logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Dia Berbeda

“Padahal aku tidak pernah mempermalukan diriku sendiri sebelumnya. Bisa-bisanya aku malah melakukannya di depan bos baruku!” gerutunya kesal saat sedang menenangkan dirinya di toilet. Setelah selesai mengutuk dirinya, ia keluar dari toilet dengan waswas. Ia terus menengok kanan kiri takut jika harus berhadapan langsung dengan Park Daniel.
“Yuri!” panggil Lee jae suk yang tiba-tiba muncul mengejutkan dirinya. Yuri hampir saja berteriak karena itu. Dari belakang atasannya itu menyusul atasan barunya, Park Daniel.
“Hari ini Tuan Daniel ingin melihat-lihat kantor terlebih dahulu. Aku punya meeting penting sekarang, jadi tolong gantikan aku untuk mengantarnya.” lanjutnya membuat Yuri kehilangan semangat terakhirnya.
“Tidak bisakah yang lain saja?” tanyanya membuat Jae Suk tidak habis pikir. Untuk pertama kalinya seorang pegawai kontrak berani mempertanyakan perintahnya.
“Apa kau…,”
“Maksudnya… mari saya antar tuan Daniel berkeliling kantor.” potong Yuri sadar hampir membuat dirinya di pecat. Ia langsung buru-buru mengajak Daniel pergi sampai ia lupa Daniel mungkin yang akan memecatnya karena kelakuannya di lift tadi.
“Jadi tuan Daniel, saya sekali lagi benar-benar minta maaf atas kejadian di lift tadi.” ucapnya setelah tinggal mereka berdua.
“Kau sudah minta maaf berulang kali. Tenang saja, aku orang yang pemaaf.” jawab Daniel sedikit membuat Yuri lega. Daniel muncul dengan tiba-tiba tidak seperti anak dirut lain yang biasanya meminta penyambutan mewah, ia menyapa seluruh karyawan dengan ramah dan dengan tegas meminta mereka memperlakukannya seperti biasa terlepas statusnya sebagai anak dirut, dan mendengarnya mmemilih tidak mengungkit kejadian di lift lagi membuat Yuri berpikir jika Daniel mungkin memang atasan yang baik dan bijak, yang tidak akan memecat orang dengan alasan remeh yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Yuri mendengar banyak gosip tentang kakanya Daniel yang sekarang menjabat sebagai ceo, tentang bagaimana kakaknya sangat cerdas dan bijak. “Benar, bagaimanapun juga mereka kakak beradik, dia pasti bijak seperti kakaknya.” pikir Yuri.
“Lagipula, itu bukan salahmu.” lanjut Daniel semakin membuat Yuri kagum.
“Memang sulit bagi wanita untuk tidak kagum dengan wajahku.” lanjutnya lagi yang langsung menghancurkan ekspetasi Yuri seperti terjun bebas tanpa parasut. Yuri secara reflek langsung menoleh Daniel dan menatap wajahnya degan penuh ketidak percayaan. “Bisa-bisanya aku berpikir kakak dan adik akan sama, saat aku dan adikku saja bagai bumi dan langit.” gerutunya dalam hati.
“Laki-laki pun kagum dengan wajahku.” lanjut Daniel dengan sangat percaya diri.
“Astaga. Baru lima detik yang lalu kau terdengar sangat bijak.” ucap Yuri tanpa sadar menggunakan bahasa non formal yang ia bahkan tetap tidak menyadarinya setelah mengucapkannya.
“Aku harus terdengar bijak di depan karyawan lain, kalau tidak mereka tidak akan menghargaiku.”
“Lalu kenapa kau seperti ini di depanku? aku juga karyawan.”
“Karena keliatannya kau bodoh.”
“Ya!” teriak Yuri tidak sadar.
“Ya? biasa-bisanya kau berkata begitu pada atasanmu? Benar juga kau dari tadi terus berbicara non formal padaku. Aku atasanmu. Apa kau benar-benar bodoh?” tanya Daniel yang benar-benar sulit dipercaya oleh Yuri.
“Aku tidak bodoh! Aku salah satu lulusan terbaik di angkatanku. Aku bekerja di sini setelah mengalah sepuluh ribu pelamar kerja lainnya. Tidakkah kau tau betapa sulitnya orang lain yang bukan anak dirut untuk menjadi karyawan disini? Dan kau duluan yang berbicara biasa padaku, aku jadi tidak sadar mengikutinya.” ucap Yuri kesal sampai ia bahkan tidak peduli lagi dia atasan atau bukan.
“Ba-baiklah tidak perlu sekesal itu.” jawab Daniel yang bukannya marah ia hanya sedikit terkejut mendengarnya.
“Ka-kau tidak akan memecatku kan?” tanya Yuri tiba-tiba menyesali ucapannya tadi.
“Tenang saja, aku bukan orang yang seperti itu.”
“Sungguh?”
“Sungguh. Aku hanya perlu menghentikan kontrakmu nanti.”
“Apa? Kumohon jangan seperti itu. Kau bilang kau memaafkanku dan tidak akan memecatku.”
“Memecat dan menghentikan kontrak pegawai sementara saat kontraknya selesai adalah dua hal yang berbeda.” jawab Daniel yang sebenarnya hanya mengerjai Yuri. Dia tidak tahan melihat ekspresi memohon Yuri saat itu. Bibirnya yang sangat cemberut, dan matanya yang menatap Daniel dengan sangat memelas hampir membuat Daniel tidak dapat menahan tawanya.
“Aku hanya bercanda. Aku tidak akan melakukannya kalau memang kerjamu baik.” lanjut Daniel menyerah karena Yuri yang benar-benar mulai meneteskan air mata.
“Sungguh?” tanya Yuri tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“SUNGGUH! Cepat antarkan aku ke cafe.” jawab Daniel dengan menekankan kata-kata sungguh untuk meyakinkannya. Yuri langsung tersenyum mendengarnya dan mengusap air matanya.
“Kenapa ke café?” tanya Yuri lesu. Baru saja ia balik dari sana, ia bahkan belum sempat duduk lebih dari lima menit dan sekarang harus kembali kesana lagi. Membayangkannya saja ia sudah merasa lelah.
“Aku lapar. kakakku bilang kue-kue di café perusahaan lumayan enak.”
“Tapi kita harus keliling perusahaan.”
“Ya, kau pikir aku benar-benar mau keliling perusahaan? meskipun aku karyawan baru disini dan baru balik dari Canada, tapi perusahaan ini milik ayahku. Aku sudah sering menghabiskan waktu disini sejak aku kecil. Keliling perusahaan hanya alasan agar aku tidak perlu mulai bekerja sekarang.”
“Enaknya menjadi anak dirut.” ucap Yuri lirih tapi masih terdengar oleh Daniel dengan jelas.
“Tidak juga.” jawab Daniel ikut lirih tapi terdengar sangat serius sampai-sampai Yuri merasa tidak ingin melanjutkan percakapannya. Begitulah akhirnya mereka yang memulai perjalanan singkat dengan berdebat justru mengakhirnya dengan terus terdiam di sepanjang lift hingga mereka sampai di café.
“Pesankan aku ice vanilla latte double frapes dan beri saus coklat diatasnya, beri yang banyak, dan… strawberry cake.” perintah Daniel yang langsung duduk di dekat jendela begitu masuk ke dalam café.
“Baik… mohon tunggu sebentar.” jawab Yuri dengan nada seperti pelayan café. Ia langsung buru-buru pergi ke kasir untuk memesankan pesanannya. Meskipun ia di suruh menemani Daniel secara khusus, tapi ia tahu betul mentornya tidak akan ada niat untuk mengurangi pekerjaannya. Jika ia terlalu lama menemani tuan muda itu, artinya hanya satu, lembur menanti tepat di depannya.
“Nah ini dia pesanan anda, silahkan dinikmati.” ucap Yuri sambil menata pesanan itu di meja.
“Thank you.” jawab Daniel sedikit heran dengan nada bicara Yuri yang berubah. “Apa dia menyindirku?” pikirnya.
“Kau tidak pesan apapun untukmu?” tanya Daniel saat sadar isi meja hanya ada pesanannya.
“Tidak, aku hanya pegawai sementara. Uangku sangat-sangat tidak banyak.”
“Pesanlah! Aku yang membayarnya.”
“Sung-sungguh?”
“Apa kau punya masalah pendengaran? kau selalu saja bertanya balik. Cepat pesan!”
“Okay!” jawab Yuri begitu antusias. Ia langsung berlari lagi ke kasir namun kali ini dengan perasaan senang. Karena hari ini begitu buru-buru ia memang sama sekali belum makan, dan tidak akan ada waktu makan sampai waktu istirahat tiba nanti. Tidak seperti orang lain yang bisa memesan kue dan minuman kapanpun, Yuri harus menghemat uangnya meski artinya terkadang dia harus melewati sarapan.
“Lihat dia, seperti anak kecil yang diberi uang permen. Memangnya aku tampak seperti atasan yang buruk, sampai ia berpikir aku akan makan sendiri dan membiarkannya hanya menonton?”
Yuri datang dengan membawa nampan berisi segelas cappuccino hangat, dengan tiga macam kue yang semuanya berbeda rasa, mulai dari stroberi, moca, hingga kue coklat.
“Wah benar-benar. Kau akan menghabiskan semuanya?” tanya Daniel tidak percaya dengan yang ia lihat.
“Entahlah, kalau tidak habis aku bisa membungkusnya.”
“Kau sangat tidak tahu malu.”
“Ini semua saya lakukan demi anda. Saat anda menyuruh saya untuk pesan makanan untuk saya sendiri tadi, saya menyadari ekpresi anda. Anda pasti berpikir ‘Apakah saya terlihat sepelit itu’, benar bukan? Karena itu demi anda saya memesan banyak agar anda tidak perlu lagi mengira orang lain menilai anda pelit.” jawab Yuri membuat Daniel tidak habis pikir.
“Kau sangat pintar memainkan kata-kata ya?”
“Sudah kubilang aku ini memang pintar.”
“Baiklah. Terserah kau saja.” ucap Daniel menyerah menghadapi Yuri dan kembali fokus pada makanannya.
“Wah enaknya… Aku harus memfotonya.” ucap Yuri mengambil beberapa foto dari makanan-makanan itu.
“Ternyata sama saja.” ucap Daniel yang sama sekali tidak terdengar oleh Yuri yang masih fokus memfoto kue-kue itu.

Comentário do Livro (193)

  • avatar
    SofwanudinDani

    ini Bagus

    13d

      0
  • avatar
    ManurungCantika

    saya sangat menyukai cerita ini..................................................................... semoga ad cerita yg lebih bagus lagi

    20/08

      0
  • avatar
    silvianiDesti

    Lanjut ga 😭

    12/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes