logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Four

Xiao Chen kecil berjalan perlahan menuju ke arah gerbang desa. Dia mengatupkan tangannya dengan erat sambil memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa.
Badan kecil Xiao Chen bergetar hebat. Dirinya diliputi ketakutan yang teramat sangat. Dia hanyalah seorang anak kecil yang bahkan tidak memiliki kemampuan apa – apa.
Sambil menggendong erat pedang burung phoenix pemberian dari Jenderal Hou, Xiao Chen kecil berjalan mengendap – endap. Akhirnya Xiao Chen kecil sampai di gerbang desa, matanya terbelalak dan mulutnya menganga karena takut bercampur kaget.
Pasukan hantu milik Kaisar Ji Li tengah berusaha menyerap jiwa dari Ibu Song. Xiao Chen yang melihat hal tersebut lantas bertindak tanpa berpikir lebih jauh.
Meski jumlah pasukan hantu hanya beberapa orang, namun apa yang dapat Xiao Chen kecil lakukan untuk menghadapi mereka dan meminta mereka melepaskan Ibu Song.
Ibu Song terus meronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman pasukan hantu tersebut.Kemudian salah satu pasukan hantu mencekik leher Ibu Song dan mengangkat tubuhnya ke atas. Hal ini mengakibatkan Ibu Song tidak dapat bernapas dengan lancar, sehinggga wajah Ibu Song tampak pucat.
Xiao Chen kecil berusaha mengumpulkan keberanian. Dengan suara lantang dia berteriak ke arah pasukan hantu dan meminta mereka untuk melepaskan Ibu Song.
“Lepaskan Ibuku! Apa kalian tuli?” Xiao Chen kecil berteriak dengan sekuat tenaga.
Tiba – tiba semua pandangan mata pasukan hantu terarah kepada Xiao Chen kecil. Salah satu pasukan hantu tersebut akhirnya melepaskan cekikannya dari Ibu Song. Ibu Song terjatuh ke tanah dan mulai terbatuk – batuk akibat kesulitan bernapas selama dia dicekik.
Xiao Chen kecil mulai menyadari jika kini ia tengah menjadi incaran para pasukan hantu tersebut. “Gadis kecil, beraninya kau merusak acara makan siang kami. Apa kau sudah bosan hidup?”
Para pasukan hantu mulai berjalan menuju ke arah Xiao Chen. Xiao Chen berjalan mundur. Hingga pada titik tertentu Xiao Chen sudah tidak dapat kabur lagi. Dirinya kini telah terjebak. Jalannya untuk melarikan diri sudah tidak ada.
“Gadis kecil, kini kau sudah tidak dapat melarikan diri lagi. Sebaiknya kau menurut dan menyerah, maka kami akan membuatmu meninggal dengan tenang,” ucap salah satu pasukan hantu tersebut.
Xiao Chen kecil terus berpikir bagaimana caranya untuk melarikan diri. Kini posisinya telah terdesak hingga ke tembok salah satu rumah penghuni desa.
Mata Xiao Chen mulai berkunang – kunang akibat ketakutan yang menghinggapinya. Ketika pasukan hantu semakin mendekat, Xiao Chen kecil lantas memejamkan matanya.
Xiao Chen kecil berpikir mungkin ini adalah takdirnya untuk meninggal di hari itu. Namun setelah menunggu sekian lama, Xiao Chen merasa tidak ada apa pun yang terjadi padanya.
Dengan perlahan – lahan Xiao Chen memberanikan diri untuk membuka matanya dan pada saat ia membuka matanya tampaklah pemandangan yang sangat asing baginya.
Para pasukan hantu tersebut telah menjadi sekumpulan debu. Baju dan jubah mereka berserakan di atas tanah.
Xiao Chen mulai melayangkan pandang ke arah Ibu Song, ternyata mereka berdua dalam keadaan selamat dan tanpa terluka sedikit pun.
‘Apa yang telah terjadi disini?’ batin Xiao Chen.
Xiao Chen lantas berlari menghampiri Ibu Song dan memeluknya. Lalu Ibu Song mengatakan pada Xiao Chen jika seorang pria yang tengah berdiri di belakang Xiao Chen adalah yang menolong mereka berdua tadi.
Xiao Chen menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang pria muda yang tampan dengan memakai pakaian putih bersih serta rambut hitam panjang menjuntai. Tangan kirinya memegang sebilah pedang. Pedang yang bentuknya hampir mirip dengan pedang burung phoenix milik Jenderal Hou.
“Paman, terima kasih telah menolong kami. Bolehkah aku tahu siapa nama paman?” Xiao Chen kecil memandang pria muda tersebut dengan tatapan penuh rasa penasaran. Beberapa saat kemudian pria muda tersebut berjalan ke arah Xiao Chen dan Ibu Song lalu berlutut persis di hadapan Xiao Chen kecil.
“Namaku Li Yu. Aku hanyalah seorang pendekar biasa yang berasal dari Kota Dai Yang. Siapakah kalian ini? Untuk apa kalian mendatangi desa ini?” Xiao Chen kecil menatap tajam ke dalam mata pemuda tersebut, seakan tidak percaya dengan semua penjelasanya.
Seorang pendekar biasa yang memiliki kemampuan luar biasa. Auranya memperlihatkan jika pemuda ini bukanlah seorang pendekar biasa, dia lebih dari itu.
Xiao Chen kecil hanya tertunduk diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Kemudian Li Yu menawarkan diri untuk menemani Xiao Chen dan Ibu Song sepanjang perjalanan menuju ke Kota Dai Yang.
Ibu Song lantas setuju dengan tawaran Li Yu. Lalu Xiao Chen kecil bangkit berdiri dan membantu Ibu Song untuk berjalan ke arah kereta kuda mereka. Xiao Chen memegang tangan Ibu Song untuk naik ke atas kereta kuda dan membantu mengarahkan kuda – kuda tersebut untuk berbalik arah menuju ke kota Dai Yang.
Li Yu mengikuti kereta kuda milik Ibu Song dari arah belakang. Sepanjang perjalanan Xiao Chen kecil hanya diam di dalam kereta tanpa berbicara sepatah katapun. Air mata terus mengalir membasahi pipinya. Kini Xiao Chen sebatang kara dan dalam perjalanan jauh meninggalkan desa tempat kelahirannya.
Desa Hu Bei merupakan desa tempat kelahiran Xiao Chen. Dari Desa Hu Bei menuju ke Kota Dai Yang membutuhkan waktu sekitar dua hari.
Di tengah perjalanan tiba – tiba Ibu Song menghentikan laju keretanya dan menepi. Li Yu memacu kudanya mendekati kereta kuda milik Ibu Song untuk bertanya kepadanya mengapa kereta kudanya menepi.
“Ibu Song, mengapa kau menghentikan laju kereta kudamu? Apakah ada masalah?” Ibu Song menggelengkan kepala dan mengatakan jika dia ingin beristirahat sejenak, sekujur badannya terasa sedikit sakit.
Xiao Chen kecil yang sedang tertidur di dalam kereta lantas terbangun, lalu Xiao Chen keluar dari kereta dan berjalan ke arah Ibu Song yang sedang duduk di pinggir pohon dengan ditemani oleh Li Yu.
“Paman Yu, apakah yang terjadi pada Ibu Song?” Xiao Chen kecil merasa khawatir, terlebih ia melihat rona wajah Ibu Song yang pucat pasi.
Lantas Li Yu menjelaskan kepada Xiao Chen kecil bahwa keadaan Ibu Song tidak terlalu berbahaya, hanya saja pada waktu Ibu Song dicekik oleh pasukan hantu, seperempat bagian roh dan kekuatan Ibu Song telah berhasil dihisap oleh pasukan hantu tersebut. Hal ini mengakibatkan Ibu Song akan mersakan lemah dan sakit di sekujur tubuhnya.
Namun Li Yu menegaskan kembali kepada Xiao Chen kecil bahwa keadaan Ibu Song tidak mengkhawatirkan. Sesampainya di Kota Dai Yang, Li Yu akan mengembalikan kondisi Ibu Song agar kembali seperti sedia kala.
Xiao Chen kecil sangat berterima kasih kepada Li Yu.
Li Yu memberikan tawaran kepada Ibu Song dan Xiao Chen kecil agar tinggal di kediamannya. Mereka berdua dapat bekerja pada Li Yu sebagai pelayan. Li Yu akan menggaji mereka sambil menyembuhkan kondisi tubuh Ibu Song.
Tawaran ini dipandang baik oleh Ibu Song yang sejatinya adalah seorang tunawisma, tujuan awalnya Ibu Song berkelana dari desa satu ke desa lainnya hanyalah untuk mencari sebuah tempat yang layak dia tinggali. Selama ini dia menyambung hidup dengan menjadi pelayan di rumah makan.
Ibu Song dan Xiao Chen kecil lantas mengiyakan tawaran dari Li Yu. Terlebih Xiao Chen kecil pun saat ini telah menjadi tunawisma dan sebatang kara, ia tidak mempunyai apa – apa sebagai pegangan untuk menyambung hidup. Maka tawaran Li Yu ini dianggap sebagai bantuan dari langit oleh Xiao Chen kecil.
Setelah beristirahat beberapa saat, mereka bertiga mulai melanjutkan perjalanan kembali menuju ke Kota Dai Yang.

Comentário do Livro (71)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    09/08

      0
  • avatar
    TonoIvan

    Ok 👍

    18/06

      0
  • avatar
    SafitriPresilia

    goodd

    06/02/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes