logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 4

Pagi hari tanpa sepengetahuan Queenza. Raja dan salah satu sahabat yang merupakan rekan bisnisnya mengunjungi daerah tempat tinggal sang adik. Dia menghentikan mobil tepat di depan rumah seseorang yang berjualan aneka makanan.
“Rumahnya yang mana?” tanya sahabat Raja yang bernama Arkha itu, sama seperti Queenza yang bersahabat dengan Amora sejak kecil, pun dengan Raja yang bersahabat dengan Arkha sejak sekolah, bahkan mereka kuliah di luar negeri bersama membuat hubungan mereka kian dekat. Dibanding Raja yang bertubuh sedikit lebih besar darinya dengan otot yang menonjol di lengannya. Arkha terlihat lebih kurus, namun ketampanannya tetap mempesona. Rambutnya dipapas rapih, tatapan matanya tajam dengan hidung yang mancung. Warna kulitnya lebih terang dari Raja. Mereka berdua seharusnya sudah dalam perjalanan ke Bandung untuk mengikuti pertemuan para pengusaha muda. Namun Raja mengajak Arkha singgah ke suatu tempat terlebih dahulu.
Arkha mewarisi perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang otomotif, sementara perusahaan Raja bergerak di developer.
“Tuh yang kumuh!” ujar Raja, mereka berdua duduk di kursi penumpang. Sementara seorang sopir yang membawa mereka hanya terdiam menuruti perintah.
“Sepertinya semua rumah di sini kumuh. Bisa-bisanya Queen menikahi orang seperti itu, haduh!” cebik Arkha yang memang merasa patah hati karena mengejar Queen sejak SMA namun tak pernah dipandang serius oleh adik dari sahabatnya itu.
“Entahlah, turun dulu yuk, cari tahu,” ajak Raja.
“Masih ada waktu setengah jam,” tutur Arkha seraya melihat jam tangan mahalnya.
Raja mengajak Arkha turun dan menuju penjual gorengan yang sudah renta itu. Mereka duduk di kursi panjang menghadap nampan berisi aneka gorengan.
“Sarapan,” ujar sang nenek menawari dagangannya.
“Jual apa aja Nek?” tanya Arkha, sementara Raja menatap belakang rumah yang dia tahu kediaman Danu.
“Ini nenek cuma bikin gorengan, biasanya ada nasi uduk tapi badan lagi kurang enak,” ucap sang nenek seraya tersenyum memamerkan giginya yang ompong.
“Nek,” panggil Raja membuat nenek itu menoleh ke arah Raja.
“Nenek kenal Danu? Nah istrinya namanya Queenza,” ujar Raja.
“Oh menantu itu, ada apa?” tanya sang Nenek. Raja memajukan tubuhnya.
“Saya beli semua dagangan nenek, tapi kalau nanti nenek lihat menantu itu ke luar nenek kasih beberapa gorengan ya, jangan terlalu banyak nanti dia curiga,” ujar Raja.
“Kamu siapanya?”
“Saya, ehmm saya kenalannya, tapi nenek rahasiain ini ya, ini saya kasih uang lebih untuk nenek, besok-besok nenek bisa kasih lagi, nanti saya ke sini lagi,” ucap Raja seraya mengeluarkan cukup banyak lembaran merah dari dompetnya. Tangan nenek itu gemetar menerima uang yang jumlahnya cukup banyak tersebut.
“T-tapi ini banyak sekali, Nak,” ucap nenek itu dengan mata berkaca.
“Enggak apa-apa, baik-baik ya nek sama Queen,” ucap Raja seraya beranjak, namun nenek itu memegang tangan Raja, “tunggu sebentar,” ujarnya.
Nenek membungkuskan beberapa pisang goreng untuk Raja yang menerimanya dengan bingung.
“Di makan, ini sisa gorengannya mau diapakan? Bungkus semua ya?” ucap nenek itu. Raja menerima bungkusan itu sementara Arkha hanya tersenyum simpul, tak pernah dia lihat Raja memegang bungkusan berisi gorengan yang mungkin harganya sangat murah itu.
“Buat bagi-bagi saja,” jawab Raja seraya menunduk sopan, lalu dia mengajak Arkha pergi dari tempat itu.
“Cie perhatian sama adik!” ujar Arkha ketika mereka berdua masuk ke dalam mobil yang membawa mereka pergi ke kota lain.
“Ish, biar bagaimana pun dia adikku, tahu!” cebik Raja, mengambil satu pisang goreng dan mencobanya, minyaknya terlalu banyak hingga dia harus mengambil tissue untuk mengalasinya, namun rasanya cukup enak. Arkha yang melihat Raja menikmati potongan pisang goreng itu pun ikut menyantapnya.
“Enak juga,” kekeh Arkha, Raja hanya tersenyum namun sepersekian detik matanya kembali redup, dia tidak bisa membayangkan kehidupan sang adik di keluarga itu, dia hanya berharap keluarga Danu memperlakukan adiknya dengan baik, jika tidak! Bisa dipastikan dia akan memberi hukuman yang setimpal untuk Danu dan keluarganya!
Sama seperti permintaan Raja, maka nenek itu pun mencari kesempatan untuk bisa memberikan pisang goreng ke Queenza yang sedari tadi terlihat mencuci pakaian.
***
Dua jam lebih Queenza mencuci, tangannya membiru dan keriput terlalu lama terkena air. Kini tiba giliran dia menjemur, dia melihat tali panjang di belakang rumah Danu, dia tahu gunanya untuk menjemur, namun dia bingung bagaimana caranya? Terlebih Danu dan orang tuanya serta Tia tidak berada di rumah, satu jam lalu mereka bilang akan pergi karena ada urusan. Sementara Reno adiknya sedang tidur, tak enak jika membangunkannya.
Queenza mencoba meletakkan satu persatu baju ke tali jemuran hingga lewatlah seorang ibu muda yang menuntun anaknya yang berseragam sekolah dasar.
“Eh eh bukan begitu,”  ujarnya membuat Queenza menghentikan gerakannya, Queenza tersenyum tidak enak ketika wanita itu menghampirinya, tangan yang tadi digunakan menggandeng anaknya itu dilepaskannya.
“Belum pernah jemur ya?” tanyanya sedikit sinis, namun Queenza merasa dia tidak terlihat jahat seperti suara yang didengarnya.
“Iya,” jawab Queenza malu.
“Nih seperti ini, diperas dulu, terus ini kan ada gantungan baju, pakai gantungan biasanya bude kalau jemur baju,” ucap wanita itu seraya mencontohkan cara menjemur pakaian. Queenza mencoba satu pakaian lalu menjemurnya, lalu dia mengambil dalaman. Dan melihat ke arah ibu muda itu.
“Kalau dalaman di jemur di jemuran lingkaran itu, diperas dulu agar enggak berat, saya tinggal ya,” ucap wanita itu seraya tersenyum.
“Makasih, Mbak,” jawab Queenza.
“Panggil aku mama Dafi, mbak juga enggak apa-apa sih, rumahku di sana, yuk,” ucap ibu Dafi itu. Queenza berterima kasih sekali lagi lalu dia mulai menjemur kembali hingga selesai, pinggangnya terasa sangat capek, perutnya kembali lapar, ganjalan dua pisang gorengnya ternyata tidak bertahan lama.
Queenza masuk ke dalam, hanya ada nasi dan tempe goreng, dia pun melahapnya rasa lapar mengalahkan segalanya saat ini.
***
Danu dan ke dua orang tuanya serta Tia sedang berbelanja di salah satu mall, bukan mall besar nan mewah seperti di pusat kota, mall ini terletak di dekat pasar tradisional sehingga banyak orang yang belanja di pasar sekaligus ke mall atau sebaliknya.
Mereka memilah-milah pakaian untuk mereka, hasil dari uang undangan kemarin yang ternyata jumlahnya cukup banyak.
“Bu, sepertinya kita enggak boleh terlalu kejam sama Queen sekarang ini deh,” ujar Danu, mengambil satu kemeja untuk pakaian kerjanya dan mematutnya di cermin.
“Kenapa? Jangan bilang kamu mulai suka sama dia?” ujar sang ibu. Danu menggeleng dan berdecih.
“Enggak lah! Ibu belum puas lihat dia tersiksa kan? Kalau kita terlalu kejam sekarang, aku khawatir dia benar-benar melarikan diri, padahal dendam ibu belum terbalaskan sepenuhnya, kita ulur waktu sampai dia benar-benar enggak bisa melarikan diri lagi,” ucap Danu.
“Terserah, ibu akan berbuat sesuka hati ibu,” ujar sang ibu.
“Aku juga!” imbuh Tia, sementara sang ayah hanya melihat-lihat pakaian dan sesekali memasukkan ke kantung belanjaan khusus mall tersebut.
“Ya sudah kalau gitu, aku aja yang sedikit baik sama dia, seenggaknya dengan begitu dia enggak akan curiga sama kita,” ucap Danu.
“Jangan terlalu baik juga, nanti kamu tergoda,” ujar sang ayah membuat Danu menganggukkan kepalanya.
“Mas, habis ini kita makan yuk, lapar, ibu kan cuma goreng tempe di rumah!” ujar Tia. Danu merangkul adiknya yang paling disayanginya.
“Iya, setelah ibu cari baju untuk Reno dan Dandy juga,” suruh Danu yang disetujui ibunya dengan senyum sumringah. Sementara dia menuju pakaian wanita dan mengambil beberapa potong baju terusan yagn harganya sedang diskon sehingga cukup murah. Queenza pasti enggak akan mengadu yang tidak-tidak ke keluarganya. Danu memegang rahangnya, masih teringat pukulan Raja, kakak Queenza terhadapnya beberapa bulan lalu, hanya karena ingin memisahkan hubungan mereka berdua dan menaruh kecurigaan yang tak berdasar. Padahal mungkin feeling kakak Queenza benar, hanya gadis itu saja yang terlalu bodoh.
***
Queenza cukup kaget kita mendengar suara orang membuka pintu kamar, dia ketiduran tadi karena terlalu lelah. Danu masuk dan membawa banyak plastik yang diyakini merupakan pakaian. Dia menyodorkan satu plastik ke Queenza.
“Ini apa, Mas?” tanya Queenza.
“Baju buat kamu pakai sehari-hari,” jawab Danu seraya memindahkan belanjaannya ke dalam lemari miliknya. Queenza tersenyum lebar, membuka plastik itu dan melihat tiga potong baju terusan, juga dua piyama tidur, yang meskipun dari segi kualitas tentu berbeda jauh dengan pakaian yang dia kenakan sehari-hari, namun dia sangat senang karena Danu memperhatikannya.
“Oiya, di plastik itu ada makanan untuk kamu, makan di kamar aja,” tunjuk Danu ke arah salah satu kantung kertas berlogo yang sangat Queenza hapal. Mata Queenza membelalak, senyumnya tampak semakin lebar ketika dia membuka kantung kertas tersebut. Ada ayam tepung yang sangat disukainya, lengkap dengan kentang goreng juga nasi, bahkan ada es krim yang dia sukai meskipun sudah agak mencair.
“Mas Danu, terima kasih,” ujar Queenza seraya berdiri dan memeluk Danu dari belakang. Danu hanya terdiam, menatap nanar pada lemarinya. Lalu dia mengembuskan napas dan mengatur wajah sedemikian rupa agar terlihat tersenyum dengan tulus, dia membalik tubuh dan membiarkan sang istri memeluknya tanpa membalas pelukannya.
“Sudah cepat makan, nanti dingin,” tutur Danu. Queenza mengangguk dan menatap mata Danu dengan senyum sumringah, sejak tadi dia berdoa, berharap Danu kembali seperti dulu, dan sepertinya Tuhan mengabulkan doanya, Danu kembali seperti Danu yang dia kenal dan dia berharap Danu akan seperti itu selamanya, karena seberapa berat pun beban yang ditanggungnya, selama Danu tetap menjadi sosok Danu yang dicintainya. Dia akan kuat menghadapinya.
Karena ada Danu!
Tanpa dia tahu, sosok pria itu tetaplah Danu yang brengsek yang hanya ingin membalaskan dendam ibunya, juga menikmati setiap gairahnya yang bisa tersalurkan ke pada wanita yang makan dengan lahap di hadapannya ini! Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui kan? Entah siapa yang akan sadar lebih dahulu? Queenza dengan kebodohannya kah? Atau Danu dengan amarahnya yang sebenarnya tidak seharusnya?
***

Comentário do Livro (64)

  • avatar
    Setyawati Setyawati

    Menarik

    25/04

      0
  • avatar
    OlengPace

    good.👌

    01/10

      0
  • avatar
    SunarniEnar

    bagus ceritanya,

    28/09

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes