logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Ngobrol

Matthew memasuki rumah setelah melepas sepatu. Penciumannya menghirup aroma wewangian. Lavender? Tapi, ada sedikit wangi Vanilla. Setahu Matt, Al tidak pernah meracik parfum di malam hari seperti ini. Sekarang ia mendengar lagu yang tak biasa. Bukankah ini bahasa jawa? Atau opera? Kenapa suasananya jadi horror begini?
Saat menoleh ia mendapati raut wajah putih sempurna ada di hadapannya.
"Fuck!!!" Teriak Matt kencang, tangannya tak sengaja terlontar.
"Mas!!!!! Sakit!!!!" Balas seseorang dengan suara familiar.
"Allie?" Matthew segera berjongkok, sekarang darah segar merembes pada masker yang Danny kenakan sebagai skincare rutinnya.
***
Danny dengan kapas masih tersumpal di salah satu lubang hidungnya kini bersandar pada sofa beludru ruang tengah. Membuat Matt merasa bersalah. Ternyata Danny tengah menguji coba lilin aroma terapi buatannya. Pantas saja seisi ruangan menjadi wangi. Lalu, ia sengaja menyetel musik acak dari akun spotipai nya karena ia sendiri juga takut jika sedang sendirian di rumah sebesar ini.
Danny masih mengusap tepian hidungnya yang masih terasa nyeri.
"Ke dokter aja yuk." Ajak Matt, masih merasa bersalah.
"Emang idung aku bengkok?" Danny manyun.
"Ya nggak. Abis, keliatannya sakit. Gimana kalo ternyata ada yang retak." Matt menatap tanpa mendekat.
"Lebay mas ini. Uda makan malem?" Tanya Danny.
"Uda. Tadi di traktir makan sama partner bisnis. Kamu?" Tanya Matt.
"Tebak aku tadi makan apa?" Tanya Danny dengan tatapan lucunya.
"Indomie Kari Ayam," jawab Matthew mengeluarkan laptop dari tasnya.
"Kok tau?" Selidik Danny.
"Tadi mas liat pas buang kapas bekas darah kamu. Kok bisa dapet makanan indonesia sih? Abis ke Victoria grosir kamu?" Matthew menyalakan komputer portabelnya lalu menuju ke sebuah situs.
"Temenku dari Jakarta yang maketin. Setengah kardus kali tuh. Mas kalo mau makan aja. Lama banget sih ini, keburu ngantuk," protes Danny, ia tengah menunggu premiere film netflix yang sudah ia tunggu tunggu sejak minggu lalu.
"Kamu mau nonton apa?" Tanya Matt mengetik sebuah username dan password.
"Work It mas. Mau liat kembaran akooh," kata Danny menarik kapas kering dari hidungnya. Ia sempat meringis, karena masih agak nyeri.
"Kembaran kamu? Si Liza Koshy?" Ledek Matt tertawa.
"Enak aja. Sabrina Carpenter lah. Kok mas tau castnya siapa? Mas mau nonton juga ya?" Kata Danny mengacungkan remote.
"Iya. Aku mau liat Jordan Fisher. Pasti keren kalo ada dia. Ih, ini kenapa sih?" Matt menatap layar laptopnya.
Danny dengan tingkat ke kepoan yang tinggi. Beringsut ke sebelah Matthew.
"Mas mau ngapain?" Tanya Danny, pandangan mereka berdua terlampau dekat. Membuat jantung Matt memompa darah lebih cepat dari biasanya.
"Mau submit aplikasi Resident Return Visa punyaku," jawab Matt.
"Eh. Mas Permanent Resident toh? Aku kirain Mas Matthew uda netijen." Danny mengamati kalimat yang tertera.
"Citizen kali maksud kamu." Matthew dapat mencium bau citrus menguar dari rambut coklat Daniella.
"Pinjem laptopnya boleh?" Kata Danny mengulurkan kedua tangan.
"Mau ngapain?" Tanya Matthew.
"Pokoknya mas jawab aja semua pertanyaan aku. Nanti kalo uda, overall check sebelum di submit sama payment. Okay?" Kata Danny masih menunggu laptopnya di over alihkan.
Matthew dengan sabar menanggapi semua pertanyaan Danny sesuai dengan keperluan aplikasi RRV nya.
"Kok mas nggak pake agen gitu?" Danny melihat data data aplikasi milik Matthew.
"Mahal. Trus temen bilang apply sendiri juga bisa. Makanya aku nyoba," balas Matthew.
"Iya. Bisa. Tapi, kemungkinan di tolaknya juga gede. Eh, btw ini gas, water sama electricity billnya mau di upload? Ada namaku lho di sebelahnya." Tunjuk Danny.
Jadi, semenjak kos di rumah Matthew. Daniella mengurus sarapan, kebersihan hingga keperluan rumah tangganya. Matt double job, selain jadi owner kafe. Ia juga merangkap sebagai salah satu director di perusahaan ayahnya. Karena itu ia sering lupa mengenai tagihan gas, listrik dan sebagainya. Maka dari itu ia menambahkan nama Daniella sebagai cc di sebelah namanya di setiap billing. Jadi ia tak repot mengurusnya, Danny tinggal lapor dan ia akan membayar.
"Nggak papalah. Kan yang penting itu nama utamanya. Kamu ngerti masalah beginian?" Matt mengamati Danny, tangannya terulur untuk memegangi rambut panjangnya yang menggantung.
Ia melihat tangan Danny terulur ke atas, terdapat sebuah tali rambut di sana. Matthew terkekeh, jadi Danny memintanya untuk mengikat rambut. Okay, dia akan berusaha. Dengan cekatan Danny mengisi tiap pertanyaan sesuai data yang ada.
"Aku uda hafal beginian. Kan aku apply Work and Holiday Visa juga mandiri mas. Nggak pake agen sama orang dalem. Perpanjang kedua sama ketiga juga sendirian aja. Alhamdulillah yah, lancarrrrrr," kata Danny selesai mengupload semua attachment yang di perlukan.
Danny mengalihkan laptopnya pada Matthew, memintanya untuk mengecek draft aplikasi online yang baru saja ia print pdf. Matthew tak habis pikir, bagaimana bisa Danny menjawab semuanya dengan sempurna. Bahkan lebih baik daripada Matthew.
"Kartu kredit mas mana, sini pinjem. Biayanya uda tau kan berapa?" Danny menengadah, Matt segera meletakkan salah satu kartu kreditnnya di atas telapak tangan Danny.
"Nama lengkap?"
"Matthew Martana."
"Cakep banget namanya."
"Orangnya juga."
Danny menoleh, memandangi Matthew dengan ekspresi kocaknya. Membuat Matt tertawa.
"Udah ni, payment receiptnya uda masuk di email Mas. Prosesnya paling cepet seminggu paling lama tiga bulan biasanya kalo apply onshore (posisi di Australia) di grantednya lebih cepet.” Danny menyerahkan kredit kard beserta laptopnya.
"Wah. Makasi banget lho Al. Kamu mau minta apa buat hadiahnya?" Tanya Matthew.
"Aku mau nebeng bikin Partner Visa aja sama Mas Matthew, boleh ndak?" Sahut Daniella asal dan itu membuat Matthew terdiam.
Kok nih anak sukanya bikin kaget.
Ia masih diam, sementara gadis itu masih bersenandung. Jemarinya sibuk menari di keyboard. Kedua matanya menusuri tiap kata yang tertera di layar. Sesekali menganggukkan kepala, dan membulatkan bibir menjadi huruf o. Diiringi dengan suara klik klik pelan. Tampaknya ia tak sadar jika ia baru saja membuat pria didekatnya salah tingkah.

Comentário do Livro (2781)

  • avatar
    Rg Magalong

    Sana Mas madali

    12d

      0
  • avatar
    yantiely

    😭😫

    22/07

      0
  • avatar
    PratamaZhafran

    aku sama sekali tidak bosan membaca ini dengan ska

    12/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes