logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

I Love You My Little Friend

I Love You My Little Friend

Ang Lin H


Capítulo 1 Prolog

Dia adalah lelaki yang sempurna, katakanlah demikian. Meskipun kuakui, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan. Lihatlah, apa yang tidak dia miliki, harta yang tak terbilang jumlahnya, kekuasaan yang merajainya, dan wajah yang memikat. Tak ada cacat sedikit pun pada dirinya. Apakah kita sepakat menyebutnya ‘malaikat’?
Aku rasa kalian tidak akan setuju. Baiklah, sebut saja jelmaan malaikat. Tapi di mataku dan orang yang pernah mengenalnya, dia tak lebih dari iblis yang nyata. Hanya sebab kekurangan kecil yang dimilikinya yaitu Hippersex Dores , dia harus menyakiti kaumku. Lalu kenapa aku masih berdiri di pelaminan ini, bersanding dengannya?
Ini bukan pernikahan kontrak, bukan juga paksaan. Aku pun bukan pengantin pengganti karena yang seharusnya di sini adalah kakak ku Rhiana, seperti yang tertera di kartu undangan dan baner pernikahan. Ini bukan pula pernikahan turun ranjang, hanya karena dia menikahi adik calon pengantinnya. Aku berdiri di sini, karena sebuah janji. Janji yang pernah aku ucapkan dulu, dengan pria ini, Exel Aleinsky Benertho.
******
MY CHILHOOD
“Apa kau suka bermain sendiri?” kata bocah laki-laki yang terlihat sedih saat itu. Gadis kecil yang sedari tadi memainkan boneka Anabel-nya menatap kesal pada bocah lelaki yang sudah mengganggu kesenangannya itu,”Apa kau tidak punya pekerjaan lain, Gordon? Aku dan Priencess Liana sedang menghabiskan waktu berualitias kami.”
“Gordon? Waktu berkualitas? Omong kosong apa ini! Kau sama sekali tidak dewasa. Seorang anak seharusnya belajar, belajar bagaimana menghasilkan uang yang banyak, bukan bermalas-malasan dengan benda mati itu,” ketusnya menendang boneka Anabel milik Liana. Sikap anak lekaki kecil itu membuat Liana seketika berdiri dan menatap Exel kecil dengan tajam, penuh kebencian, “Apa kau tahu perbuatanmu ini anak sombong? Jelas saja hal ini tidak berguna bagimu, karena kau anak laki-laki, sedang bagiku yang anak perempuan, bermain dengan boneka itu adalah sangat menyenangkan,” jelasnya sambil berkacak pinggang.
“Itulah maksudku, anak perempuan itu memang tidak berguna, hanya bermalas-malasan saja.” Kedua bocah kecil itu akhirnya terlibat pertengkaran hebat. Membuat suara wanita dewasa itu segera melerai mereka.
Mulut keduanya tak berhenti saling memaki, bahkan tubuh mereka sudah tidak sabar ingin saling menyakiti. “Sudah … sudahlah, Liana!”
“Exel, jangan!” larangan dari ibu Exel, “Ouh, maafkan putraku, Luciana.” Ucap Meine, ibu Exel. Anak-anak itu punsegera dipisahkan. Meine dan suaminya Pabio segera berpamitan, melihat ketidak akuran kedua anak mereka, “Dasar Gordon!” ejek Liana menjulurkan lidahnya, “Awas kau Dizzel.” Timpal Exel dalam kekangan sang ayah.
Seperti itulah hubungan keluarga Benertho dan Aurshon, Tatkala itu. Harmonis, dan bersahabat. “Derrek, Apa kau mau kita menjodohkan kedua anak kita?” tawar Pabio ketika kunjungan mereka yang kesekian kali. Kali ini hubungan kedua bocah itu sudah sangat baik. Gordon dan Dizzel sudah dikategorikan akur.
“Ah, Pabio, aku memiliki dua orang putri, yang mana yang akan kau pilih?” Luciana dan Meine hanya tersenyum melihat wajah bingung Pabio. Derrek benar, tentu hal yang sulit memilih di antara dua bidadari cantik itu. Tapi tentunya ketiga bocah itu akan memiliki hubungan yang sangat baik ke depannya.
“Kau benar, Derrek, ah, rasanya sulit sekali,” Lirih Pabio yang mengusap dagunya yang sebenarnya tidak begitu terasa gatal.
“Sayang, biarkan saja mereka menentukan pilihan masing-masing. Apapun keinginan mereka, mereka tetap putra putri kita, benar, kan, Luciana?” Celetuk Meine membantu suaminya keluar dari kebingungan.
“Benar. Sebaiknya seperti itu.”
Malam beranjak menjemput, seperti biasa, Liana lebih senang menghabiskan waktu bersama sang ayah dari pada ibunya. Di dalam kamar, Rhiana malah sedang asyik berbagi cerita dengan ibunya. Sedang Liana memilih menikmati angin malam bersama Derrek di atas rerumputan halaman belakang.
Sembari berebahan, menikmati hamparan bintang yang bermain mata kepada mereka, dua manusia itu sedang menghitung banyaknya waktu dan kenangan yang sudah mereka lalui, “Putriku, maukah kau berjanji?”
“Janji apa, Daddy?” ucap gadis lugu dengan kedua tangannya yang sudah menyangga kepala kecilnya. Derrek kemudian melanjutkan kalimatnya, “Berjanjilah, apapun yang terjadi, jagalah hubungan kita dengan keluarga Benertho, apapun yang terjadi.”
Mendengar begitu pentingnya isi pesan yang diucapkan ayahnya itu, Liana menoleh dan menatap intens kepada kebanggaannya itu, “Ya, Daddy. Aku janji. Apapun yang terjadi, aku akan menjaga hubungan keluarga kita.”
“Gadis yang baik, aku bangga kepadamu, Liana. Aku tahu kau bisa diandalkan, bahkan jika Daddy sudah tiada, nanti.” Ucap Derrek kepada putri bungsunya itu. Meskipun terbilang lahir setelah Rhiana, namun cara berpikir Liana jauh lebih luas dan terbuka. Tidak seperti Rhiana yang terkesan, tegas dan keras. Namun, ia bukanlah gadis pembangkang, ia hanya lebih terkesan kaku terhadap apapun itu.
*****
Itulah janji terburuk yang telah kusepakati bersama malaikat tak bersayapku, yang kini sudah tidur dengan tenang di sisi Tuhan. Kini, di atas altar pernikahan termegah ini, aku sudah secara tidak langsung mengajukan diriku sebagai tumbal untuk menyelamatkan kehidupan kakakku dari si bajingan Exel Aleinsky.
Aku tidak tahu apa yang dia alami selama ini. Namun kami dipertemukan kembali setelah aku kembali dari pendidikan di Boston beberapa bulan lalu. Yang pada akhirnya, kakakku harus berlutut memohon kepadaku untuk menggantikannya di pelaminan ini, “Aku mohon, Liana. Selamatkan aku. Dia akan membunuhku.” Itulah kalimat terakhir yang diucapkan kakakku sebelum lelaki itu datang ke rumah kami untuk membawa pengantinnya.
“Tuan, Exel Aleinsky Benertho, apakah anda bersedia menerima, Liana Aurshon sebagai istri anda dalam susah maupun senang dalam sakit dan sehat?” suara pastur, memandu ceremony pernikahan sakral itu.” Exel menatap intens pada retina coklat Liana. Bukan menikmati garis indah wajah itu, tapi bagaimana masa kecil yang pernah mereka lalui bersama, dulu. Dan bagaimana kebencian yang tiab-tiba tumbuh di hati Exel untuk Liana. Saat gadis itu pergi meninggalkan dia. Liana, saatnya pembalasanku. Dan aku berjanji pernikahan ini adalah gerbang nerakamu. Ancaman batin Exel.
“Ya, saya bersedia.” Jawab Exel penuh kepastian. Aku terkesiap tatapanku intens penuh tanda tanya, menatap wajahnya yang kini tersenyum dengan begitu bahagia kepadanya. Tuhan, bagaimana bisa ia tersenyum dan begitu yakin tanpa ragu menjawab pastur? Exel apa sebenarnya yang kau rencanakan, aku memiliki firasat buruk pada senyummu itu. Batin Liana.
Kini suara pastur itu berlanjut kepadaku. Karena kini giliranku yang mengikrarkan janji suci di depan altar pernikahan. “Iya, saya bersedia.” Suara itu terdengar penuh keraguan, dan seakan tidak memiliki ruh dari maknanya. Seakan sebuah kalimat yang menyatakan jseakan aku dengan sukarela menjadi pijakan amarahnya.
Jauh di sudut deretan bangku jamaat, terlihat keluarga kami yang sudah menyungging senyum penuh kebahagiaan. Om Pabio merasa sangat lega akhirnya cita-citanya menyatukan keluarga Aurshon dan Benertho berhasil, sekaligus mewujudkan janjinya pada Daddyku untuk menjaga kami. Namun ada yang aneh dengan sikap Exel kepadaku, Entahlah. Mungkin hanya firasatku. Ada apa sebenarnya dengan lelaki ini?

Comentário do Livro (389)

  • avatar
    Nadiraumairaa

    ceritanya bagus banget thor😍😍 di lanjut dong season 2 nya, beneran ga sabar nih nunggu nyaaa

    22/06/2022

      1
  • avatar
    rahmandaniMeta

    kisahnya bagus bermanfaat.bagus di baca buat kakain buruan bacaaa sekranggggg

    25/01/2022

      0
  • avatar
    AndreanoFarhan

    200

    23/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes