logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 8 VICTIMS INSIGHT

Tak seperti pertama kali Derrick datang ke sekolah ini dan tiba-tiba Juliet datang menawarkan
diri untuk menunjukkan jalan ke ruang bimbingan meski jalan yang ditunjukkan Juliet salah.
Karena ketika itu Juliet memang sengaja agar bisa menghabiskan waktu bersama untuk sesaat.
Tapi sekarang begitu berbeda. Juliet terlihat menjaga jarak dan waspada jika sewaktu-waktu
pria disebelahnya ini menyerang seperti beberapa waktu yang lalu. Bahkan kedua telapak
tangannya sudah mengepal yang pertanda bahwa Juliet siap untuk melawan, membela diri,
berlari atau semacamnya. Yang pasti dirinya tidak akan membiarkan pria disampingnya ini
berbuat tak senonoh lagi kepadanya.
Sementara, Juliet yang sudah siap siaga didalam sana. Derrick justru sebaliknya. Pria ini sama
sekali tidak berbicara atau melihat Juliet. Hanya ada suara sepatu yang mengiringi langkah
mereka. Bak model profesional, Derrick terlihat begitu mempesona. Sungguh.
Sesaat Juliet kembali kambuh. Cepat-cepat ia menonyol jidatnya sendiri agar segera sadar dan
kembali ke akal warasnya.
Meskipun Derrick seperti tidak memberi tanda-tanda membahayakan, Juliet harus tetap
waspada.
Hingga akhirnya sampailah mereka di depan mobil jaguar F-type P380

Dan barulah Derrick menoleh kearah Juliet dengan tatapan datar. Tentu saja, gerakan Derrick
itu membuat Juliet harus menjauhkan wajahnya dari pria itu.
Sesaat Derrick mengamati reaksi Juliet lalu berkata. "Terima kasih." Kemudian masuk kedalam
mobil dan melaju meninggalkan Juliet yang hampir kena serangan jantung. Sampai tangannya
harus memegang dada untuk mengatur pernapasan. Untung saja tidak terjadi apa-apa.
Leganya sembari memperhatikan sisa-sisa kepergian Romeo-nya.

*
Malam harinya, rumah Juliet sudah disulap menjadi club malam yang tak kalah bagusnya
dengan club di luaran sana. Suara musik yang menggema seisi rumah begitu menggugah
semangat.
Dan ternyata, Hannah tidak hanya mengundang teman sekelas tetapi juga teman yang entah
didapat dari mana. Yang pasti semua mengenal Hannah.
Semoga orang tua Juliet tidak tahu kalau pesta Hannah diluar pesta pada umumnya. Karena
rumahnya benar-benar disulap menjadi club malam. Jika sampai tahu, habislah sudah. Bisa-
bisa rumah ini akan di sita oleh orang tuanya.
Banyak sekali yang datang dan berpesta begitu tidak aturan. Tetapi Juliet sudah tidak bisa
mengendalikan mereka lagi, karena sudah terhanyut dalam pesta.
"Sudahlah. Biarkan saja. Hannah besok pagi akan membereskan semuanya!!!" Teriak Amanda
mencoba menghibur Juliet yang mulai stres. "Kita nikmati pesta ini saja, ok!!!"
Ada benarnya juga apa yang dikatakan Amanda. Kenapa dirinya begitu memusingkan mereka
semua. Toh, besok pagi Hannah akan mengembalikan semua seperti sedia kala. It's ok.
Kemudian Juliet pun turut terhanyut dalam pesta malam ini.
Entah sudah berapa lama mereka menikmati pesta malam ini. Yang pasti, semua turut bersuka
ria. "Dimana Hannah? Dari tadi aku belum melihatnya?" Tanya Juliet ditengah alunan musik
yang energik sehingga ia harus mendekat pada telinga Amanda.
"Dia sama kekasihnya."
"Oh..."
Beberapa saat kemudian Juliet teringat sesuatu lalu ia melangkah pergi menuju kamar untuk
mengambil ponselnya.
Dan betapa terkejutnya Juliet ketika mendapati sepasang kekasih sedang bergumul di kamar
pribadinya.
"What the hell?!!" Kejutnya yang membubarkan kegiatan percintaan dua insan diatas kasurnya.
"Pergi dari sini sebelum aku mengusir kalian berdua!!!" Bentak Juliet yang cukup shock melihat
adegan syur dengan kedua mata kepalanya sendiri.
Sementara dibawah teman-teman sekelas Juliet dikejutkan dengan kedatangan Delota. Dan
yang lebih mengejutkan lagi Delota datang mengenakan pakaian yang cukup seksi yang
mengekspos bahu, lengan serta punggung atasnya. Tentu saja semua terpana olehnya karena
Delota terlihat begitu berbeda dan berani dengan rambut yang diikat ke bahu kiri sehingga
terlihat jelas lehernya yang jenjang.
Sebenarnya Delota sendiri tidak nyaman dengan pakaian ini. Hanya saja ia terpaksa memakai
pemberian dari Hannah khusus untuk acara ini. Sebab Hannah bilang kalau teman-teman
sekolah berjanji akan berdamai dan tak akan mengganggu dirinya lagi jika dirinya datang
mengenakan gaun ini.
*
Juliet yang geram saat ini sedang menunggu didepan pintu kamarnya untuk memberi
kesempatan dua insan yang sedang kasmaran itu memakai baju.
Huuft. Sungguh gila pesta ini. Sampai-sampai kamarnya dijadikan tempat mesum oleh orang
asing.
Otaknya sudah memanggil-manggil nama Hannah.
Dimana anak itu berada? Juliet terus bertanya-tanya tak sabar memaki habis-habisan dia.
Setelah beberapa saat kemudian suara pintu terbuka dan sepasang kekasih itu keluar dari
kamarnya dengan rasa kecewa, malu dan ya sudahlah. Yang pasti mereka keluar dari kamar
pribadi Juliet.
Dengan kedua tangan terlipat, wajah musam dan tatapan sinis Juliet pasang di paras cantiknya
sembari melihat kepergian mereka. Kemudian barulah ia masuk kedalam kamar.
Ketika melihat kasurnya yang berantakan, memorinya teringat jelas hubungan seks yang
tertangkap oleh kedua bola matanya. Sungguh, menjijikan. Sepertinya ia harus buang sprei itu
dan menggantinya dengan yang baru.

Setelah emosinya cukup reda kemudian ia mengambil ponselnya dan terlihat ada sepuluh
panggilan tidak terjawab dari mama dan papanya. Lalu pesan singkat sebanyak enam.
Huuft, bisa jadi mala petaka malam ini. Pikirnya jika sampai ketahuan. Cepat-cepat Juliet
telepon balik mamanya lalu ganti telepon papanya setelah selesai.
*
Di pojok ruangan teriakan histeris Delota tak seberapa dibandingkan alunan musik DJ malam
ini.
Bagaimana tidak, Delota dikerumuni oleh empat lelaki tak dikenal dan dengan beraninya
bergerilya menyentuh kulit Delota.
Dengan sekuat tenaga Delota berusaha memberontak meski dirinya sudah dibekuk sehingga
tak bisa berbuat apa-apa. Air matanya mulai tak terbendung lagi. Dan tak ada satu pun yang
mau menolongnya. Sungguh menyedihkan sekali dirinya.
Delota hanya bisa menangis ketika tangan dan kaki dicekal oleh empat lelaki didepannya.
Bahkan ada yang berani mencecap lehernya sehingga meninggalkan bekas kissmark disana.
"Lepaskan aku...lepaskan...please..." Hanya kalimat rintihan itu yang keluar dari bibir bengkak
Delota karena cumbuan mereka yang kasar secara bergantian. Sedangkan empat orang itu
tertawa puas menikmati pemanasan ini.
Tangis histeris Delota semakin pecah ketika tangan kasar itu meremas payudaranya dibalik
gaunnya.
"Jaanggann....!!!"
*
"Astaga!!!!" Teriak Juliet ketika mendapati Hannah melakukan hubungan intim selayaknya
suami istri di kamar tamu.
Seketika Hannah dan kekasihnya terkejut setengah mati dan harus menghentikan percintaan
mereka yang sedang nikmat-nikmatnya.
"Apa kamu sudah gila?! Ini bukan rumah bordil!!" Bentak Juliet begitu marah. Tetapi Hannah
dan kekasihnya tidak begitu memperdulikannya. Mereka malah berpelukan dibalik selimut.
Dengan kasar Juliet membanting pintu dan harus menunggu sepasang kekasih untuk
mengenakan pakaian lagi. Jangan-jangan kamar lainnya juga dibuat tempat mesum.
Setelah penuh sumpah serapah menunggu Hannah mengenakan pakaian. Akhirnya keluar juga
mereka berdua.
"Hentikan pesta ini sekarang juga!! Ini rumahku!! Bukan rumah bordil!!!" Tekan Juliet sekali lagi
penuh amarah.
"Tapi-"
"Bawa pergi semua orang-orang ini!!" Bentak Juliet sudah kehabisan kesabaran.
Bukannya segera pergi, Hannah malah terbengong melihat amarah Juliet.
"Aku akan mengobrak-abrik pesta ini jika dalam lima belas menit tidak ada yang pergi dari sini.
Ngerti!!!" Kecamnya lalu pergi menuju ke kamarnya.
Terdengar jelas Juliet membanting pintu kamarnya begitu keras, sampai-sampai Hannah yang
terpaku cukup tersentak.
*
Pukul sebelas malam. Derrick baru saja merebahkan diri di kamar setelah keluar bersama
Sean.
Kantuk pun sudah tidak tertahankan, pelan-pelan matanya mulai tertutup padahal belum
mengganti pakaiannya. Belum lama tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Dengan malas Derrick mengambil ponsel di saku jasnya, tetapi setelah tahu siapa yang
menelepon. Ia pun terduduk dan menerima telpon tersebut.
"Ada apa Bu?"
"Delota menangis histeris di kamarnya. Tidak ada yang bisa masuk karena Delota sepertinya
mengganjalkan sesuatu." Jelas ibu Frisca, penanggung jawab panti.
"Apa yang terjadi dengan Delota?" Tanya Derrick berubah cemas.
"Ibu tidak tahu. Entah dari mana datang-datang dia sudah berlari sambil menangis."
"Saya kesana sekarang." Tanpa basa-basi Derrick segera bergegas. Kantuk yang tadi
menempel seperti perangko hilang begitu saja.
*
Jika saja diatas tadi Juliet tidak menyuruh Hannah menghentikan pestanya dalam waktu lima
belas menit, mungkin saja Delota telah dibawa ke kamar dan digilir oleh empat lelaki asing itu.
Oh, sungguh miris. Apalagi kalau Delota sudah dibawa ke kamar pasti akan tambah sangat
mengenaskan.
"Delota..." Suara serak Derrick terdengar berusaha tenang tetapi menyimpan amarah yang
membara didepan pintu kamar Delota.
Tak ada jawaban dari dalam kecuali hanya isakan tangis. "Delota, biarkan kakak masuk..."
Bujuk Derrick.
Tak lama kemudian, suara pintu terbuka mempersilahkan Derrick masuk tetapi Delota tak
menunjukkan diri, ia bersembunyi dibalik pintu. Dan setelah Derrick masuk ia menutupnya
kembali.
Derrick dipamerkan pemandangan kamar Delota yang mengenaskan. Pecahan kaca dimana-
mana, selimut serta sprei berserakan tak karuan, dan semua isi lemari terlihat berantakan tak
karuan. Mata yang membara berusaha terlihat lembut ketika kepalanya menoleh kearah Delota
yang mengenakan jaket berlapis-lapis untuk menutupi dirinya.
Mata lebam dan cucuran air mata masih terlihat jelas di wajah cantik Delota. Belum sampai
Derrick bertanya Delota sudah lebih dulu memeluk Derrick bersamaan tangisnya yang
memecah.
"Kakak...." Panggilnya ditengah histerisnya.
"Katakan, apa yang terjadi?" Balas Derrick memeluk Delota yang masih menangis.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, Derrick membawa Delota untuk duduk di tepi kasur
yang mengenaskan. "Apa yang terjadi Delota?" Tanya Derrick lagi.
Pelan-pelan Delota melepas pelukannya kemudian melepas jaket dengan tangisan yang tak
bisa terhenti.
Betapa terkejutnya Derrick melihat pakaian yang dikenakan Delota, ditambah lagi Derrick tahu
jelas bekas merah yang menyebar di area leher hingga pundak itu adalah kissmark dan bekas
cakaran di lengan hingga pergelangan tangan Delota.
Amarah Derrick seketika melejit bak roket hingga tubuhnya berdiri tegap melihat sekujur tubuh
Delota. Lalu ia memegang kedua lengan Delota supaya adiknya berdiri didepannya.
"Siapa yang melakukan semua ini?!" Derrick menggoyah kedua lengan Delota karena sangking
terbawa emosi yang membludak-bludak. "Katakan Delota?!!!" Suara Derrick itu sampai mampu
membuat beberapa orang yang menunggu diluar kamar tersentak kaget.
Tangis Delota semakin pecah saja ketika ia menggeleng kepala lalu berkata. "Aku tidak
mengenal mereka kakak...ak, aku tidak tahu siapa mereka..."
Derrick yang semakin kalut sepertinya sudah tak bisa menahan diri lagi untuk membunuh lelaki
itu. Tapi ketika mendengar Delota berkata 'mereka' emosi Derrick semakin membabi buta.
"Me, Meraka?!! Apa maksud kamu dengan 'mereka'!!?? Katakan Delota!!" Suara Derrick
semakin mengeras dan membuat yang diluar kamar semakin kawatir.
Delota sendiri merasakan amarah besar yang sedang menyelimuti Derrick "Ada empat orang
yang melakukan ini kepadaku, kakak..." Meski berkali-kali Delota mengusap air matanya, tetap
saja tak kering-kering.
Mata Derrick membulat ketika mendengar kenyataan yang dialami Delota semakin pahit karena
digilir empat orang sekaligus. Muka Derrick sudah merah hitam dan matanya memancarkan
mata pembunuh. "Apa lagi yang mereka lakukan? Katakan!! Apa mereka memperkosa mu?"
Derrick berharap dirinya belum terlambat untuk menyelamatkan keperawanan adiknya.
Dengan tertunduk Delota menggelengkan kepala. Derrick mendongakkan kepala sembari
memejamkan mata sesaat.
"Delota." Derrick mengangkat dagu Delota dengan jemarinya. "Dimana? Dimana mereka
melakukan ini kepadamu?" Bola api di mata Derrick seakan semakin membara dan akan
memberi pelajaran kepada siapapun yang telah membuat adiknya seperti ini.
"Di pesta rumah Juliet." Lagi-lagi Derrick dibuat tercengang oleh pengakuan adiknya.
Dan sekarang hanya ada nama Juliet di kepalanya. Juliet.
"Hannah yang memintaku kesana. Dan dia bilang..." Belum selesai menjelaskan semuanya
Derrick sudah memotong kalimatnya.
"Istirahatlah." Kedua telapak tangan Derrick mendarat di masing-masing pipi Delota yang masih
basah. "Kakak akan menguliti orang-orang yang sudah berani menyentuh mu." Tekan Derrick
yang tak bisa lagi menahan diri kemudian pergi meninggalkan Delota setelah mengecup
keningnya.
Tap, tap, tap.
Derap langkah Derrick bak iblis yang sedang berjalan ditengah bara api keluar dari kamar
Delota.
"Apa yang terjadi Derrick?" Tanya Bu Frisca begitu kawatir dengan mata berkaca-kaca.

Dengan tatapan dingin yang tak bisa disembunyikan Derrick berkata. "Biarkan Delota istirahat.
Jangan ada yang mengganggunya sampai dia keluar kamar sendiri." Kemudian Derrick
melanjutkan langkah kakinya untuk pergi menemui seseorang.
*
Ting Tong Ting Tong Ting Tong
Bunyi bel yang tak henti-hentinya itu pun akhirnya menggugah tidur nyenyak Juliet. Dengan
malas ia membuka mata, dan lebih memilih menarik selimutnya lagi.
Ting Tong Ting Tong Ting Tong
Terus saja bel itu berbunyi hingga membuat Juliet benar-benar terganggu dan ingin melabrak
tamu yang datang tengah malam begini.
"Ah siapa sih!!!?" Kesalnya turun dari ranjang.
Sangking mengantuknya, Juliet tidak memperhatikan jalan sehingga terjatuh karena tersandung
sprei dan selimut bekas mesum teman Hannah yang tak tahu diri itu. Dengan kesalnya ia
menyingkirkan selimut itu dengan kakinya, lalu berusaha berdiri dan segera menuju pintu untuk
mencaci maki tamu yang dari tadi membunyikan bel rumahnya.

Ketika pintu terbuka, betapa terkejutnya Juliet melihat Derrick didepan pintu.
"Rom, Romeo?"
Mata Derrick hanya mengamati gadis didepannya ini dengan menyimpan kemarahan yang tak
bisa dibendung lagi.
"Dimana mereka melakukannya?" Suara dingin yang mencekam itu membuat Juliet
mengerutkan keningnya.
Mata Derrick menatap tajam Juliet yang tak memberi jawaban. "Apa ini ide mu untuk balas
dendam denganku, sampai-sampai kamu membayar pria untuk menyakiti Delota?!" Nada suara
Derick mulai meninggi hingga Juliet tersentak tak mengerti.
"Apa yang sedang kamu katakan?"
Derrick manggut-manggut mendengar Juliet malah balik bertanya. Kakinya memaksa masuk
meski tidak persilahkan oleh tuan rumah. Melihat gerakan maju dari Derrick membuat Juliet
secara spontan memundurkan langkah
Derrick mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang masih berantakan sisa pesta
tadi.
"Seharusnya kamu mengundang ku di pesta mu." Sindir Derrick.
"Ini bukan pesta ku. Tapi Hannah yang mengadakan pestanya." Jelas Juliet berusaha tenang.
Mata Derrick yang tajam menatap kearah Juliet yang berdiri di daun pintu. Sebab jika Derrick
melakukan sesuatu yang buruk, Juliet bisa langsung melarikan diri.
"Hannah?" Derrick berjalan mendekati Juliet.
"Iya." Jawab polos Juliet.
"Apa kamu kira aku akan percaya begitu saja. Dan meskipun ini pesta Hannah lalu kenapa
kamu membiarkan Delota dilecehkan oleh empat laki-laki disini yang bahkan tidak dikenalnya!!!
Apa kamu yang menyuruh mereka untuk menyakiti Delota, huh?!! Katakan!!!" Bentak Derrick
sambil membanting daun pintu yang dari tadi dipegang erat oleh Juliet. Dan tertutup sudah
pintu itu bersamaan dengan rasa takut yang tiba-tiba menyerang.
"Ap, apa maksud kamu? Ak, aku tidak bertemu dengan Delota, bahkan aku tidak tahu kalau
Delota datang." Juliet berusaha menjelaskannya.
"Oh begitu rupanya...Lalu bagaimana dia bisa tahu kalau di rumah mu ada pesta." Derrick mulai
kehilangan kendali. Ia terus berjalan mengarah ke Juliet yang melangkah mundur.
"Sumpah demi apapun, aku tidak tahu kalau Delota datang." Juliet mulai benar-benar
ketakutan.
"Selama ini Delota meminta pindah sekolah karena semua temannya mem-bully-nya. Dan
sekarang aku mengerti kenapa dia tetap minta pindah sekolah..."
"Ok, aku mengakui memang beberapa kali aku mengerjai Delota. Tapi tidak malam ini. Aku
bersumpah tidak melakukan apapun malam ini kepada Delota. Bahkan aku tidak tahu dia
datang."
Derrick mendengus kesal. "Apa aku bisa mempercayai mu setelah pengakuan mu ini."
"Ok, akan ku buktikan besok pagi kalau aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Delota.
Sekarang kamu pulanglah. Kita bicarakan besok pagi." Ucap Juliet berusaha meredam emosi
Derrick yang membara di matanya.
Bukannya mengiyakan permintaan Juliet, tangan Derrick justru melepas kancing atas
kemejanya. "Kamu pikir aku akan menunggu mu sampai pagi, sementara Delota menangis
semalaman." Derrick melempar jas nya ke sembarang arah.
"Ap, apa yang akan kamu lakukan??" Mata Juliet mulai kalut melihat Derrick melepas kancing
kemejanya.
"Aku akan memberi tahu rasa sakit Delota yang sebenarnya." Kecam Derrick dengan suara bak
es batu yang sangat keras.
Tidak. Juliet langsung meringsut dan cepat-cepat berlari menuju kamar kemudian
menguncinya. Sayangnya baru beberapa tangga Derrick berhasil mendekapnya lalu melempar
tubuh Juliet hingga ke lantai. "Kamu harus membayar mahal air mata Delota."
"Kamu salah! Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Delota." Teriak Juliet berusaha berdiri lalu
mencoba keluar dari rumah. Tetapi gerakannya tak secepat Derrick sehingga dengan mudah
Derrick mendekap Juliet lalu melumat kasar bibir gadis itu hingga tubuh mereka terjatuh di atas
sofa.
"Tak kan kubiarkan kamu pergi kemanapun." Desis Derrick membuat Juliet menangis,
memberontak dan menahan tubuh berat Derrick yang sudah menindihnya.
"Lepaskan aku, Romeo!!!" Teriaknya terdengar sumbang.
"I am not Romeo." Tekan Derrick mulai bergerilya ke seluruh tubuh Juliet
"Jangan...aku mohon..."
Derrick seakan kerasukan iblis, ia sama sekali tidak memiliki rasa kasihan. Bahkan dengan
kasar ia merobek singlet yang dikenakan Juliet dan mengekspos bra pink.
"Jangannn!!!" Jerit Juliet berusaha menutupi dirinya.
Ketika Derrick sedang melepas kemejanya, dengan sekuat tenaga Juliet mendorong tubuh
Derrick dan berlari naik tangga menuju kamarnya.
Jantung Juliet saat ini benar-benar sedang diuji. Dekupan jantungnya begitu kencang. Pintu
kamarnya sudah didepan mata dan sekuat tenaga ia harus masuk kedalam kamarnya.
Sebelum itu terjadi Derrick sudah lebih dulu mendekapnya kemudian masuk ke kamar Juliet.
Dengan kasar Derrick melempar tubuh Juliet yang setengah telanjang itu di atas ranjang.
"Jangan lakukan ini. Aku mohon...aku mohon..."
Mata Derrick yang sudah seperti bola api sama sekali tak bergeming. Ketika melihat Juliet akan
kabur lagi, cepat-cepat Derrick menindihnya lalu mencumbu, melumat, mengecap sekujur tubuh
Juliet yang masih kesat.
"Lepaskan aku..." Rintih Juliet tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya dicekal oleh
Derrick.
Tubuh Juliet semakin menegangkan saat Derrick melumat gundukan kenyal disana kemudian
menyesapnya.
"Sakiit..." Isak tangis Juliet.
Kemudian Derrick menyatukan tangan Juliet dan mencekalnya diatas kepala Juliet, sedangkan
tangan satunya mulai meremas lalu mencengkeram bagian-bagian sensitif Juliet.
Banjir air mata pun sudah tak bisa dibendung lagi. Hatinya tercabik-cabik dan hancur jika benar
dirinya diperkosa.
"Tidaakkk!!!"
Tanpa bersuara Derrick melepas celana kain milik Juliet. Ternyata Juliet mengenakan bra dan
celana dalam senada. So seksi.
Dan kini satu tangan Derrick sudah mengusap-usap lembut paha, selakangan hingga titik
kewanitaan.
Perasaan Juliet sudah bercampur aduk tak karuan. Benar-benar tak karuan. Sentuhan Derrick
mampu membuat tubuh Juliet menggeliat tak karuan merasakan rangsangan yang belum
pernah ia rasakan.
"Lepaskan aku...lepas..." Sama sekali Juliet tidak bisa berkutik.
Jemari Derrick pun sudah mulai berani meraba dibalik celana dalam Juliet dan mengelus-elus
disana.
"Tidaakkk!!! Hentikan!!! Please!!! Hentikan!!!" Derai air mata Juliet semakin menjadi-jadi.
Sementara Derrick cukup terkejut ketika jemarinya tidak bisa masuk ke lubang nikmat itu
dengan mudah. Matanya kemudian menatap Juliet yang mengenaskan dalam kuasanya.
"Virgin, huh? Seharusnya kamu tidak melakukan itu juga terhadap Delota karena dia juga masih
virgin." Ujar Derrick kemudian mencecap lagi gundukan itu.
"Aku mohon, lepaskan aku....lepaskan aku..." Pinta Juliet memohon setengah mati.
"Kamu sudah melakukan kesalahan besar, jadi tak mungkin aku melepaskan mu dengan
mudah sebelum kamu menerima akibat atas perbuatan mu."
"Aku tidak melakukan apa-apa kepada Delota. Kumohon lepas kan aku..."
"Oh, aku tak cukup percaya kepada mu. Dan sekarang kamu harus membayar semua ini."
Derrick mulai melepas celananya.
Mata Juliet terpejam ketika Derrick benar-benar telanjang di depannya.
"Please... please...don't..don't.." Juliet takut setengah mati.
Tangis Juliet sama sekali tak bearti di mata Derrick. Ia pun tanpa belas kasihan mulai
memasukkan kejantanannya ke lubang yang belum pernah terjamah oleh siapapun.
"Jangan!!! Jangan!!! Lepaskan aku!!! Lepas!!!" Jerit Juliet ketika merasakan sesuatu yang keras
menyentuh inti tubuhnya.
Dengan mengabaikan suara jerit tangis itu. Meski kesulitan, Derrick terus saja berusaha
membobol keperawanan Juliet. Dan akhirnya.
Bleesshh.
"Aaahhhsss."
Bersamaan jerit tangis Juliet yang merasa kesakitan. Sementara nikmat yang tiada Tara bagi
Derrick hingga ia memejamkan mata dengan penuh kenikmatan.
"Aaaa!!! Saakiiitttt!!! Sakkiitt!!! Lepaskan aku!!! Sakiitttt!!!" Tangis Juliet semakin pecah saat
Derrick berhasil membobol keperawanannya.
"Saakiiitttt....!!!"
"Ini sangat nikmat. Senikmat saat kamu menyiksa Delota." Bisik Derrick kemudian pelan-pelan
menggerakkan pinggulnya.
"Saakiiitttt. Hentikaaan. Sakkiitt."
Rasanya sayang jika tidak diteruskan. Jadi tanpa memperdulikan rasa sakit Juliet disana.
Derrick tidak perlu menghormati keperawanan Juliet yang baru saja ia bobol. Ia tidak peduli
rasa sakit disana. Karena air mata Delota lebih bearti ketimbang orang-orang yang telah berani
menyakiti adiknya
Dengan kasar Derrick mendorong keluar masuk kejantanannya yang begitu menyiksa Juliet.
Sama sekali Derrick tidak memberi kesempatan untuk Juliet bernapas. Pria itu terus saja
menggenjotnya penuh nafsu dan amarah.
Hingga tak butuh waktu lama Derrick mencapai klimaks dan mengeluarkan cairan hangat ke
perut Juliet.
"Sudah baik aku tidak memasukkan sperma ku kedalam kantong rahim mu." Ucap kasar
Derrick berdiri kokoh menatap Juliet yang terus menanangis tanpa henti merasakan sakit di
selangkangan dan hancur di hatinya.
"Lihat. Darah keperawanan mu ini sudah menjadi milik ku. Lain kali berpikir lah matang-matang
sebelum menyakiti Delota." Ucapnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Juliet yang
menyedihkan sendiri diatas tempat tidurnya.

Comentário do Livro (82)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    12/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus👍

    14/05

      0
  • avatar

    keren

    02/04

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes