itu disebut seketika membuat wajahnya memerah. Ia meradang ketika adegan di mana pria itu melumat bibirnya kembali terlintas.
Sial.
Ia harus merelakan kehilangan keperawanan bibirnya meski setelah itu terbayarkan dengan pundi-pundi rupiah yang menggemukkan rekeningnya.
“Jijik gue.”
“Ih, jahat banget sih lo! Gue kan jadi kepo!” Sully memajukan bibirnya, cemberut, “Andai cowok gue seperti om Arez, udah ganteng, hot, kaya, baik, nggak banyak tingkah, nggak banyak omong. Pasti sempurna hidup gue, Ya Tuhan.”
Rania mendengkus. Seketika ocehan Sully menghilang, dan yang ia dengar berulang kali hanya bagian tak banyak tingkah dan tak banyak bicara. What the hell?
Ia hanya bisa mencibir karena otaknya benar-benar tidak bisa menerima dua pujian yang dikeluarkan oleh bibir Sully itu.
“Stt… berisik! Pikirkan saja ujian hari ini, S-u-l-l-y!” Rania menghela napas, berusaha mengenyahkan pikirannya dari om-om mesum yang sudah merusak moodnya hari ini.
Gadis itu segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk ujian lalu menghempaskan pantatnya di sana tanpa memedulikan Sully yang mengekor di belakangnya.
Ya, percaya atau tidak, sejak zaman dahulu sampai sekarang posisi waktu ujian menentukan prestasi masa depan, bukan? Entah teori dari mana tapi selalu diterapkan dari tahun ke tahun. That’s stupid, tapi tetap dilakukan.
“Ra…."
“Hm,” Rania memutar bola matanya malas lantas bertopang dagu dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya mengambil kotak pensil yang terdapat di dalam tas yang ada di atas meja.
“Tumben lo datang pagi? Biasanya lo selalu telat kalau nggak gue bangunin?”
“Bagus dong berarti gue ada perubahan,” Rania melengos, sedikit membetulkan kerah atasan hitam polosnya yang terasa mencekik leher. Bergaya turtle neck.
“Apa jangan-jangan semalam lo dianggurin? Atau servisnya kurang oke sampai lo nggak ada gairah hidup seperti ini? Nggak terpuaskan lo?” Sully tersenyum lebar ikut-ikutan bertopang dagu seraya menatap wajah Rania dengan menaikturunkan alisnya, menggoda.
“Sully! Berisik! Bisa nggak sih lo nggak bahas masalah itu sekarang?”
“Shhht.”
Rania mengangkat sebelah alisnya.
Sully yang ada di sebelahnya tiba-tiba menyenggol lengannya pelan, dia memberikan kode ke arah samping kiri dengan dagunya.
David, lelaki itu berjalan dengan tegap dan mengambil duduk di sebelah Rania dengan tampang datarnya yang seperti biasa.
Rania menahan napas, menatap David yang selalu sukses membuatnya berdebar sejak pertama kali bertemu.
Lelaki itu memang tidak sempurna, tidak setampan Zayn Malik, dan tidak semacho Nick Batteman. Karena pada kenyatannya tubuhnya kurus meski tidak kerempeng serta seringkali hanya dibalut kemeja kotak-kotak yang sedikit gombrong. Namun kepandaiannya dalam semua mata kuliah menjadi daya tarik lebih untuk kaum hawa –di fakultas hukum ini— memujinya, termasuk Rania.
“Hai Dav, lo udah belajar tentang perkembangan kasus kemarin?” tanya Rania membuka percakapan. Tidak ingin menyia-nyiakan duduk di sebelah cowok tampan meski jika disandingkan dengan Arez, David tidak ada apa-apanya, walau mereka memiliki keistimewaan masing-masing.
“Sudah.”
“Menurut lo?”
David tersenyum tipis sebelum menjawab, “Menurut gue, pertimbangan tiap unsur pasal 340 KUHP harus dibuktikan secara menyeluruh. Secara umum, jenis kasus pembunuhan itu kan ada tiga macam. Pembunuhan berencana, pembunuhan yang disertai tindak pidana lain, misalnya niat mencuri, tapi korban memergoki dan akhirnya dihilangkan nyawanya, serta pembunuhan tidak berencana. Tapi untuk kasus yang diberikan Pak Bagas, orang itu membunuh karena membela diri, itu harus sangat-sangat selektif untuk menerapkan pasal 338 KUHP. Misalnya korban sudah tidak ada kesempatan lain, maka dia akan melawan semaksimal mungkin, sampai pelaku meninggal dunia, itu pun harus benar-benar dibuktikan di persidangan karena terkadang tidak ada saksi ataupun kalau ada saksinya hanya dari keluarga korban.”
Rania bengong. Satu pertanyaan dan jawabannya sangat panjang seperti rentetan gerbong kereta api Billitron Iron One Train yang terpanjang di dunia.
“Gitu ya?”
“Ya. Kalau masih bingung tanyain aja?”
Rania mengangguk, pura-pura tidak mengerti, “Gue masih bingung bedanya alat bukti sama barang bukti, Dav.”
Satu sikutan keras mengenai perut Rania membuatnya mendelik pada Sully yang ada di sampingnya.
“Apa?” Rania menaikkan sebelah alisnya. “Gue lagi discuss.”
“Pak Bagas nggak jadi ujian Ra! Kita bebas hari ini, Yes… Yes… Yes!” Sully berteriak histeris. Larut dalam euphoria kebanyakan mahasiswa yang mempraktikkan sistem kebut semalam dalam ujian.
Rania menopang dagu dengan malas, membiarkan keributan di kelas gara-gara pengumuman di grup chat mereka jika sang dosen berhalangan hadir dan ujian hari ini ditangguhkan.
Hilang sudah mood Rania untuk berada di kelas lebih lama. Ia bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkan kelas, diikuti Sully yang berteriak sambil mengejarnya.
“Pagi Rania.”
“Rania cantik.”
“Hai Rania.”
“Kak Rania cantik banget.”
Rania menyibak pelan rambut panjangnya. Ia berjalan anggun dengan kepala terangkat seraya menebar senyum tipis menikmati panggilan penuh kekaguman yang di arahkan kepadanya dari beberapa mahasiswa.
Jujur, terkadang ia juga sedikit bangga dan sadar akan ketenarannya sebagai primadona kampus. Namun sayang, dulu, kecantikan dan isi dompetnya tidak pernah berjalan lurus.
“Wow! Cantik banget lo, Ra,” Doni dari fakultas Teknik memuji Rania saat lewat di dekatnya.
Rania hanya tersenyum manis, tidak berniat membantah pujian tersebut.
“Gue boleh nggak nraktir lo minggu depan?”
“Sorry, gue….”
“Lo chat aja di mana tempatnya, kita pasti datang kok.” Sully tiba-tiba menyerobot, “Ya kan, Ra?”
“Lo aja kali. Bukan gue,” Rania mengembungkan pipinya sebal. Ia ingat salah satu poin pada perjanjiannya dengan Arez. Harus meminta izin terlebih dahulu pada pria itu kemana pun ia pergi. Masalahnya, apakah pria itu akan mengizinkan?
Drrt-drtt-drrt.
Kedua alis cantik Rania bertaut. Ponsel yang ia simpan di dalam tas bergetar kuat. Rania buru-buru mengambilnya, ia terdiam begitu melihat nama yang tertera di layar.
Mas Arez.
Shit. Sejak kapan nama pria itu berubah? Perasaan ia save nama om-om temannya Sully?
“Ra?” Sully membuyarkan lamunan Rania. “Siapa?”
“Sebentar, bapak gue telepon,” gumam Rania lesu. Dia tidak sepenuhnya berbohong. Di kampungnya, pria seusia Arez sudah jadi bapak-bapak beranak dua.
Sully mengangguk, lalu asyik berbincang dengan Doni.
“Halo?”
“Kamu pulang jam berapa?” suara lain yang bukan milik Sully maupun Doni terdengar. Bak tiupan udara dingin dari Antartika, suara bariton itu langsung menyapa indra pendengarannya, tanpa basa basi seperti biasa.
Rania mendengkus, “Entahlah. Aku masih ada ujian.”
“Jangan bohong. Bukankah ujian kamu ditunda?”
Rania menggigit bibir bawahnya, “Bagaimana kamu bisa tahu? Kamu menata-matai aku?”
“Bodoh! Aku penyumbang dana terbesar di kampusmu. Aku tahu semua yang terjadi di kampusmu jika aku mau.”
Rasa khawatir di hati Rania kian menjadi. Fix, kebebasannya sudah terenggut. Apa mungkin Arez mengawasinya diam-diam di suatu tempat yang ia tidak tahu? Sementara dirinya tidak tahu apa-apa tentang pria itu.
“Rania.”
“Ya?” Rania menjawab dengan bola mata bergulir ke atas.
“Dalam tiga puluh menit, datang ke kantorku sekarang! Tanpa bantahan!”
*****

Comentário do Livro (1014)

  • avatar
    PatimahSiti

    oke

    12/08

      0
  • avatar
    SetyaY tri sunu

    bagus

    06/07

      0
  • avatar
    Seind Rz

    bagus

    23/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes