logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 24 Seseorang Yang Berarti

"Tapi,... Mama, bagaimana bisa mama menjualku seperti ini?" jerit Anna mengambil surat hutang mama lagi, jumlah hutang mama begitu besar sehingga jika Anna menjual kedua ginjalnya pun tetap tidak akan terbayar.
"Mama juga juga harus membayar hutang papamu juga," jelas mama menatap Anna, air mata jatuh di pipinya yang cekung. Matanya menatap Anna meminta maaf.
"Mama…!" Anna menghampirinya dan memeluknya, mereka menangis bersama. Anna benci menjadi miskin, Anna benci papanya dulu terkena tipu sehingga kami kehilangan semuanya. Anna juga benci senyuman kemenangan di wajah Ethan ketika kami menangis di hadapannya. Anna menatapnya dengan penuh kebencian, karena bisa-bisanya dia menggunakan surat itu sebagai alat pemaksaan. Ethan memang akan membuat apa saja agar keinginannya terpenuhi.
"Sekarang tanda tangan!" perintahnya mengambil kertas kontrak tadi dan meletakkannya di hadapan Anna, dan memberikan pulpen. Anna mengambil pulpen itu dengan marah dan sedih. Bagaimana mungkin pernikahannya diatur seperti ini? Anna membaca ulang perjanjian di hadapannya, rasanya begitu menjijikan. Anna menjadi mainan dari keluarga kaya ini. Seenaknya saja mengatur hidupnya.
Ethan dapat melihat berbagai pikiran berkecamuk di kepala Anna, dia mulai mengulur-ulur waktu. Kesabaran Ethan mulai habis, kepalanya seperti mau pecah, berdenyut pilu seperti sedang di hantam palu.
"Cepat, tanda tangan, aku nggak punya waktu seharian untuk menunggumu," ujar Ethan dengan wajah penuh peluh dan pucat, namun senyumannya tetap terpampang di wajah runcingnya, membuat Anna merasa muak. Anna harus menikahi pria seperti ini, oh Yang Maha Kuasa, apa yang harus lakukan?
Ethan menyerah, sepertinya dia memang harus rebahan, mudah-mudahan dengan keadaan seperti ini, dia bisa tidur. Anna menatap Ethan sebentar sesaat sebelum menandatangani kontrak itu, tanpa bisa Ethan tahan senyumannya terbit, Anna akan menjadi istrinya dengan itu semua harta Opa sudah aman di tangannya.
Akhirnya Anna menandatanganinya, Ethan begitu lega sehingga dia ingin memeluknya, pikiran bodoh karena buat apa dia memeluknya? Anna malah kembali berlinang air mata dan berlari menuju mamanya, mereka berpelukan dan menangis.
Hati Ethan terasa panas, apakah menikah dengannya begitu menyedihkan sampai mereka harus bertangis-tangisan seperti itu. Ethan mengambil kontrak itu dan ikut menandatanganinya.
"Ini kontrakmu, aku akan pegang kontrakku." Mereka tidak memperdulikannya, mereka terlalu sibuk mengasihani diri mereka karena Anna menikah dengan salah satu konglomerat Indonesia. Cih, bukankah itu suatu peningkatan daripada Raka tersayangnya yang hanya karyawan pabrik.
Ethan segera berdiri, kepalanya mulai berputar seperti tadi di kantor, dan berjalan pelan menuju pintu keluar, dia lupa seharusnya dia menelpon Daniel untuk menjemput, dia meraih handphonenya tiba-tiba, handphone-nya terasa berbayang. Dia terjatuh ke lantai dengan segera.
"Ethan,...Ethan? Kamu ga apa-apa?" Anna menghampiri Ethan dan menaruh kepalanya di atas pangkuannya, dengan panik Anna menyentuh wajahnya. Hatinya mencelos, ternyata badannya panas sekali, dia demam. Ethan mencoba membuka matanya, namun keningnya segera berkerut, seperti menahan sakit. Mama Maria berjongkok di sebelah Anna dan menyentuh kening Ethan.
"Dia demam tinggi." Wajah Mama terlihat khawatir, dia memaksa dirinya untuk bangkit berdiri. Poninya yang panjang menempel di wajahnya yang masih pucat pasi. Dengan tangannya yang gemetar Ethan berpegangan ke lemari tua kami. Tanpa berbicara apa-apa, dia seperti mencari sesuatu, bicaralah Ethan, Anna kali ini khawatir sekali, dia akan melakukan apa saja yang Ethan pinta.
Ethan masih mencoba melihat dengan pandangan kabur, tidak usah khawatir, dia baik-baik saja, dia paling benci dikasihani. Ethan memaksa berdiri, dia karena mereka melihatnya menjadi lemah, seharusnya mereka tidak melihatnya seperti ini. Dia pria yang kuat, hanya demam saja tidak masalah untuknya.
Ethan kembali mencoba menghubungi Daniel, tapi handphonenya terjatuh dan ads di dekat Anna. Anna ada dihadapannya tatapannya begitu khawatir. Cih, buat apa dia mengkhawatirkannya? Bukannya baru saja dia menangisi nasib dirinya karena harus menikah dengan Ethan?
Ethan menunduk untuk mengambil handphonenya namun tiba-tiba dia malah tersungkur menimpa Anna dan kehilangan kesadarannya. Anna terpekik kaget karena pria sebesar itu bisa roboh menimpa dirinya. Mama Maria langsung datang dan membantu membawa Ethan yang sudah tidak sadar ke kamar Anna karena kamarnya adalah kamar yang terdekat.
Tubuhnya yang tinggi tidak muat di kasur Anna yang sempit, Anna menekuk kaki Etha dan melepaskan jaket dan kaos kakinya. Mama Maria segera ke dapur dan memasak air untuk mengkompresnya. Anna sangat khawatir, tubuhnya sangat panas sehingga dia mulai menggigil. Mama Maria datang memberikan air panas untuk mengompres kepalanya.
"Anna, kamu kompres kepalanya, buka kancing bajunya di lehernya juga di usap," ucap mama memerintah lalu keluar dari kamarnya.
"Mama masak dulu, kamu tungguin dia ya, panasnya tinggi sekali, mama khawatir dia bisa kejang," ucap mama lagi mengintip dari pintu, Anna mengangguk dengan cepat dan menarik kursi agar bisa leluasa mengompres dahinya. Ethan sepertinya bermimpi buruk, keningnya berkerut sambil mengepalkan tangannya.

Ethan kecil berjalan pelan-pelan menuju kamar papa dan mamanya, semoga kali ini mereka mau bermain dengannya. Papa sedang berbicara keras kepada mama, dia bahkan membanting kertas kepada mama. Papa tidak boleh seperti itu, apalagi sama mama, bicara harus lembut ketika berbicara dengan wanita, itu yang Opa selalu ajarkan. Mama menangis tersedu-sedu. Papa lalu keluar, hampir menabrak Ethan yang ada di depan pintu.
"Minggir kamu, anak bodoh!" ucapnya tanpa melihatnya, dia segera memakai jas hitamnya dan mengambil kunci mobil, Ethan segera berlari secepat kaki anak lima tahun dapat berlari untuk mengejarnya.
"Papa...papa…, lihat aku buat gambar papa lho!" Hari itu papa pulang ke rumah setelah berapa lama tidak pernah pulang. Ethan kecil segera menggambar untuknya, opa selalu suka jika dia berikan gambar, papa pasti juga suka. Tapi papa hanya berjalan tanpa menoleh kepadanya, dan membanting pintu di depannya.
Air mata kecewa jatuh di pipinya, Ethan anak laki-laki, dia tidak boleh menangis, dia harus kuat. Ethan mengepalkan tangannya, meremas gambar yang dia buat dengan susah payah tadi dan melemparnya jauh-jauh, jika dia tidak mau melihatnya, baiklah Ethan tak akan membuatnya lagi buat dia!
Anna terus mengusap wajah Ethan dengan lembut. Dia selalu lemah jika melihat seseorang sakit, Anna kembali ke penyesalannya yang paling dalam yaitu membiarkan ayahnya meninggal sendiri di rumah sakit. Anna kembali mengingat janji pada dirinya sendiri, yaitu tidak akan membiarkan siapapun yang dia kenal sakit sendirian. Karena air panas di baskom mulai dingin Anna kembali ke dapur untuk menjerang air.
Ethan terbangun dengan air mata mengalir dari kedua matanya, bodoh sejak kapan dia menangis, semua karena mimpi jelek itu. Ethan segera bangkit namun dia langsung merebahkan dirinya lagi karena kepalanya yang kembali bertalu-talu.
"Ethan, kamu sudah sadar?" tanya Anna menghampirinya dan segera memegang kening Ethan, tangannya terasa dingin. Anna berharap panasnya sudah turun, namun ternyata panasnya masih belum turun.
"Kamu demam," ucapnya sambil meletakkan kompres air hangat di kepala Ethan. Hatinya tak tahan lagi, apa karena mimpinya barusan atau entahlah apa, tapi air mata Ethan kembali mengalir saat melihat tatapan khawatirnya, kadang menyenangkan juga mengetahui ada orang yang mengkhawatirkan dirinya.

Hati Anna kembali mencelos, mengapa air matanya malah mengalir? Terkejut melihat air matanya dia segera menghapus air matanya dengan jarinya tanpa berkata apa-apa, dan meletakkan tangannya di pipinya, mereka hanya berpandangan beberapa saat. Saat Anna melihatnya tidak berdaya seperti ini membuatnya merasa tidak nyaman. Ethan biasanya selalu tampil prima, dan gagah dengan wajah tampannya yang angkuh memerintah semua orang. Tanpa sadar Anna mengusap-usap pipinya dengan lembut. Ethan seketika merasa berbeda, Anna adalah seseorang yang berarti baginya.

Comentário do Livro (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    8d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes