logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Rapat Darurat

Ketika hari mulai menjelang sore, Dee telah siap untuk menghadiri pertemuan seluruh Agen rahasia untuk membahas apa yang akan di lalukan selanjutnya. Menunggu beberapa saat, akhirnya dia di jemput oleh supir yang di utus.
"Selamat sore nona, silahkan lewat sini," ucap sang supir dengan sopan sambil membungkuk dan Dee juga ikut membungkuk.
Mereka lalu berangkat ke tempat pertemuan yang sudah di sepakati untuk melakukan sebuah rapat. Tiba tiba, di tengah perjalanan Dee melihat kerumunan yang tidak jauh dari tempatnya berada. Awalnya Dee tidak terlalu memperhatikannya, namun tiba tiba terlintas wajah seseorang yang menurutnya familiar. Setelah mengingat-ingat, akhirnya dia membulatkan matanya.
"Ehhh, bukannya dia adalah salah satu idola yang akan menjadi bagian dariku?" monolog Dee.
"Pak, berhenti sebentar. Sepertinya ada sebuah kecelakaan kecil di sana. Mati kita lihat sebentar." Dee memutar pikirannya. Bagaimana bisa seorang idola terkenal di biarkan seperti orang terlantar seperti itu. Setelah dekat, Dee pun masuk ke kerumunan lalu berjongkok. Dee mencoba mengobati luka yang ada pada lutut dan juga lengan sang idola.
"Maaf bila ini terasa sakit, sakitnya hanya sebentar. Tahan ya." Dee lalu mengeluarkan kotak P3K untuk mengobati luka sang idola.
Dee sangat serius mengobati lukanya sampai tidak sadar kalau dirinya sedang di perhatikan oleh orang di hadapannya. Orang yang di obati hanya bisa tersenyum dengan manis.
"Sudah selesai, lain kali hati-hati. Sampai bertemu lagi," ucap Dee lalu pergi karena waktunya sudah mempet. Pemuda yang baru saja di obati hanya bisa menatap kepergian orang seorang gadis yang baru saja menolongnya.
(Tempat Pertemuan)
Sesampainya di tempat pertemuan, CEO dari sang idola sudah menunggunya di luar agar mereka bisa masuk bersama-sama.
"Selamat sore Mr. Maaf karena saya terlambat," ucap Dee sbil menunduk untuk memberi hormat.
"Tidak masalah, ayo kita masuk segera karena rapat akan segera di mulai." Mereka pun masuk untuk mengikuti pertemuan.
Setelah memasuki ruangan pertemuan yang begitu luas, Dee bersama sang CEO menuju ke tempat yang telah di tentukan.
"Waaa ternyata mereka juga menjadi utusan. Astaga aku hampir saja berteriak karena saking senangnya. Waaa ini luar biasa." Batin Dee lalu duduk. Pandangannya tidak lepas dari orang orang yang dimaksud, begitu juga dengan yang terus di tatap. Mereka seakan mengerti dan memberi kode satu sama lain yang bahkan agen lain tidak tau.
Rapat terus berlangsung dan ada banyak sekali masukan serta perubahan rencana. Pertemuan ini adalah pertemuan tertutup dan juga tanpa adanya media yang meliput.
Pertemuan tersebut adalah rahasia dan bahkan para idola pun tidak pernah di beri tahu tentang hal ini. Rapat berlangsung cukup lama dan membuat banyak perubahan. Setelah mencapai kesepakatan bersama, mereka pun bubar dan kembali ke tempatnya masing-masing.
(Perjalanan Pulang)
Perjalanan pulang ke apartemen terasa sangat jauh akibat kelelahan. Dee memutuskan untuk menutup mata agar rasa lelahnya bisa sedikit berkurang. Namun, saat matanya akan tertutup sempurna tiba tiba netranya menangkap seseorang yang sangat familiar baginya. Dee mengingat-ingat sebentar dan mengangguk-angguk. Dee lalu tersenyum pada takdir yang seperti sudah di atur.
Dee melihat tiga idola yang sedang kehausan di sebuah kursi taman sambil mengipas wajah tampan mereka dengan kertas yang di pegangnya entah menunggu seseorang atau apapun itu.
"Pak, berhenti sebentar." Setelah mobil berhenti, Dee lalu keluar pergi ke supermarket terdekat untuk membeli 5 botol air minum.
Dee lalu menghampiri sang supir untuk mberikan sebotol air minum lalu menuju ke tempat dimana 3 idola berada.
"Halo, boleh gabung?" tanya Dee sambil menatap ketiga idola yang selalu di puja-puja berjuta juta manusia.
Ketiga idola tersebut sontak mengalihkan pandangannya pada gadis manis yang tengah berdiri lalu mempersilahkan Dee duduk dengan ramah.
Dee pun duduk sambil mengucapkan terimakasih kepada ketiga idola tersebut sambil memberikan tiga botol minuman yang di belinya tadi. Dengan ekspresi yang sangat senang, mereka menerimanya dengan senyum bahagia.
Mereka lalu saling bertukar cerita dan dari ceritanya, mereka sedang menjalankan hukuman karena kalah dalam sebuah permainan.
(Apartemen)
Setelah membersihkan diri, Dee pun berbaring di tempat tidurnya lalu mengingat keempat idola yang baru saja di temuinya. Berarti masih ada tiga idola lainnya yang belum dia temui dan itu membuatnya penasaran. Apakah mereka juga lebih tampan di dunia nyata daripada dunia Maya.
"Huffttt, lebih baik aku istirahat saja. Aku sangat lelah." monolog Dee lalu menuju ke alam mimpinya.
Sepertinya tugas ini lebih menyita energinya dibandingkan bertugas sebagai agen di negaranya sekaligus CEO. Walaupun begitu, dia tidak akan menyerah karena babak awal baru saja di mulai.
(Hari Baru)
Kini pagi hari telah menyapa kembali dalam rumitnya kehidupan. Di atas tempat tidur yang nyaman, seorang gadis kini menggeliat karena suara alarm mengusik mimpi indahnya.
Brakkkk (anggaplah sebuah benda jatuh)
Hal itu membuat Dee tersentak lalu terbangun dari tidurnya dan mulai waspada pada sesuatu yang kemungkinan terjadi.
"Mengapa ada suara seperti benda jatuh? Sepertinya aku tidak memelihara kucing atau semacamnya, lalu suara apa itu barusan?" monolog Dee lalu menuju ke sebuah lemari dan mengambil sebuah senjata.
Tiba-tiba, Dee mendengar suara langkah kaki yang membuatnya semakin waspada. Akhirnya Dee memutuskan untuk mengirim pesan pada Mr. CEO meminta bantuan. Setelah mengirim pesan, pintu pun di dobrak dengan kasar dan hal tersebut membuat Dee terkejut.
Dari balik tempat persembunyiannya, Dee bisa melihat wajah orang asing tersebut dengan sangat jelas. Entah apa motif penyerangnya, namun orang tersebut membawa senjata api.
Dengan brutal, dia menembak ke segala arah membuat Dee menggeram marah karena pagi yang seharusnya di gunakan untuk bersantai kini berantakan.
Akhirnya, Dee pun mengangkat senjatanya lalu mengunci target. Setelah target terkunci, Dee menarik pelatuknya dan dorrrr, sebuah peluruh tepat mengenai perut orang asing tersebut.
Sebelum berhasil mengangkat senjatanya kembali, orang tersebut tersungkur lalu hilang kesadaran dengan darah yang sudah mengotori lantainya.
Dee pun keluar dari tempat persembunyiannya lalu keluar dari kamarnya dengan tujuan ke dapur. Namun sebelum sampai, Dee berhenti dan mematung karena orang yang baru saja di lumpuhkannya ternyata memiliki rekan.
Oh ia, mungkin kalian bertanya-tanya mengapa rekan-rekannya tidak mendengar suara tembakan atau teriakan dari temannya. Itu karena senjata yang di gunakan oleh Dee adalah kedap suara dan kamarnya juga kedap suara. Ketika pintu di buka dan kita masuk, maka otomatis pintu akan menutup dengan sendirinya dan akan terkunci.
Dee memilih bersembunyi di balik lemari untuk memperhatikan gerak gerik mangsanya sebelum dia bertindak. Dee juga sudah lama tidak bersenang-senang dan mereka dengan suka rela mendatanginya. Dee membentuk smirk lalu mengangkat senjatanya dan membidik salah satu dari mereka yang tengah mencari sesuatu di ruang tamunya.
Dengan sekali tembak, peluru itu bersarang tepat di paha kanan entah itu perampok ataukah sejenis kelompok kriminal.
"Arrggghhh," teriak orang tersebut membuat temannya menoleh. Betapa terkejutnya mereka mendapati temannya telah bersimpa darah.
"Siapa itu, keluar pengecut. Jangan bersembunyi. Heiii keluar dan jangan jadi pengecut," mendengar teriakan salah satu kelompok kriminal itu membuat darah Dee mendidih dan keluar dari tempat persembunyiannya.
"Woowww nona, sepertinya aku akan terkecoh seandainya kita bertemu di luar," ucap salah satu dari mereka membuat Dee tertawa dan mulai mengangkat senjatanya.
"Maaf, tapi saya tidak peduli. Kalian datang kemari berarti kalian siap menerima konsekuensinya." Dee tetap waspada karena dia belum tau seberapa banyak mereka.
Kini, terjadilah aduh tembak yang sangat menegangkan. Walaupun Dee adalah seorang agen rahasia, namun kewaspadaan adalah nomor satu.
Satu per satu dari kelompok kriminal itu sudah gugur, kini tersisa dua orang saja.membut Dee semakin bersemangat meladeninmereka.
Dorrrr
Dorrrr
Dorrr
Aduh tembak terus berlangsung sampai sebuah suara memghenmereka.
"Berhenti dan diam di tempat," teriak orang tersebut yang ternyata adalah polisi yang datang bersama CEO. Ada juga beberapa perawat datang dan mengangkat korban tembakan menuju ke ambulans.
Lalu, kedua orang yang kini diam seperti patung di tempat pun menatap tajam ke arahku hingga tiba tiba salah satu dari mereka mengangkat senjatanya dan mengarahkan padaku.
Dorrrr
"Akkhhhh," aku menggeram karena lenganku terkena tembakan. Untung saja aku menghindar jadi lenganku yang terluka.
Dorrr
Dorrr
Terdengar bunyi tembakan dua kali membuat orang yang menembak ku kini jatuh tersungkur.
"Bawah mereka!" Perintah salah satu dari mereka yang sepertinya komandan
Mereka pun pergi setelah membereskan semuanya bahkan lantai yang sudah kacau pun kini bersih dan kinclong seperti sedia kala.
"Apakah kamu tidak apa-apa?" tanya Mr. CEO.
"Tidak apa-apa Mr. Ini hanya luka biasa dan ini tidak terlalu berbahaya. Saya bisa mengobatinya sendiri," jawab Dee lalu Mr. CEO pun pamit pulang karena masih ada urusan yang harus di selesaikannya.
Selepas kepergian mereka semua, Dee pun pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap melakukan aktivitas di pagi yang telah kacau ini.

Comentário do Livro (44)

  • avatar
    Advantur Advan

    aku sudah mmbaca cerita. kisah mereka seru bnget

    07/08

      0
  • avatar
    Suhai Tamin

    saya bagi lima bintang...

    06/07

      0
  • avatar
    BayuBoges

    bagus

    05/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes