logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Tatap

Danny mengelap kaca kafe tempatnya bekerja dengan murung. Sudah dua minggu sejak ia melakukan interview hrd. Tapi, tidak ada kabar lebih lanjut. Harushkah ia pulang ke Jakarta kalau Visa WHV nya expired? Tampaknya petualangannya di negeri Koala ini akan segera berakhir.
Dor!!!!
Danny memegangi dada bagian kiri, saking terkejutnya ia sampai mengumpat. Baru saja Lucas muncul di depannya secara tiba - tiba. Menempelkan wajah ke jendela kaca, jelek sekali dari kaca luar. Gadis itu mencoba menahan amarahnya. Lalu memejamkan kedua mata dengan gigi gemeletuk.
"Dasar! Kingkong! Sialan!" Danny mengakhiri tiap perkataannya dengan pukulan ke badan Lucas.
"Ya abis ngelamun. Bukannya kerja," kata Lucas, masih membiarkan Danny mencekik leher dan mengguncang - guncangkannya karena masih kesal.
"Eh, gue kerja ya! Justru gara - gara lu, gue kudu ngelap kaca itu dua kali. Iler lu kemana mana tadi," keluh Danny mengambil lap dan cairan pembersih kaca.
"Luke sini deh." Danny mengayunkan tangannya tanpa melihat Lucas tengah bersiap memakai apron hijau tua berlambangkan Nusantara Coffee. Pria besar itu menurut.
"Kok ada ya ...."
Ucapan Danny membuat Lucas mengeluarkan ekspresi aneh.
"Cowok sempurna banget kayak bang David."
Pernyataan Danny barusan mengundang hasrat Lucas untuk menoyor kepala Danny karena gregetan. Tepat, di sebrang tempat mereka bekerja adalah High Hopes Dance Academy. Hampir setiap hari David juga Alex akan mampir ke sini, sekedar membeli ice americano. Bagi Danny, David adalah pria idamannya. Hanya saja mustahil untuk di gapai.
Danny melambaikan tangan pada David yang baru saja tersenyum selepas keluar dari mobil.
"Daniella Denallie!"
Panggil seseorang membuat Danny terkejut.
"Iyaaaaa." sahut Danny meletakkan lap di bahunya.
"Lama - lama gue bilang ke David buat pindah tempat juga nih," omel Minara.
"Kalo Bang David pindah, Kak Min juga nggak bakalan bisa liat Bang Alex. Bweek." Danny meledek Minara dengan menyebutkan nama pacarnya di akhir kalimat. Membuat Minara menjewer telinga kanan Danny karena gemas.
Membuat karyawan lain di kafe yaitu Lucas dan Chris tertawa melihatnya.
"Kia order brown sugar latte, susunya di ganti soy, gulanya 50%, less ice. Satu lagi kale smoothie, nanti lu anterin ke studio photonya. Okay?" Kata Minara mencetak struk berdasarkan orderan masuk lewat aplikasi.
"Iya. Kak Min cantikkkk," sahut Danny segera mengambil bahan - bahan untuk membuat pesanan.
"Kenapa? Belum dapet kabar lagi?" Minara mengusap kepala Danny yang mengangguk.
"Usaha udah, do'a juga. Ya tinggal gimana Tuhan ngaturnya. Nggak usah sedih, rejeki nggak bakalan ketuker." Minara mencubit pipi Danny sebelum pergi.
***
"Stop it. We are in studio, Honey." kata wanita yang tengah sibuk mengatur lensa kamera, sementara si pria kekar memeluk pinggangnya erat dari belakang.
"I just miss you." bisik pria itu mendaratkan kecupan demi kecupan di tengkuk serta bahu kekasihnya.
Sebuah senyuman kecil muncul karena sang fotografer merasa geli. Jadi, ia membalikkan badannya. Dengan sedikit berjinjit, ia memberikan sebuah pagutan singkat pada bibir pria di hadapannya. Wrong signal, sang fotografer memacu adrenalin kekasihnya sekarang. Padahal bukan itu maksud tautan bibir tadi, kini ruang kerjanya di penuhi suara pertemuan bibir. Bahkan mereka sendiri sempat terengah - engah.
"Ehem. Hem. Wow!" Danny menahan tawanya setelah menyaksikan serangkaian adegan antara Kia dan Wilmer tadi.
"Kan uda aku bilang, di rumah aja. Kamu malah nggak sabaran," omel Kia tanpa menggerakkan bibirnya.
"Pintunya nggak di kunci. Jangan salahin aku ya. Nih, pesenannya. Brown sugar soy latte sama kale smoothie." Danny akhirnya melangkah masuk, mengulurkan paper bag pada Kia yang tak kunjung di lepas oleh Wilmer.
Danny tertawa, melihat Kia susah payah melepaskan kungkungan Wilmer yang sengaja ingin menggodanya.
"Makasi sayang. Wil," kata Kia menatapnya tajam. Wilmer mengeluarkan dompet dan menarik satu lembar dollar dari dalamnya.
"Ih. Yang satunya lagi dong om," protes Danny.
Wilmer tertawa, malah mengambil dua lembar lalu menyerahkannya pada Danny. Tak lupa sentilan meluncur ke jidat Danny.
"Hoo. Om Wilmer baik deh. Pantes Mbak Kia klepek klepek. Uda ya, aku balik ke kafe dulu. Takut di cariin sama Kak Min. Makasi Om Wilmer tipnya, mmmwah." Danny mengecup uang tip dari pacar Kia, berhubung minuman tadi sudah di bayar via aplikasi.
"Om am om aja tuh anak," kata Wilmer menerima cup Kale Smoothie.
"Kayak kamu emang cocoknya di panggil om, tau nggak," balas Kia.
"Serasa sugar daddy tau nggak, di panggil gitu," kata Wilmer mengusap tepian bibir Kia, lalu mengecap ibu jarinya sendiri.
"Kan kamu sugar daddynya aku." Goda Kia mendekatkan wajahnya.
"Ki. Aku nggak mau pake sofa di ruangan kamu ya. Sempit, nanti sampe rumah abis kamu," kata Wilmer membuat kekasihnya tertawa.
***
Danny mendorong pintu kaca kafe menggunakan siku. Melihat Matt baru saja datang, ia sengaja menahan pintu agar terbuka lebih lama.
"Thanks Al. Darimana kamu?" Tanya Matthew.
"Abis anterin orderannya Mbak Kia. Eh, malah liat adegan hot," sahut Danny.
"Maksud kamu?" Tanya Matthew menatap Danny.
Lalu Danny menguncupkan kedua telapak tangan. Melilitkan antara lengan kanan dan kiri sehingga ujung jemari saling bertemu. Membentuk gerakan agresif dengan wajah sangar nan lucu disertai suara smooch lebay. Membuat Matthew tertawa. Ternyata Danny sedang mereka ulang adegan ciuman Kia dan Wilmer.
"Gitu deh. Jantungku sampe mau copot liatnya mas. Eh, Pak."
Danny meralat panggilannya dari mas ke pak berhubung saat ini mereka sedang di tempat kerja. Mengingat Matthew adalah atasannya di tempat ini. Pria itu tersenyum simpul. Memaklumi kekikukan salah satu karyawannya. Sebenarnya mau dipanggil menggunakan yang mana saja ia tak keberatan.
"Kamu kalo kissing kayak gitu nggak?" Tanya Matthew lagi.
"Ah, dia mah kalo kissing nggak kerasa pak," ledek Lucas.
"Loh. Kamu pernah ciuman sama Luke? Kok dia tau?" Matthew membulatkan kedua matanya.
"Pernah pak. Di mimpi dia tapinya! Sok tau. Gue juga ogah lagi ciuman ama kingkong. Ayo pak, kita pergi aja dari sini." Danny menarik tangan Matthew, kebetulan ruang kerja bosnya ada di lantai dua dan tangga naik ada di samping kitchen set tempat Danny biasanya meracik kopi.
Matthew masih mengamati tangannya yang terkait dengan tangan Danny. Hangat. Omelan kecil wanita itu terdengar merdu di telinganya. Gerak pipi saat Danny berbicara terlihat lucu dari samping. Terakhir saat Danny tersenyum menatapnya, meminta maaf karena menarik tangan Matt membuat Matthew tersadar.
Baru saja ada suatu kejutan listrik mengalir ke perasaannya dan kenapa baru sekarang ia menyadari jika Daniella ini cantik.

Comentário do Livro (2781)

  • avatar
    Rg Magalong

    Sana Mas madali

    12d

      0
  • avatar
    yantiely

    😭😫

    22/07

      0
  • avatar
    PratamaZhafran

    aku sama sekali tidak bosan membaca ini dengan ska

    12/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes