logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 4 Good Night Kiss

"Kamu segitu pinginnya kerja di Australia apa Al?" Matt menyeruput teh chamomile yang baru saja Danny seduhkan untuknya.
"Cita - citaku cuma satu. Bisa kerja di Arc ~ en ~ ciel. Trus, pulang ke indonesia kalo emang uda waktunya." Melihat Danny tidak nyaman, Matt segera menyelipkan bantal di leher Danny.
Matt tahu, pada tahun pertama Danny tak langsung ikut rekrutmen karena sibuk mengumpulkan uang. Enam bulan kerja di restoran fast food, enam bulan kemudian di kebun anggur. Di pertengahan tahun kedua, ia menjadi kasir supermarket. Barulah di akhir tahun kedua ia bekerja di studio photo milik Kiana. Lalu pindah ke High Hopes Dance Academy dan berakhir di Nusantara Coffee miliknya. Mengingat Work and Holiday Visa mengharuskan pindah kerja tiap enam bulan sekali.
Kali ini tampaknya Daniella ingin sekali di terima di perusahaan parfum terkenal itu.
"Kapan visa third whv kamu selesai?" Matt menatap Danny yang sudah mulai mengantuk.
"Tiga bulan lagi. Kalo aku nggak keterima, aku pengen balik ke Indo aja mas. Merayakan mimpi yang nggak pernah tercapai." Danny menguap.
"Kamu nggak mau nyoba di perusahaan papaku aja?" Tawar Matt, Danny menggeleng dan mengucapkan terima kasih.
Sejenak mereka hening.
"Baru kali ini lho aku ngobrol sama Mas Matthew. Dua setengah tahun kemarin, cuma sekedar say hi sama say bye." Danny menatap Matthew, mereka tertawa.
"Nanti kalo aku ajak ngobrol, di kira ganjen. Mending aku diem ajalah." Matt menggenggam mug teh nya yang hangat.
"Aku inget banget pas Mas Matthew mabuk di dapur," kata Danny, mengerlingkan kedua matanya jenaka.
"Yang aku nggak sengaja nyium kamu?" Matt menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Hah? Mas Matthew inget?" Danny berjengit.
Flashback
Danny yang baru pulang shift malam, mendengar suara gaduh dari dapur. Ia segera menuju asal suara dan menemukan beberapa kaleng bir. Bahkan soju yang belum sempat ia minum, sudah kosong. Matthew duduk di lantai dengan keadaan kacau. Danny berjongkok, mencoba menyadarkan Matt.
"Mas," panggilnya menepuk nepuk pipi Matthew.
"Eh cantik. Uda pulang kamu? Selamat datang di rumah." Matthew langsung membawa Danny ke dalam pelukannya.
Danny mengusap punggung Matthew yang terus meracau. Danny melepaskan pelukannya, berniat membawa Matt ke kamar agar ia bisa membereskan dapur. Saat Danny merangkulnya untuk berdiri, Matthew malah menangkup wajah Danny dengan kedua tangan.
Cup!
Matthew mengecup bibir Danny, bahkan melumatnya beberapa kali. Ketika Danny mencoba melepaskannya, Matthew malah mendorong tubuh Daniella hingga terbentur dinding. Danny mengaduh ketika Matt menggigit bibir bawahnya. Tapi, laki - laki itu terlalu kuat.
Asin!
Danny pikir rasa itu berasal dari darah segar. Ternyata, Matt menangis. Kemudian ambruk. Belum selesai dengan kejadian barusan. Terdengar dering handphone yang berasal dari saku Matt. Danny mengambilnya, kemudian menekan tombol hijau.
"Halo. Kak Wil."
"Loh. Siapa ini?"
"Danny kak."
"Matt mana?"
"Dia lagi goleran di lantai abis minum banyak banget."
"Buset dah. Efek Minara jadian sama Alex segitu brokenheartednya si Matt. Lu nggak di apa - apain kan? Dia kalo mabok garang lho." Wilmer tertawa kecil di sebrang sana.
"Yah, uda terlanjur di apa - apain. Telat ngasi taunya."
"HEH! DANIELLA. SWITCH JADI VIDEO CALL SEKARANG!"
Danny meniup tangan lalu di arahkan ke telinganya yang hampir tuli. Teriakan Kiana kencang sekali. Danny segera mengalihkan mode dari suara menjadi video.
"Udah pake baju lagi kamu hah? Nakal ya!"
Danny mengerutkan dahi.
"Sis. Aku dari tadi juga pake baju. Nggak liat ini aku masih pake seragam kerja. Baru pulang," ucap Daniella menunjukkan logo di bagian dada.
"Ya abis tadi kamu bilang uda di apa - apain. Hadeh, bikin panik tau nggak. Matt mana?" Tanya Kiki.
Danny mengarahkan kamera ke Matt yang masih terbaring di lantai.
"Ckck. Tadi, sok sokan ikut seneng ngerayain Min sama Alex jadian. Sekarang baru kerasa kan sakit hatinya. Biarin aja dia tiduran di sana, besok pagi kamu sirem air," kata Kiki lagi.
Danny mengiyakan, ia terpaksa menyeret Matt seperti adegan film pembunuhan. Karena ia tak kuat menarik badan Matt untuk di rangkul. Sekuat tenaga ia mengangkat Matt di ranjang, melepaskan sepatu juga kaos kakinya. Menata bantal juga menyelimuti Matthew.
Danny merasa kasihan pada si pemilik rumah. Jadi, wanita yang ia cintai malah jadian dengan sahabatnya sendiri?
Cinta memang sulit di mengerti jalan ceritanya.
***
"Terus paginya bibirnya kamu rada jontor. Masak iya di sengat tawon? Di sini mana ada. Abis kamu pamit pergi kerja, baru deh inget. Malemnya aku ngapain. Maaf ya." Matt memberanikan diri menatap Danny.
"Jadi intinya malu banget. Makanya pura pura bego ya?" Danny mengeluarkan tatapan intimidatifnya.
Matthew berdehem. Mendadak tenggorokannya terasa kering.
"Mas masih sayang sama Kak Min ya?"
Matt tersenyum mendengar pertanyaan Danny barusan, menatap dasar mug yang sudah kosong.
"First love is hard to forget, you know."
Matt meletakkan cangkir minum ke atas meja setelah menjawab. Danny mengangguk, berusaha memahami perasaan Matthew.
"Untung aja malem itu Mas nggak bablas. Kan nggak lucu paginya aku jadi kasir pake scarf buat nutupin bekas cupangan."
Pernyataan Danny barusan membuat Matt terbahak. Akhirnya mereka kembali tertawa.
"Mas pasti usahain yang terbaik buat bantu kamu kalo kamu emang segitu pengennya stay di Australia Al."
"Hilih. Sikiring iji ngiming bigiti." Danny mengambil mug kosong milik Matt. Berniat untuk mencucinya sebelum pergi tidur.
"Hey. I am serious you know. Kalo beneran RRV mas bisa di granted sebelum visa mas yang sekarang expired." Matt memegangi tangan Danny.
"You have my word. Daniella Denallie." lanjut Matt terlihat sungguh - sungguh dengan ucapannya.
"Coba cium aku kalo mas serius."
Matt terdiam, Danny tahu. Kadang seseorang mudah sekalu membuat janji ketika merasa bahagia. Tapi, dengan cepat pula membuat keputusan saat sedang emosional. Hanya memastikan saja, daripada ia terus menggantung pada harapan yang tak pasti.
"Good night mas." Danny tersenyum, meninggalkan Matthew.
Greb!
Danny terkejut saat Matt menarik tangannya. Tubuhnya terputar balik hingga menabrak dada Matt.
Danny dapat merasakan tangan kokoh Matt berada di tengkuknya. Memperpendek jarak antara kedua bibir agar dapat menyatu dengan sempurna.
"Kamu bisa pegang kata - kataku Al." bisik Matthew melepas tautan bibirnya.
"I am waiting for the action, Sir. Not, a word." Danny menatap Matt.
"Thank you for the good night kiss. Have a nice dream" Danny melepas pelukan Matthew. Menahan nyeri karena jantungnya berdegup terlalu kencang.
Begitu juga Matthew sepeninggal Danny, merasakan sensasi sport jantung yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya dari sky diving sekalipun. Haruskah ia menyesali tindakannya tadi?

Comentário do Livro (2781)

  • avatar
    Rg Magalong

    Sana Mas madali

    12d

      0
  • avatar
    yantiely

    😭😫

    22/07

      0
  • avatar
    PratamaZhafran

    aku sama sekali tidak bosan membaca ini dengan ska

    12/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes