logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Adik yang Tampan

Cha Min Ho, pria 23 tahun, mahasiswa jurusan hukum semester 4, adik kandung satu-satunya Yuri yang berparas bagaikan vampir tampan yang keluar dari komik. Sikapnya yang dingin, tatapan matanya yang begitu tajam dan seolah berbicara, bulu mata lentik, dan rahang wajah yang kecil dilengkapi tubuh tinggi semampai yang lumayan berotot membuat seragam pelayan café terlihat seperti brand mewah saat dikenakannya.
“Dia benar-benar menyia-nyiakan wajahnya. Kalau menjadi idol dia pasti sudah sangat terkenal sekarang.” ucap teman kerjanya melihat Minho yang sedang melayani pelanggan perempuan yang jelas sedang menggodanya. Wanita itu terus meminta kontaknya namun minho terus menolaknya dengan halus.
Kakak: “Mau kue? pilih yang mana?” sebuah pesan dari Yuri masuk ke line-nya lengkap dengan foto-foto kue di atas meja. Jarang-jarang kakaknya menawari makanan di hari selain weekend. Karena mereka biasanya hanya bertemu saat weekend itu pun jika Minho sempat pulang ke apartemen kakaknya. Sudah hampir sebulan ini Minho sama sekali tidak pulang karena terus mendapatkan pekerjaan panggilan saat weekend.
“Moca.” balasnya singkat.
“Oke, kau bisa mengambilnya?”
“Tidak bisa. sibuk.” jawabnya lagi singkat. Yuri benar-benar dibuat kesal saat membacanya. Bukan karena singkat tapi karena dia bilang sibuk. Belakangan ini setiap kali Yuri menghubunginya ia selalu menjawabnya dengan kata sibuk. Yuri menjadi kesal karena Yuri sangat mengenal adiknya. Saat adiknya punya waktu untuk bertelponan setidaknya beberapa hari sekali atau pulang setidaknya dua minggu sekali, artinya dia cukup sibuk. Tapi jika ia bahkan tidak sampat menghubungi dan sampai tidak pulang dalam waktu yang cukup lama artinya dia terlalu sibuk. Begitu sibuknya sampai Yuri bahkan tidak bisa membayangkan berapa banyak pekerjaan yang adiknya lakukan. Yuri cenderung melarang adiknya untuk bekerja banyak, tapi karena itu adiknya jadi lebih sering bekerja tanpa sepengetahuan Yuri. Yuri akhirnya memutuskan untuk menelepon adiknya.
“Kau sudah makan?” tanya Yuri begitu adiknya mengangkat teleponnya.
“Sudah.”
“Jangan bohong.”
“Aku sudah makan. Hari ini aku bekerja di café sift pagi, banyak makanan yang bisa aku makan sambil bekerja. Tidak perlu khawatir.”
“Baiklah, tapi ingat… kalau kau sampai sakit aku akan membunuhmu!”
“Aku mengerti. Tenang saja, aku tidak akan memaksakan diri.”
“Aku akan mampir nanti sore untuk memberikan kuenya.”
“Nanti sore…,”
“Jangan bilang kau sibuk!” potong Yuri.
“Tidak, aku hanya akan belajar di perpustakaan kampus. Temui aku di taman depan perpustakaan.”
“Baiklah.”
Yuri menutup teleponnya lalu menggeser kue rasa mocanya agar ia tidak lupa. Setelah selesai makan Yuri membawa kue moca itu ke kasir untuk meminta Hye Sin menyimpannya terlebih dahulu karena ia takut kalau langsung membawanya ke atas kue nya akan mencair atau rusak karena sebab lain, apalagi ia cukup ceroboh.
“Bisakah kau simpankan dulu ini untukku? Aku akan mengambilnya saat pulang kerja nanti.”
“Tentu. Untuk adikmu?” tanya Hye Sin yang sudah cukup sering mendengar cerita tentang Minho dari Yuri.
“Benar, tolong ditambah satu lagi yang ukuran sedang.” jawabnya sambil menambah pesanannya yang kali ini ia bayar dengan uangnya sendiri. Meski Minho bilang ia makan dengan baik, tapi seperti seorang nenek ia tidak bisa berhenti khawatir.
***
Begitu pulang kerja sesuai rencana, Yuri langsung pergi menemui adiknya. Ia duduk di taman depan perpustakaan kampus adiknya sambil memakan kue ikan yang baru dia beli di jalan dan memainkan games crossword di handphonenya. Ia sudah mengabari adiknya sejak sepuluh menit yang lalu, tapi adiknya belum kunjung datang juga. Minho memang bilang dia harus menyelesaikan sesuatu dulu dan akan turun sebentar lagi. Udara malam berhembus kencang membuatnya kedinginan apalagi dia hanya mengenakan kemeja tipis.
“Kenapa lama sekali sih.” keluhnya sambil melihat jam di handphonenya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Saat itulah teleponnya berbunyi. Mina lah yang meneleponnya. Dengan sangat malas Yuri tetap mengangkat telepon itu. Ia sudah tahu betul untuk apa sahabatnya yang super sibuk itu meneleponnya.
“Yuri ku tersayang… kau tahu tidak sepertinya tahun ini adalah tahun keberuntunganku.” ucap Mina begitu Yuri mengangkat teleponnya, ia bahkan tidak memberikan sapaan lebih dahulu.
“Wah senangnya, sepertinya setiap tahun adalah tahun keberuntunganmu. Kau yakin tidak mencuri beberapa milikku?” sindir Yuri yang bernasib sangat berbeda dari sahabatnya itu.
“Sepertinya, tapi aku tidak akan mengembalikannya.”
“Tentu, ambil saja. Untukmu aku rela memberikannya. Jadi apa yang terjadi sekarang?”
“Aku akan bermain drama baru dan tebak siapa yang akan menjadi lawan mainku?”
“Kwak Hi jun dari Dreamcast.” jawab Yuri tanpa keraguan sedikitpun. Jika ada orang yang bisa membuat Mina begitu excited tidak lain dan tidak bukan dia pasti bias nya sejak sma, yaitu Kwak Hi Jun yang merupakan actor sekaligus member boy band ternama Dreamcast.
“Darimana kau tahu?”
“Kau menyuruhku menabaknya dan itu tebakanku.”
“Wah, kau memang sahabatku. Tidak salah lagi.”
“Tapi syukurlah kau menelepon untuk memberikan kabar bahagia itu. Kupikir kau ingin membicarakan sesuatu yang lain.” ucap Yuri yang awalnya ia mengira Mina menelepon untuk membicarakn tentang perjodohan itu.
“Ah benar, aku baru ingat ada hal lain yang harus kusampaikan…,” jawab Mina yang langsung membuat Yuri tersenyum pahit. “Aku sudah memberitahu pasangan blind date-mu dan dia mau bertemu denganmu rabu ini pukul delapan malam. Kau ingin di restaurant biasa dekat kantor mu itu kan? aku sudah mengatakannya juga dan dia bilang tidak masalah. Bukankah dia sangat pengertian?” lanjutnya tepat seperti yang Yuri duga.
“Heh, tentu jam delapan malam di restaurant Paris Garden. Katakan padanya aku mungkin sedikit telat.” jawab Yuri langsung menyetujui semuanya karena dia ingin cepat-cepat mengakhiri masalah ini.
“Kakak akan datang ke perjodohan lagi?” tanya Minho yang sentah sejak kapan sudah berdiri di belakang Yuri membuat Yuri terkejut sampai hampir menjatuhkan handphonenya.
“Sejak kapan kau disitu?” tanya Yuri sambil memutuskan telepon dari Mina secara sepihak.
“Baru saja.”
“Darimana kau tahu aku ikut perjodohan lagi?”
“Kakak hanya makan di restaurant Paris Garden saat perjodohan saja. Agar kakak bisa langsung datang setelah selesai bekerja dengan tampilan amburadul seperti saat ini dan kakak hanya akan makan sepuasanya toh pihak pria yang selalu membayarnya.” Jawab Minho yang begitu tepat seperti menusuk sisi terdalam Yuri dengan pedang panjang.
“Kau memang luar biasa.” sahut Yuri sambil memberikan sedikit tepuk tangan untuk adiknya.
“Ini kuenya? kakak membeli dua untukku?”
“Iya, satu ukuran kecil dan satu ukuran sedang. Makanlah yang ukuran sedang sekarang dan simpan yang ukuran kecil untuk sarapan besok, jangan lupa masukan dalam kulkas. Kuenya akan terasa lebih enak saat dingin. Tulis namamu di kotak kue dan beri tanda jangan di makan. Ada saja orang suka mengambil makanan orang lain hanya karena mereka tinggal bersama.” perintah Yuri mengingat pengalamannya dulu saat masih kuliah dan tinggal se atap bersama mahasiswa-mahasiswa lain. Apalagi Minho yang tinggal di asrama dengan lebih banyak mahasiswa yang menepati satu atap itu dibandingkan dirinya dulu.
“Tenang saja, kami punya peraturan sendiri. Kalau begitu aku pergi.”
“Ya, baiklah. Selamat belajar.”
“Oh kak, pakailah jaketku.” ucap Minho sambil melepaskan jaket yang ia kenakan.
“Tidak perlu, aku akan langsung pulang lagian.”
“Aku menyimpan jaket lain di lokerku. Pakai saja ini. Kakak butuh setengah jam lebih untuk sampai di rumah.” jawabnya langsung melemparkan jaket itu pada Yuri dan pergi sebelum Yuri sempat mengucapkan apapun lagi.
“Dasar tsundare*.” Ucap Yuri yang ternyata masih terdengar oleh adiknya. Minho yang tadinya sudah berjalan pergi langsung menoleh dan menghampiri kakaknya lagi.
“Aku… tsundare?”
“Benar. Kau tsundare. Selalu berlagak dingin tapi sebenarnya kau sangat peduli dengan kakakmu ini kan?” ucap Yuri yang hanya dibalas oleh tatapan tajam oleh adiknya. Minho paling tidak suka dipanggil tsundare meskipun sikapnya memang benar-benar seperti tsundare. Sebenarnya ia merasa malu jika orang menyebutnya seperti itu. “Kalau kau tidak mau kupanggil tsundare, berikan aku pelukan!” perintah Yuri yang sudah siap menerima pelukan dari Minho.
“Tidak mau!” jawab Minho tegas.
“Ayolah, peluk kakakmu sebentar. Hari ini sangat melelahkan. Sedikit pelukan untuk membuatku merasa lebih semangat?” Minho terdiam sebentar menimang pilihan. Ia melihat sekitar memastikan tidak ada orang yang ia kenal. Jika temannya melihatnya memeluk seorang wanita mereka pasti akan terus menggodanya dan tidak akan percaya dengan cerita wanita itu adalah kakaknya. Apalagi Yuri hanya tiga tahun lebih tua darinya, dan dengan tinggi yang hanya 168 cm, membuatnya terlihat lebih muda dari usia aslinya. Setelah yakin tidak ada orang yang ia kenal ia memeluk Yuri dengan cepat dan langsung melepaskannya. Pipinya memerah meski orang yang ia peluk hanya kakaknya, karena ia yang sangat tidak terbiasa dengan sentuhan fisik apalagi pelukan. Begitu melepas pelukannya, ia langsung berlari kabur masuk ke dalam gedung perpustakaan. Yuri bahkan tidak sempat berkata apapun.
“Lucunya.” ucap Yuri yang sedikit terkejut adiknya mau memeluknya. Ia lupa kapan terakhir Minho memeluknya. “Sepertinya saat aku SMP.” ucap Yuri mencoba mengingat pelukan terakhir dengan adiknya. “Benar. saat itu.” kenangnya membuatnya sedikit sedih. Yuri langsung pulang setelah itu. Awalnya ia ingin mampir ke swalayan untuk membeli kebutuhan bulanan, tapi tubuhnya yang sudah sangat lelah ditambah perasaannya yang tiba-tiba sedih setelah mengenang masa kecilnya membuatnya memutuskan untuk langsung pulang saja.

Comentário do Livro (193)

  • avatar
    SofwanudinDani

    ini Bagus

    13d

      0
  • avatar
    ManurungCantika

    saya sangat menyukai cerita ini..................................................................... semoga ad cerita yg lebih bagus lagi

    20/08

      0
  • avatar
    silvianiDesti

    Lanjut ga 😭

    12/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes