logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Kencan buta yang Gagal Total

“Cantik apanya? mata pandaku bahkan sudah persis seperti panda yang sebenarnya.” ucap yang sedang sibuk merapikan pakaiannya di depan cermin toilet kantor. Berkat Daniel yang menambah pekerjaannya, Yuri hampir tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Akibatnya ia terlambat bersiap-siap untuk kencan butanya. Meskipun ia memang tidak ada niat untuk tampil menarik di depan siapapun pria itu nantinya. Setidaknya ia juga tidak ingin terlihat seburuk saat ini. Rambutnya yang acak-acakan berkat kejatuhan dokumen siang tadi, tidak berhasil dia rapikan dengan sempurna. Ia bahkan tidak ada sisir untuk merapikannya, sehingga ia cumin mengikat rambutnya menjadi satu dengan ala kadarnya. “Dia pikir karena aku bukan karyawan tetap jadi aku tidak sesibuk yang lainnya! Tidakkah dia liat aku yang paling sibuk disini.” ungkapnya kesal. “Tapi dia mentraktirku lagi… baiklah ku maafkan!” lanjutnya lagi. Yoona yang baru masuk toilet melihatnya dengan heran.
“Kau bicara dengan siapa?” tanyanya.
“Temanku….” jawab Yuri langsung mengangkat teleponnya ke telinga agar Yoona berpikir ia sedang teleponan dengan seseorang.
Yuri sampai di tempat kencannya lima belas menit terlambat yang sengaja dia lakukan agar semuanya berakhir saat itu juga. Rambutnya masih diikat asal, tangannya penuh dengan dokumen pekerjaan yang belum sempat ia selesaikan di kantor sehingga harus ia bawa ke rumah, satu-satunya yang membuatnya tampak sedikit berbeda hanyalah lipstick di bibirnya yang ia poles sedikit. Mina sudah mengabari tempat duduknya sejak sepuluh menit yang lalu dan sudah mengirimi pesan marah-marah sejak Yuri keluar dari gedung perusahaan. Setelah menemukan mejanya, Yuri membuka foto yang Mina kirimkan untuk memastikan ia tidak salah orang. Yuri pernah beberapa kali bertemu dengan managernya Mina saat Mina sesekali membuat masalah seperti kabur dari pengawasan managernya. Orang itu benar-benar mirip dengan managernya Mina yang bernama Choi Taeho. “Padahal di foto terlihat berbeda. Tapi mereka benar-benar sama.” ucapnya.
“Selamat malam….” sapa Yuri mencoba terdengar sopan meskipun sesungguhnya dia sudah sangat ingin melakukan apapun untuk mengakhiri kencannya.
“Ma-malam? Kau Yuri?” tanya pria itu
“Benar….”
“Silahkan duduk. Aku Choi Dal soo.” ucapnya memperkenalkan diri dengan sangat percaya diri.
“Iya, aku tahu. hahaha….” jawab Yuri yang langsung menyadari jawabannya yang terkesan terlalu cuek sehingga dia langsung mengakhirinya dengan pura-pura tertawa.
“Mina memberitahu makanan kesukaanmu. Dia bilang kau pasti akan memesan itu, jadi aku sudah memesankannya. Kuharap tidak masalah.”
“Iya, tidak apa. Aku memang ingin memesan makanan kesukaanku.” jawabnya kikuk. Berada berdua saja dengan pria dengan konteks kencan selalu membuatnya gugup meski ia tidak berniat pacaran dengan pria itu. Dia hanya benar-benar tidak tahu cara berkencan.
“Aku dengar kau bekerja di perusahaan Food King. Pasti menyenangkan bisa bekerja disana. Aku hanya bekerja sebagai karyawan pemerintahan biasa. Aku seorang jaksa. Mina pasti sudah memberitahumu. Benar-benar pekerjaan yang sulit.” ucapnya yang seolah ingin memuji Yuri tapi terdengar jelas dari nadanya bahwa ia sedang menyombongkan pekerjaannya.
“Aku masih pegawai sementara.”
“Begitukah… kudengar bahkan sulit untuk pegawai sementara untuk bisa diterima menjadi pegawai tetap disana.” balas Choi Dal Soo dengan tangannya yang terus mendekati tangan Yuri. Yuri terus mengamati tangan itu yang bergerak perlahan ke arah tangannya. “Temanku adalah ketua tim di perusahaan J and K group, kalau kau mau aku bisa membantumu untuk bekerja disana langsung sebagai pegawai tetap.” lanjutnya yang kini tangannya mulai menyentuh tangan Yuri, perlahan sampai tangannya akhirnya benar-benar menggenggam tangan Yuri. Dengan reflek Yuri langsung menarik tangannya sendiri dari atas meja. Choi Dal Soo tampak terkejut dengan respon Yuri. Suasana diantara mereka berdua menjadi lebih tegang. Keduanya sama-sama hanya diam sampai makanan datang.
“Selamat makan.” ucap pria itu akhirnya yang tidak terdengar terlalu percaya diri lagi seperti sebelum-sebelumnya. Saat Yuri sedang makan, tangan pria itu lagi-lagi mencoba menyentuh Yuri yang kali ini pada bagian wajah Yuri tapi langsung Yuri hentikan.
“Tolong jangan sentuh aku!” Perintah Yuri tegas. Ia sudah menduga Mina lagi-lagi akan salah menilai orang. Dan benar saja, orang yang sudah sangat sahabatnya puji-puji sebagai orang yang sangat sopan sepertinya malah tidak tahu sama sekali tentang sopan santun. Belum lagi cara pria ini memandangnya sangat mengganggu dirinya. Pandangan meremehkan yang sudah sangat Yuri kenali di dalam hidupnya karena hampir setiap moment dalam hidupnya ia bertemu dengan orang yang memandangnya begitu rendah.
“Ma-maaf. Aku hanya ingin mengambil makanan yang menempel dibawah bibirmu.” ucapnya dengan alasan klise yang selalu di pakai dalam cerita romantic yang sayangnya hal seperti itu tidak akan memberikan efek apapun pada hati Yuri.
“Aku bisa membersihkannya sendiri.” jawab Yuri yang langsung mengambil tisu dan mengelap bawah bibirnya dengan tisu itu.
“Bagaimana kau bisa berteman dengan Mina?” tanya pria itu mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
“Kami satu sekolah saat SMP.”
“Wah, kalau begitu kalian pasti sangat dekat.”
“Lumayan….” jawab Yuri seadanya. Ia hanya ingin cepat-cepat menghabiskan makanannya, lalu mengakhiri semuanya. Sementara Choi Dal Soo terus bertanya, Yuri hanya terus menjawab seadanya, sampai Choi Dal Soo terlihat jelas mulai kesal meskipun masih ia paksakan untuk terus tersenyum.
“Senang bertemu denganmu Yuri. Bagaimana kalau kita bertemu lagi weekend ini?” tanya Choi Dal Soo setelah kencan buta mereka sudah hampir selesai. Yuri menatap pria itu sebentar. Ekspresinya tidaK jauh berbeda dari pria-pria dari kencan buta sebelumnya yang Mina kenalkan. Bersikap seolah begitu ramah dan tertarik untuk kencan berikutnya, tapi jelas berusaha keras menyembunyikan perasaan kesalnya.
“Maaf, rasanya kita tidak cocok. Mari kita akhiri disini saja.” jawab Yuri mencoba terdengar sesopan mungkin karena bagaimana pun pria ini adalah adik dari managernya mina yang juga ia hormati. Meskipun melihat ekspresi pria itu saja sudah membuat Yuri muak.
“Kau menolakku?” tanya Dal Soo terdengar tidak percaya.
“Bukannya menolak, hanya saja kita memang tidak cocok. Aku yakin kau juga me…,”
“Ya! Berhentilah berlagak jual mahal. Wanita sepertimu tidak pantas melakukannya!” ucap pria itu memotong kalimat Yuri. Meski Yuri sudah sering menolak pasangan kencan butanya tapi ini adalah pertama kalinya pria yang dia tolak baik-baik berani menghinanya seperti itu.
“Wah, firasatku benar. Kau adalah pria terburuk dari yang terburuk! Siapa juga yang berlagak jual mahal pada orang brengsek sepertimu? Dan apa maksudmu dengan wanita sepertimu? Memangnya aku wanita seperti apa dan kau pria seperti apa sampai kau pikir kau berhak berkata seperti itu padaku?” balas Yuri yang sudah kehilangan kesabarannya. Pria itu menatap Yuri dengan serius dan mulai tersenyum sinis.
“Apakah kau tidak pernah mengaca? Bahkan ibuku lebih cantik darimu. Mina benar-benar malaikat masih mau berteman dengan wanita sepertimu.”
“Mina memang seperti malaikat tapi bukan karena dia mau berteman denganku. Tapi karena dia bahkan tidak pernah sekalipun berpikir untuk berteman dengan seseorang karena penampilan dan jabatan mereka. Tidak seperti sampah sepertimu. Kau bahkan tidak perlu kaca untuk tahu bahwa kau adalah sampah karena baumu sudah sangat busuk!” jawab Yuri langsung beranjak dari kursi dan menyiram Dal Soo dengan minuman yang tersisa di gelasnya. Dal Soo yang terkejut dan marah langsung menghentikan Yuri yang mau pergi dengan menggenggam tangan Yuri dengan begitu kencang.
“Lepaskan aku!” bentak Yuri sambil mencoba untuk melepaskan genggaman pria itu. Tapi genggaman pria itu malah semakin kuat. “Dasar brengsek!” teriak Yuri yang membuat pria itu semakin marah. Pria itu melepaskan genggamannya tapi malah mendorong Yuri. Disaat Yuri pikir ia akan jatuh seseorang menangkapnya dari belakang. Yuri mencium bau parfum orang yang menangkapnya itu, langsung mengingatkannya pada bau parfum Park Daniel. “Tidak mungkin kan?” tanyanya pada diri sendiri sambil menoleh ke belakang untuk melihat pria yang menangkapnya.
“Park Daniel?” tanya Yuri tidak percaya sosok Park Daniel di belakangnya.
“Apa yang sudah kau lakukan pada seorang wanita? Apa kau benar-benar pria?” tanya Daniel pada Dal Soo.
“Siapa kau? Jangan ikut campur urusan orang!”
“Aku pacarnya!”
“Apa?” tanya Yuri dan Dal Soo bersamaan, tidak percaya dengan apa yang baru mereka dengar.
“Kau mau bebas dari orang ini segera bukan? ikuti saja permainanku….” bisik Daniel langsung di telinga Yuri, begitu dekat sampai membuat Yuri merasa sedikit geli dan terlihat seolah Daniel sedang mengecup telinga Yuri bagi orang lain.
“Hah, jadi kau ternyata wanita seperti itu. Tidak bisa dipercaya!” respon Dal Soo yang sangat dimengerti maksdunya oleh Yuri. Wanita yang tidak rupawan tidak pantas bersikap seperti itu.
“Sepertinya kau salah paham. Yuri ikut kencan buta bukan karena dia mau mencari pria lain. Tapi hanya karena ia merasa tidak enak mengabaikan niat baik sahabatnya. Mau bagaimana lagi, hubungan kami sebenarnya masih rahasia. Jadi teman Yuri mengira Yuri masih single.”
“Apa itu masuk akal? pria mana yang membiarkan pacarnya ikut kencan buta!”
“Pria sepertiku. Pria yang sudah sangat sempurna dari wajah, tubuh, hingga harta. Kalau hanya bertemu orang sepertimu, tidak ada yang perlu ku khawatirkan sedikitpun. Hanya orang bodoh yang mau membuang berlian demi sampah, dan Yuri ku itu sangat pintar.” jawab Daniel yang bukan hanya membuat Dal Soo sangat kesal tapi juga membuat Yuri sangat terkejut. Meski itu semua hanya acting semata, tapi semua kata-kata Daniel membuatnya tersipu dan jantungnya berdetak kencang, apalagi dengan tangan Daniel yang masih terus merangkulnya.
“A-aku…,”
“Shut…. diam dan pergilah sebelum aku memanggil security. Aku ini berasal dari keluarga yang sangat berkuasa.” jawab Daniel menyombongkan dirinya seperti biasa. Tapi bukannya Yuri merasa kesal mendengarya, Yuri justru merasa senang.
“Li-lihat saja nanti! Kau akan akan menyesal….” ancam Dal Soo sambil berlari pergi. Meskipun ia berniat mengancam, tapi dari suaranya terdengar jelas ia mulai ketakutan. Ia bahkan berlari dengan tidak fokus sampai kakinya tersandung kaki meja dan ia sempat terjatuh. Dengan malu, ia berlari keluar restaurant tanpa menengok ke belakang sedikit pun. Yuri tersenyum puas melihatnya. Baru dua kali ini dia melihat orang yang menghina dan merendahkannya kabur dengan malu seperti itu.
“Kau sangat senang?” tanya Daniel.
“Tentu saja. Meskipun aku selalu melawan orang-orang seperti itu, tapi sangat jarang aku bisa menang. Terima kasih sudah menolongku.” ucap Yuri yang masih belum bisa berhenti tersenyum. “Tunggu… Dia kabur, berarti… aku harus bayar makanannya sendiri?!” ucapnya lagi setelah sadar pria itu langsung keluar kabur tanpa membayar terlebih dahulu. Yuri menatap makanan yang sudah habis bersih di atas mejanya, membayangkan berapa banyak uang yang harus dia keluarkan untuk itu. Padahal salah satu alasannya mau ikut kencan buta untuk makan makanan enak secara gratis.
“Mau kubayarkan?”
“Jangan, kita baru bertemu, tapi kau sudah berkali-kali mentraktirku.”
“Kalau kali ini bukan traktiran?” tanya Daniel membuat Yuri bingung.
“Maksudnya? hutang gitu?”
“Bantu aku sekarang.”
“Bantu untuk apa?”
“Kau hanya perlu duduk diam bersamaku sekarang sampai aku bilang selesai.” jawab Daniel semakin membuat Yuri bingung. Yuri mencoba mencari alasan yang masuk akal untuk Daniel tiba-tiba menyuruhnya hanya untuk duduk diam, tapi rasanya alasan apapun tidak akan masuk akal. Tapi demi menghindari pengeluaran besar yang tak terduga, ia akhrinya menyetujuinya. Daniel membawanya ke meja tempat ia makan sebelumnya yang ternyata hanya satu meja jaraknya dari tempat Yuri tadi makan.
“Aku hanya perlu duduk disini?” tanya Yuri sembari dia duduk di kursi yang kosong.
“Benar.”
“Boleh aku pesan minum lagi?” tanya Yuri ragu.
“Hahahaha, kau ini benar-benar. Silahkan pesan.”
“Terima kasih… ngomong-ngomong bantuan macam apa yang hanya perlu aku duduk diam seperti ini?”
“Sebentar lagi kau akan tahu.” jawab Daniel membuat Yuri mulai berfirasat buruk.
“Tadi… darimana kau tahu temanku yang mengatur kencan buta untukku?”
“Aku mendengarkan obrolan kalian sedikit. Lebih tepatnya ocehan pria itu… Aku melihatmu, awalnya aku ingin menyapamu, tapi saat sadar kau sedang berkencan, akhirnya aku duduk di belakangmu.”
“Bukankah itu pelanggaran privasi?” tanya Yuri kesal setelah tau Daniel sengaja mengupingnya.
“Benar juga… kau mau menuntutku?” jawab Daniel dengan begitu santai.
“Tidak juga. Toh aku tidak mungkin menang.” Saat mereka masih asik mengobrol, datanglah seorang wanita yang berpakaian sangat rapih. Mengenakan pakaian resmi berupa dress putih yang menyesuaikan bentuk tubuh, dan tas merah kecil yang menyerupai dompet. Ia berjalan dengan begitu anggun menghampiri mereka berdua dengan sedikit ragu.
“Apakah anda Daniel Park?” tanyanya pada Daniel dengan ragu.
“Benar.” jawab Daniel yang justru membuat wanita itu semakin terlihat ragu. Wanita itu menatap Yuri yang sedang menyeruput minumannya yang baru datang. Ekspresi wajahnya jelas mengatakan ia sedang sangat bingung. Yuri yang menyadari tatapan wanita itu, juga ikut bingung untuk merespon seperti apa. Perjanjian yang dia buat dengan Daniel hanyalah dia yang harus duduk diam saja. Dan Daniel juga terus mengisyaratkannya untuk terus diam.
“Maaf, kau pasti bingung… Aku dan pacarku baru saja selasai bekerja. Karena dia sangat sibuk hari ini, dia baru ada waktu makan sekarang, jadi aku membawanya ke restaurant. Aku pikir kau mungkin akan datang terlambat.” jawab Daniel menjadi satu-satunya orang diantara mereka yang bisa bersikap begitu tenang, bahkan cenderung terlihat menikmati suasana membingungkan yang sudah ia buat.
“Kau… sudah punya pacar? dan kau bahkan membawanya ke kencan buta kita?” tanya wanita itu tidak percaya dengan perbuatan Daniel yang sangat melukai harga dirinya. Yuri yang mulai mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, ikut tidak percaya Daniel berbuat demikian. Dia hanya bisa melongo heran. Ingin rasanya untuk kembali ke beberapa menit sebelumnya agar dia bisa menolak tawaran Daniel untuk membantunya. Meski ia sendiri sering dengan sengaja membuat pasangan kencan butanya tidak nyaman untuk mengakhiri semuanya, tapi tidak pernah terpikir olehnya cara ekstream seperti ini. Apalagi wanita yang dipermalukan Daniel ini pastilah bukan wanita biasa, mengingat siapa keluarga Daniel.
“Apa tidak boleh?” tanya balik Daniel masih terdengar begitu santai.
“Ha? Aku tidak percaya ini. Paman memang mengatakan kalau kau menyebalkan, tapi tidak kusangka kau semenyebalkan ini.” ucap wanita itu kesal dan langsung meninggalkan restaurant. Yuri yang masih terkejut dengan semua yang terjadi haya bisa diam melihat wanita itu pergi.
“Apa kau sudah gila? meskipun kau tidak mengingkan perjodohan setidaknya kau harus tetap memperlakukan mereka dengan sopan.” ucap Yuri setelah berhasil mencerna semuanya.
“Kata orang yang menyiram pasangan kencan butanya sendiri!”
“Itu berbeda! dia jelas kurang ajar dan pantas mendapatkannya. Wanita itu bahkan baru datang.”
“Ini cara terbaik untuk menghentikkan orang yang sudah sesukanya mereka memaksa orang lain datang ke perjodohan. Kalau seseorang memaksamu untuk datang ke perjodohan dan kau hanya terus menemui orang yang mereka pilih untukmu, mereka tidak akan mengerti kalau kau benar-benar tidak menginginkan hal seperti itu.”
“Tetap saja, kau tidak perlu sampai seperti itu.”
“Mau bayar makananmu sendiri?” ancam Daniel.
“Ti-tidak… aku setuju denganmu. Sangat setuju!”
“Pintar….”

Comentário do Livro (193)

  • avatar
    SofwanudinDani

    ini Bagus

    12d

      0
  • avatar
    ManurungCantika

    saya sangat menyukai cerita ini..................................................................... semoga ad cerita yg lebih bagus lagi

    20/08

      0
  • avatar
    silvianiDesti

    Lanjut ga 😭

    12/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes