logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 13 Bersuci

Emily dan Morin sudah sampai di depan toilet, bertepatan dengan ponsel Morin yang berdering.
“Aku akan menunggumu di sini, masuklah.” Morin membuka pintu untuk Emily.
“Terima kasih,” Emily mulai melangkah perlahan, meraba pintu sebagai pegangannya.
Begitu Emily masuk ke dalam toilet, Morin menjauh dan menjawab panggilan yang ternyata dari ibunya. Morin menjauh dari pintu toilet karena suara musik dari luar terdengar sangat jelas sehingga ia tidak mendengar apa yang sedang dikatakan ibunya.
Sepuluh menit berlalu, Emily pun sudah selesai dengan keperluannya di dalam toilet. Ia pun berpegangan pada dinding kamar mandi untuk berjalan ke arah pintu. Emily membuka pintu toilet yang ternyata tidak bisa dibuka.
“Morin, apa kau masih di sana?” panggil Emily. “Morin?” Emily menaikkan nada suaranya dan tetap tidak ada sahutan dari luar membuat Emily mulai panik.
“Seseorang, apa ada seseorang di luar sana.” Emily lagi dan lagi berteriak meminta bantuan hingga beberapa menit berlalu tidak ada sahutan dari luar.
Ceklek,
Pintu akhirnya terbuka, Emily bernapas lega. “Terima kasih,” ucapnya dengan tulus tanpa tahu siapa yang membuka pintu untuknya.
“Kembali kasih, Emily.” Peter tersenyum manis. “Pintu toilet ini memang sudah  perlu di perbaiki, maaf atas ketidak nyamanannya."
Emily mulai melangkah pergi namun Peter segera menahannya. “Aku akan mengantarmu,”
“Tidak perlu,” Emily menepis tangan Peter dengan kasar. Tidak ada lagi senyum ramah di wajahnya.
“Akhhhh...” teriak Emily, ia kehilangan keseimbangannya, kakinya menginjak sesuatu yang licin.
Peter dengan sigap segera menangkapnya hingga keduanya terlihat seperti berpelukan, bahkan hidung keduanya bersentuhan.
Entah takdir apa yang sedang dijalani Emily, Ellard berlari mendekati toilet. Pandangannya di lempar ke segala penjuru mencari sosok yang ia kejar.
“Aku menemukannya,” ucap Ellard dan mempercepat langkahnya mengejar wanita yang ia kira sebagai Naura.
“Aku mendapatkanmu,” Ellard memeluk tubuh wanita itu dari belakang tepat di depan pintu toilet yang masih terbuka, memperlihatkan Emily dan Peter juga dalam posisi yang terlihat salah.
Ellard menghirup dalam aroma tubuh yang sangat dirindukannya itu dengan mata terpejam. Meresapi aroma tubuh milik Naura. “Aku merindukanmu, kau bisa membuatku gila,” lirihan Ellard terdengar seperti anak anjing yang kehilangan induknya.
“Maaf,’ suara wanita itu sontak membuat Ellard membuka matanya. Suara yang sangat berbeda dengan suara wanitanya. Ellard segera melepaskan pelukannya dan menarik kasar wanita itu agar berbalik menghadapnya.
Mata wanita itu seketika melotot lebar begitu melihat siapa pria yang memeluk dirinya. Ia membatu dan terpaku akan sosok tampan yang sangat memesona itu. Ellard adalah sosok idaman bagi sebagian besar wanita diluar sifat dan sikapnya yang arogant. Bagi mereka yang tergila-gila yang pada seorang Ellard, kearoganannya justru menambah daya tarik pria itu. Mereka semakin menggila saat pria itu tidak bisa dijamah sembarangan. Dan mimpi apa ia semalam, seorang Ellard memeluknya dengan  erat. Sungguh ia tidak bisa berkata-kata lagi.
“Aku tidak percaya ini, astaga, kau sungguh...” wanita itu tidak mampu melanjutkan kalimatnya.
“Menyingkirkirlah!” Ellard menggemelatukkan giginya menahan kekesalan dan amarahnya. Debaran jantung yang menggila itu kini berubah menjadi debaran penuh amarah.
“Apa yang kau lakukan di sana, dude!” suara Edward membuat Ellard menoleh ke belakang.
“Aku hanya berhalusinasi,” gumamnya. “Dan kau, jangan mengenakan parfum itu lagi. Sangat tidak cocok kau gunakan!” Ellard menatap tajam wanita itu. “Pergilah.” Usirnya dengan kasar dan wanita itu hanya bisa menganggukkan kepala sambil memamerkan senyum malu-malu kambing karena merasa mendapatkan doorprize dari seorang Ellard berupa pelukan dari belakang. Kesinisan seorang Ellard tidak akan membuatnya sakit hati justru akan membuatnya semakin jatuh cinta.
“Kenapa wajah wanita itu merona? Kau melakukan sesuatu padanya?” tanya Edward begitu keduanya berdiri berdampingan.
“Apa yang kau lakukan di sini?” mengabaikan pertanyaan Edward, Ellard membersihkan tangannya dengan mengusapkan kedua telapak tangannya ke baju Edward.
“Aku datang melihat istrimu. Tadi Morin meninggalkannya di sini. Ibumu menghubunginya dan mengabarkan beliau jatuh di dalam toilet.”
Ellard menukik alisnya, ia berbalik dan berjalan menuju pintu toilet yang terbuka, Edward pun mengekorinya dari belakang.
“Apa yang kalian lakukan?” datar tidak bernada sama halnya dengan ekpresi wajah yang ia tunjukkan saat melihat posisi Emily dan Peter. Sangat berbeda dengan ekspresi Edward yang menunjukkan sedikit keterkejutan.
“Aa-aku..”
“Kau berusaha menggoda sahabatku?” Ellard melangkah pasti mendekati keduanya.
“Kau salah faham, dude.” Peter melepaskan tangannya dari pinggang Emily. “Kau tidak apa-apa, Emily?” tanya Peter. Emily hanya diam tidak menjawab.
“Istrimu terkunci di dalam toilet, dan sepertinya seseorang tanpa sengaja menumpahkan cairan pembersih lantai. Emily terpeleset dan kebetulan aku lewat.” Peter menjelaskan dengan menunjukkan bekas tumpahan cairan pembersih lantai yang benar adanya.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak akan bertanggung jawab jika kau mengalami penyakit kulit karena bersentuhan dengannya,” Ellard berdiri di hadapan keduanya. “Dan kau, sepertinya perlu disucikan!” Ellard menarik kasar tangan Emily, menyeretnya keluar dari dalam toilet.
“Apa yang kau lakukan,” Edward menghentikan langkah keduanya.
“Jangan ikut campur, Ed!” Ellard memperingati dengan wajah sinis. Ia kesal karena salah mengenali Nauranya dengan memeluk wanita lain. Mau sampai kapan ia menolak kematian Naura. Sepertinya belasan bulan yang berlalu tetap tidak mampu membuatnya percaya bahwa Naura sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya. Sangat sulit bagi Ellard untuk melupakan wanita itu. Dan sungguh sampai detik ini ia masih tidak memercayai bahwa Naura memang sudah tiada. Ia masih bernapas artinya Nauranya masih hidup. Begitulah penegasannya pada dirinya.
Ellard merasakan amarahnya bergejolak. Ia butuh pelampiasan dan tentu saja Emily adalah objek yang pas untuk dijadikan sebagai hiburan.
“Setidaknya jangan menyeret istrimu seperti itu. Dia kewalahan mengikuti langkahmu,” Peter menimpali.
“Aku muak mendengar kata istri tapi seperti yang kalian berdua katakan, dia adalah istriku jadi jangan menghalangi apa pun yang kulakukan terhadap istriku, menyingkirlah!” Ellard tidak memedulikan nasihat kedua sahabatnya. Ia bahkan tidak peduli saat sebelah kaki Emily sudah tidak mengenakan alas.
Edward memungut slitto Emily yang terlepas, berusaha mengejar Ellard yang membawa Emily ke taman belakang.
“Biarkan Emily mengenakan slittonya,” tegur Edward namun diabaikan Ellard dengan tetap menyeret Emily hingga mereka berdiri di tepi kolam. Tanpa perasaan Ellard mendorong tubuh Emily hingga tercebur ke dalam kolam. Semua tamu terhenyak begitu juga dengan Edward dan Peter.
“Kolamnya cukup dalam dan dia tidak bisa berenang,” ucap Peter seraya menunjuk ke arah kolam, Emily terlihat kesulitan untuk menyelamatkan dirinya. Kedua tangannya menggapai udara, mulutnya terbuka untuk menghirup oksigen.
Ellard tersenyum puas, “Aku sedang mesucikannya,” ucapnya enteng menghadap para tamu. Ia tidak peduli jika Emily mati tenggelam.
Byurrr...
Ellard menoleh ke belakang, Edward terjun ke kolam untuk menyelamatkan Emily. Berhasil, akhirnya Edward mampu membawa Emily naik ke atas dalam keadaan tidak sadar. Tidak membutuhkan izin dari Ellard, Edward segera menyatukan bibir mereka. Ia perlu memberi napas buatan untuk Emily.
Melihat apa yang dilakukan Edward, Peter menoleh ke arah Ellard dan pria itu  hanya menggidikkan bahu tidak peduli. Dengan wajah datar ia menonton upaya penyelamatan yang dilakukan Edward terhadap Emily hingga akhirnya Emily terbatuk dan menyemburkan air dari mulutnya.
“Good boy,” puji Ellard yang terdengar seperti ledekan. Edward menarik napas panjang untuk menetralisir debaran jantungnya sebelum akhirnya ia melepaskan jasnya dan memasangkannya ke tubuh Emily.
Edward pun berdiri dan menatap Ellard dengan tatapan kecewa. Ia melangkah mendekati pria itu. “Sepertinya kau juga perlu disucikan,” Edward menendang kaki Ellard sepenuh hati hingga pria itu membungkuk meringis dan Edward pun mendorongnya hingga tercebur ke dalam kolam. “Bersuci lah yang bersih, dude!” sinisnya dan berbalik berjalan ke arah Emily, menuntun wanita itu bersamanya.

Comentário do Livro (618)

  • avatar
    CitraSandra

    aku suka banget ceritanya. di bab2 hampir akhir membuatku hampir mellow. top banget👍

    14/01/2022

      2
  • avatar
    Della Ira

    aku suka

    12/08

      0
  • avatar
    ANGGRIANAMAWAR

    keren

    22/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes