logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 7

Serena memutuskan makan siang bersama Pras, bermula dari Pras yang menanyakan apakah dia membawa bekal? Apakah dia ingin ditemani makan?
Ikatan darah memang kuat, Serena memang sedang tidak mood makan, saat ini bahkan sudah lewat jam makan siang dan dia baru ke luar dari ruangannya, menuju kantin di mana Pras sudah menunggu. Beberapa kedai bahkan sudah kehabisan bahan makanan.
Tampak Marco yang duduk di dekat kakaknya Serena itu, Marco hanya tersenyum dan menyapa Serena sekilas lalu dia pergi meninggalkan Serena. Sepertinya hanya dia, teman Pras yang mengetahui tentang hubungan unik Serena dan Pras.
“Sebentar lagi datang, tinggal soto, enggak apa-apa kan?” tanya Pras. Makan siang Pras sudah tandas, dia memang sudah sejak tadi berada di kantin ini.
“Thanks,” ujar Serena lemah.
“Kenapa? Karena Ari?” tebak Pras. Selang beberapa menit soto ayam pesanan Pras untuk Serena pun tiba.
Serena mengaduk soto ayam itu, lalu menuang beberapa sendok ke piring nasinya.
“Sudah ke luar lagi gosip tentang aku?” tanya Serena membuat Pras terkekeh.
“Mereka bilang kamu ditinggal nikah, so ... mau cerita sesuatu?” tanya Pras. Serena mengangkat bahunya acuh.
“Enggak sih, memang hubungan kami sudah berlalu. Selama lima tahun pacaran juga dia enggak pernah ngomongin pernikahan dan baru tadi aku tahu kalau orang tuanya enggak ngerestui kita, pantas saja selama ini dia hanya beberapa kali ajak aku ke rumahnya,” ucap Serena acuh.
“Ini mungkin terdengar menyakitkan, tapi kamu harus tahu ini Ser. Pria tahu kapan waktunya berjuang, tahu cara berjuang ... jadi, jika dia enggak memperjuangkan kamu, itu berarti dia enggak menginginkan kamu. Sakit kan? Tapi begitulah Pria,” ucap Pras, tersenyum getir. Serena mengangkat wajahnya dan menggangguk. Hanya satu kata yang dia ucapkan, “oh.” Dan dia kembali melanjutkan makannya, meski hatinya terasa sedikit sesak, bagaimana jika Nanda juga tidak menginginkannya? Sama seperti Ari. Apakah dia akan setegar sekarang?
***
Setelah makan siang, Pras berjalan bersama Serena menuju lobbi tempat mereka berpisah untuk ke ruangan masing-masing.
“Mas, menurut Mas aku perlu datang enggak ya?” tanya Serena.
“Ke pernikahan Ari?” tanya Pras kembali, Serena mengangguk. Pras menatap adiknya dan tersenyum getir, dia tahu apa yang dirasakan adiknya. Serena pasti sangat berat, mengingat hubungannya yang berjalan lama namun justru mantan kekasih itu menikah dengan orang lain.
“Datang, kalau perlu bawa Nanda, tunjukkan pada dunia bahwa adik Mas yang cantik ini sudah memiliki kekasih juga, yah aku akui Nanda jauh lebih keren dari Ari meski kalah jauh sama aku. Jadi bolehlah manfaatkan untuk saat ini,” ujar Pras membuat Serena terkekeh.
“Terima kasih Mas, semoga sih Nanda enggak bawa pacar lainnya, bisa rusak harkat, martabat aku!” celoteh Serena membuat Pras tertawa.
“Malam nanti jadwal nyalon?” tanya Pras, Serena mengangguk untuk menjawabnya. “Mau diantar?” tanya Pras.
“Aku bareng Nanda, tadi dia bilang mau nganterin aku,” ucap Serena, Voucher Salon gratis dari Pras memang sudah lama habis, namun dia justru menjadi anggota tetap di salon itu. Warna kulitnya semakin putih bersih kini, wajahnya halus tanpa jerawat, juga rambutnya yang terawat. Bisa dibilang perubahannya sangat drastis, pakaiannya pun lebih sesuai mode kini dan dia memang termasuk pemerhati penampilan belakangan ini sesuai saran Viana tentunya.
“Baiklah kalau gitu, ingat jangan macam-macam ya,” ujar Pras yang diangguki Serena, mereka pun berpisah di lobby tanpa mereka tahu ada sepasang mata menatap mereka lekat. Nanda!
***
“Aku tunggu di sini ya,” ucap Nanda, menunjuk salah satu kursi yang berada tepat di samping salon, kursi cafe yang memang berada di kawasan ruko yang sama dengan Salon yang biasa Serena kunjungi.
“Kamu pulang aja Nan, aku lama bisa sampai dua jam lho, nanti aku bisa pesan ojek online atau taksi,” ucap Serena.
“Enggak apa-apa, take your time, Sayang,” ucap Nanda membuat Serena tersipu, meskipun dia tahu mungkin Nanda memanggil sayang ke semua kekasihnya.
“Pokoknya kalau kamu bosan, kamu pulang saja ya,” tutur Serena yang diangguki Nanda, Serena pun membuka pintu Salon itu dan resepsionist menyambutnya dengan senyum mengembang, Serena memang telah membuat janji sebelumnya.
Selama lebih dari sembilan puluh menit melakukan perawatan, Serena pun ke luar dari salon kecantikan, tak menyangka Nanda masih ada di tempat itu, di hadapannya sudah ada dua gelas es kopi yang telah tandas isinya juga dua piring kosong.
“Kamu masih nungguin aku?” tanya Serena seraya memasukkan ponsel ke dalam tas, dia baru saja berniat memesan ojek online untuk pulang. Serena melihat jam tangannya sudah hampir pukul sembilan malam.
“Kan sudah aku bilang, aku akan tunggu kamu, ayo makan malam dulu,” ajak Nanda sambil berdiri.
“Kamu bukannya sudah makan?” tunjuk Serena pada piring di meja yang telah kosong itu.
“Baru makan satu porsi kentang goreng dan satu porsi roti bakar, dua gelas es kopi. Selama belum makan nasi, kuanggap belum makan,” kekeh Nanda membuat Serena tertawa.
“Ya sudah, ayo.” Nanda berjalan di sisi Serena menuju motornya, dia dapat menghirum aroma segar yang menguar dari tubuh Serena, wanita itu berkali lipat lebih cantik kini, membuat jantungnya berdegup. Terlebih senyumnya yang seperti maghnet menariknya untuk selalu berada di dekatnya. Segera setelah Serena memboncengnya, Nanda melajukan motor itu.
“Mau makan apa?” tanya Nanda.
“Hmmm Sate atau nasi goreng enggak apa-apa,” jawab Serena.
“Sate saja ya, aku lagi pengen sate,” ucap Nanda yang disetujui Serena.
Hampir setengah perjalanan menuju rumahnya, Serena berseru untuk menghentikan motor Nanda di depan kedai Sate yang terletak di pinggir jalan. Nanda menghentikan motornya dan menoleh ke Serena yang sudah turun dari motor.
“Kamu? Mau makan di sini?”
“Iya memang kenapa?”
“Aku pikir kamu mau makan di restoran?” tanya Nanda membuat Serena tertawa, dia bahkan sampai menutup mulutnya karena menahan tawanya ekpresi Nanda sungguh lucu.
“Di restoran atau pinggir jalan sama saja, aku juga sering makan di warteg kok. Enggak apa-apa kan kita makan di sini?” tanya Serena kembali. Nanda meletakkan helm di spion dan mengangguk.
“Ya enggak apa-apa sih, padahal perempuan lain kalau diajak makan pasti mintanya ke restoran, minimal rumah makan yang berkelas,” celoteh Nanda mengekor kekasihnya.
“Itu kan perempuan lain? Beda sama aku.”
“Apa itu sebabnya Pras nempel sama kamu terus?” gumam Nanda, Serena bisa mendengarnya namun dia memutuskan berpura tak mendengarnya.
“Ah, apa?”
“Enggak,” jawab Nanda. Serena tahu pasti Nanda tidak akan jadi mengutarakannya, mereka pun memesan dua porsi sate ayam, makan sambil sesekali memperbincangkan pernikahan Ari yang akan berlangsung beberapa hari lagi, dan Nanda menyetujui ajakan Serena untuk ke undangan bersama.
Dia juga berjanji tidak akan mengajak perempuan lain di hari itu membuat Serena sedikit senang. Dan juga agak sedih, karena tahu masa satu minggu pacaran mereka telah berlalu dan dia tak tahu apakah Nanda akan memperpanjang masa itu? Atau tidak? Namun selama bersama Nanda, dia merasakan nyaman, Nanda selalu memperlakukannya dengan baik, meskipun terkadang hatinya sakit saat berpisah dari Nanda dan menyadari bahwa pria itu mungkin juga memperlakukan wanita lain sama baik sepertinya.
***

Comentário do Livro (46)

  • avatar
    SintaNeng

    sangat seru

    06/08

      0
  • avatar
    RaAnggra

    lumayan juga

    20/07

      0
  • avatar
    RibetRibot

    senang skali

    09/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes