logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

KELUAR JENDELA

Ella diajak kerumah sakit untuk diperiksa, padahal dia menolak karena tak punya uang tapi mereka tetap memaksanya dan bilang akan membayar seluruh pengobatannya.
Dokter memberikan obat penghilang rasa sakit juga beberapa salep, yang terpenting dokter menyarankan untuk perbanyak istirahat dan juga sering mengompresnya dengan air dingin.
Ketiga wanita itu berjalan berbarengan bersama Ella, rasa tak enak hati merasuki jiwanya. "Makasih ya Bu, udah bawa saya ke dokter, tapi beneran ini gak apa-apa kok."
"Udah neng! Terima aja! Lagian kita kasian ngeliat kamu babak belur gitu, sebenarnya apa yang kamu alami sih? Dia jahat banget ya sama kamu?" tanya salah satu dari mereka penasaran.
Ella menunduk sedih. "Ceritanya panjang, Bu."
"Oh gitu ya," ucap salah satu dari mereka yang paham, mungkin dia terlalu tertekan membuat dia enggan membuka sedikit tentang kehidupannya.
"Oh iya, kamu mau tinggal dimana?" tanya yang lain.
Ella menggeleng. "Gak tau, Bu."
"Kamu tinggal bareng saya aja," ucap wanita yang bernama Saromah yang tiba-tiba.
Ella yang mendengar itu menggeleng, dia sudah dibantu, dia tidak mau lagi merepotkan mereka. "Gak, gak, udah bu. Saya nyari tempat lain aja, saya takut ngerepotin."
"Ih gak apa-apa lagi, neng! Nih ibu saromah teh baik, dia itu janda yang tinggal suami sama anak, pergi entah kemana. Jadi sekalian aja kamu nemenin dia!" ucap salah satu dari mereka, membuat wanita paruh baya yang di tunjuk mengangguk.
"Saya turut sedih ya, Bu," ucap Ella yang iba mendengar kisah hidupnya, tapi teman-temannya ini seakan tak punya hati.
"Iya gak apa-apa, jadi kamu mau?" tanyanya yang membuat Ella mematung sebentar.
"Saya mau, tapi apa ibu percaya kalau saya orang baik?" tanya Ella yang ingin mematikan, dia ini narapidana dengan kesalahan yang tidak dia perbuat.
"Iya, saya percaya. Lagipula rasa gak enak kamu membuat kita percaya kamu orang baik, gimana sebagai gantinya kamu bisa bantu ibu di rumah nanti," ucap Saromah dengan senyuman lembut, Lihatlah Evan! Kami baru kenal tapi wanita paruh baya ini lebih percaya aku dari pada dirimu.
Ella tertawa kecil. "Itu pasti bu, sekalian saya juga mau kerja, biar gak ngerepotin ibu."
"Tuh keliatan anak baik banget, tapi nanyanya aneh banget," ucap yang lain dengan senyuman.
.
Jarak rumah sakit dan rumah ibu itu tak terlalu jauh, terlihat rumah sederhana berwarna biru tua, dengan atap yang masih memakai bambu. Saromah melihat Ella yang terus memperhatikan rumahnya lantas tersenyum.
"Maaf ya rumahnya jelek," ucap wanita paruh baya itu.
"Oh gak apa-apa Bu, malah saya bersyukur dapet tempat tinggal. Jarang sekali ada orang sebaik ibu," ucap Ella yang sekalian memuji wanita yang hidupnya sebatang kara itu seperti dirinya saat ini.
"Ah kamu bisa aja, ya udah ayo masuk!" ujarnya, Ella masuk lebih dalam ternyata tidak terlalu buruk, baiklah mungkin ini jalan Tuhan dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
Besok paginya Ella sudah rapi dengan baju yang cukup bagus, saromah yang selama ini bekerja sebagai gorengan keliling menatap wanita yang baru saja tinggal dirumahnya.
Ella anak yang rajin, walau dia tidak tau tapi dia bertanya dan berusaha agar dia tidak merepotkan, membuat Saromah menjadi senang dengan kehadiran anak itu.
"Loh nak, kamu mau kemana? Kok sudah rapih sekali?" tanyanya yang heran.
"Mau cari kerja, Bu. Aku kan gak mungkin terus ngerepotin ibu," ucap Ella yang sudah siap dengan tas besar yang dia gendong menyilang.
"Tapikan kamu masih sakit, Ella."
"Ini cuma luka kecil kok, kan sama ibu diobatin terus jadi mendingan," ucap Ella dengan penuh keyakinan dan semangat.
Wanita paruh baya itu hanya menghembuskan nafas kasar, anak ini keras kepala sekali. "Ya sudah kalo itu sudah keputusan bulat kamu, tapi kalau tidak dapat juga magrib pulang! Oh iya kami ingat-ingat jalan pulang dan ini!"
Saromah memberikan uang 200 rb pada Ella yang membuat, wanita itu mendorongnya karena tak enak hati, uang kemarin dari ibu polisi pun masih ada. "Gak usah bu! Ella ada uang kok!"
Ella memperlihatkan uangnya yang yang sepertinya berkurang beberapa puluh ribu. "Sekalian untuk tambah-tambah Ella! Jangan tolak rezeki gak baik!"
Pada akhirnya Ella menerima uang itu dengan berat hati, padahal dia merasa tak enak. Mereka baru saja kenal tapi Ella sudah banyak merepotkannya. "Ya sudah makasih Bu, Ella pergi dulu."
"Iya hati-hati!" ujar Saromah yang melihat kepergian Ella, ia harap anak itu tidak apa-apa walau tidak dapat pekerjaan juga.
.
Sedangkan jauh dari sana, Evan baru saja keluar dari rumahnya dengan baju berwarna silver yang membuat dirinya semakin bercahaya saja, Style Evan tidak pernah gagal Dimata siapa pun.
Tapi Jack menghembuskan nafas lega, akhirnya Evan selesai juga. Dia sudah menunggu hampir 2 jam hanya untuk membangunkan, menyuruhnya Bekerja, serta mandi dan hal lain.
Evan bukan orang yang gila kerja, dia bekerja semaunya tapi mungkin karena Tuhan selalu memberikan dia keberuntungan, jadi dalam apapun dia akan dengan mudahnya mencapai apa yang menjadi targetnya, dan itu juga didukung karena Grayson Grub, adalah pengusaha yang terbesar di Asia juga disegani karena asetnya yang tak main-main.
Seperti sekarang dia kembali membangun perusahaan dengan dua pabrik yang akan meluncurkan produk baru, mereka akan pergi ke perusahaan baru itu, kebetulan hari mereka membuka lowongan besar-besaran.
Jadi karena Evan bosnya, dia yang harus menentukan tentang karyawannya nanti, jadi Jack lantas membangunkan tadi.
"Berikan aku satu alasan, kenapa harus yang melihat orang-orang yang melamar kerja pada kantor baruku?" Pertanyaan konyol itu membuat Jack menoleh menatapnya, kadang pria ini menyeramkan tapi terkadang dia juga bertingkat agak gila.
"Karena anda bosnya pak! Anda mau kami asal menerima karyawan dan produk anda bangkrut begitu?" tanya Jack yang kembali duduk, dia memasang sabuk pengaman, karena akan berangkat.
Lihatlah sekarang jam 9 pagi.
"Itu artinya kalian tidak becus kerja! Aku juga heran kenapa sekertarisku harus orang bodoh sepertimu, Jack?" ucapan itu seakan menusuk relung hati yang terdalam, Lihatlah betapa tajamnya mulut si mata elang itu.
"Lalu kenapa anda tidak memecah saya saja, pak?"
"Oh jadi kamu menatangku begitu?" tanya Evan yang mulai memperlihatkan raut marahnya, membuat Jack tak bersuara kembali, orang ini memiliki selera humor yang buruk, dia bahkan tau tau candaan.
Evan memasang sabuk pengaman dan tak berbicara lagi, dia ini hanya orang malas yang ditakdirkan Bekerja, dan walau hal ini hanya keisengannya tapi hal ini akan menghasilkan pundi-pundi uang yang beberapa kali lipat yang dia keluarkan.
Masalah tentang Ella akhir-akhir ini terus mengacaukan pikirannya, dia juga terus bertanya kenapa wanita yang begitu indah bak Dewi dari kayangan menjadi tak terurus seperti juga luka lebam. "Jack!"
"Ya pak!"
"Tolong kamu nanti pergi ke penjara tempat Ella dihukum dulu!"
"Hah untuk apa?"
Evan tak menjawab, dia melipat tangannya di dada dengan pandangan keluar jendela seperti biasa.

Comentário do Livro (738)

  • avatar
    Diana TotoYori

    Evan sangat mencintai Ella

    5h

      0
  • avatar
    AenurrofiqIrham

    lumayan

    19h

      0
  • avatar
    rahim__akib_

    best cite ni korang boleh cuba baca nice smbil nk tido boleh baca novel ni

    19h

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes