Delota masuk kedalam mobil dengan wajah muram sembari melipat kedua tangannya. "Seharusnya aku tidak sekolah disini." Protes Delota setelah mobil mulai melaju. Derrick tidak merespon hal tersebut, ia hanya menoleh sekilas sembari fokus dengan kemudinya. "Aku benci mereka semua." Mendengar itu membuat Derrick menghela napas. "Delota, kamu ingat tujuan kakak menyekolahkan kamu disini?" Delota tertunduk diam. "Listen. Mereka adalah kekuatan untukmu. Jangan pernah menyerah meski mereka terus melawan mu. Dan kamu harus membuktikan bahwa kamu layak mendapatkan impian mu." Tutur Derrick memberi semangat adiknya yang menganggukkan kepala. "Ok, kalau begitu kakak akan melakukan sesuatu agar mereka tidak berani mem-bully kamu lagi." "Tidak. Tidak perlu. Aku bisa mengatasi mereka sendiri." Tolak Delota, karena ia hapal betul sikap kakaknya. Meski Derrick bukanlah kakak kandungnya tetapi dia begitu sayang kepada Delota. Selama di panti asuhan Derrick selalu melindunginya dari orang-orang yang berbuat jahat kepadanya. Hingga kini, bahkan rasa sayangnya tak berkurang sedikit pun walaupun Derrick sudah tak tinggal di panti lagi setelah mendapatkan pekerjaan dan membuatnya seperti ini sekarang. Derrick pun tersenyum mendengar ucapan itu keluar dari bibir adiknya. "Lalu kapan kamu tinggal di apartemen kakak?" Derrick mulai mengganti topik setelah suasana hati Delota membaik. Adiknya tak langsung menjawab, sebab jawabannya akan sama. "Aku tetap ingin tinggal di panti, kak." Derrick menarik napas lalu tidak lagi bertanya. Karena pasti jawabannya tetap sama juga. "Mulai sekarang, kakak akan menjemput mu pulang sekolah." Seketika Delota menoleh kearah Derrick dengan tatapan ingin protes tidak menyetujui keputusan Derrick. "Untuk kali ini kamu tidak bisa menolak." Sahut Derrick sebelum Delota protes lagi. "Kakak akan selalu menjemput mu pulang sekolah selama kamu tidak punya teman disana." Mata Delota melebar dengan bibir monyongnya, mengekspresikan bahwa dirinya tidak setuju dengan hal tersebut, tetapi sepertinya Derrick tidak bisa dibantah lagi. Ya sudahlah. Delota ganti menghela napas pasrah. * Derrick tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dan sekarang, ia sudah menunggu Delota di luar gedung sekolah.
Pantatnya bersandar pada badan mobil supaya ia tidak terlalu lelah menunggu adiknya. Juliet yang sedang tertawa lepas bersama dua temannya itu baru saja keluar dari gedung. Mereka terlihat begitu seru menceritakan sesuatu. "Hahahahaha, dia seperti cacing kepanasan." Juliet harus memegang perutnya karena sangking kram-nya dibuat ketawa tanpa henti. "Pasti tidak ada yang mendengarnya sekarang." Hannah berusaha menahan tawa disana. "Aku yakin, dia akan menginap disini semalaman. Hahahahaha." Tambal Amanda tak kalah serunya. "Hotel bintang tujuh. Hahahaha" tandas Juliet. Merekapun terlihat begitu riang berjalan sampai tak sengaja Juliet melihat pria itu. Lagi. Langkahnya terhenti dan matanya tak berkedip menatap pria tersebut. "What happen?" Sambar Amanda melihat Juliet lalu memberi isyarat kepada Hannah yang mengangkat kedua bahu tak mengerti juga. Dalam diam, Juliet memutar otak mencari akal supaya bisa mendekati pria itu. Otak encer yang dimilikinya pun bekerja dengan baik dan cepat. Segera ia menyuruh temannya pulang. "Kalian berdua pulang duluan aja. Cepat pulanglah." Juliet mendorong-dorong tubuh kedua temannya yang bingung sendiri. "Ada apa?" Tanya Amanda tetapi Juliet tidak menjawabnya. Dan merekapun meninggalkan Juliet sendiri. Derrick yang masih dengan sabar menunggu tiba-tiba terganggu dengan kedatangan Juliet. "Hai." Sapa Juliet yang hanya direspon dengan tatapan mata dingin Derrick sedangkan gadis itu tetap memamerkan senyum manisnya. "Lagi nunggu siapa? Aku?" Tanya Juliet begitu percaya diri. "Bukan." Jawab singkat Derrick. Cukup kecewa juga mendengar jawaban singkat nan dingin itu. Tetapi Juliet tidak patah semangat. Ia pun mencoba dengan pertanyaan selanjutnya. "Pasti nunggu seseorang." Derrick yang beberapa saat memperhatikan gadis didepannya memberi jawaban dengan anggukan kepala. Hati Juliet sedikit tergores sekarang. Ia berasumsi bahwa pria ini sudah beristri. Ah masa? Tidak ada guru yang cantik disini. Tidak mungkin. Derrick merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Delota. Sayangnya tak ada jawaban dari sana. "Anda tahu. Kalau aku ini bisa meramal." Seru Juliet membuat Derrick menatap aneh dirinya. "Coba tunjukan kedua tangan anda. Akan aku ramal." Tambahnya begitu antusias. "Pulanglah. Orang tua mu akan mencemaskan dirimu." Derrick berusaha mengusir lembut. "Aku akan pulang setelah melihat kedua tangan anda." Sahut gadis itu menatap penuh harap. Derrick hanya bisa menghela napas dan menunjukkan kedua tangannya daripada gadis ini tidak pulang-pulang. Sesaat suasana menjadi hening ketika Juliet memperhatikan jemari-jemari Derrick. Dan entah kenapa Derrick seakan ikut menanti-nanti ramalan apa yang keluar untuknya. "Hemmph..." Juliet mengelus-elus dagunya seolah-olah mengerti garis tangan milik Derrick.
"What?" Derrick ikut penasaran. Bola mata Juliet pun menatap Derrick lalu berkata. "Aku yakin anda belum menikah." Huuft, syukurlah pria ini belum menikah. Leganya setengah mati. Hatinya pun tak lagi tergores. Ia malah kembali bersemangat. "Wh-what?" Derrick membuang muka kesal karena ia seperti terlihat bodoh dengan menuruti permainan gadis ini lagi. Juliet terseringai bahagia dan berkata. "Iya. Tak ada cincin melingkar di jari mu." Oh God, maunya apa gadis ini. Derrick geleng-geleng tak percaya sembari memijat ringan keningnya. Lalu ia pun kembali menghubungi nomer Delota agar bisa cepat-cepat pergi dari sini. Dia bisa gila kalau berlama-lama dengan gadis didepannya ini. Tentu saja tidak akan pernah terjawab telepon tersebut. Sebab, tas Delota ada di kelas sementara Delota sendiri terkunci di toilet. Dan sudah jelas siapa dalang dari semua ini kalau bukan Juliet dan kedua temannya. Beberapa kali Delota teriak minta tolong dan menggedor-gedor pintu tetap tak ada yang mendengar. Sementara Derrick sudah kehabisan kesabaran menanggapi gadis dihadapannya ini. "Sebaiknya kamu pulang." Tegurnya. Sepertinya doa Derrick telah dikabulkan dengan sangat cepat karena tak lama ada suara klakson yang ternyata itu adalah mobil jemputan Juliet. Ah, kenapa harus datang sekarang. Terlihat Juliet merasa berat hati harus pergi. Melihat mimik wajah gadis cantik itu membuat Derrick mengerti. "Jemputan mu sudah datang. Pulanglah." Dengan sedikit kesal Juliet pun mulai beranjak pergi. Tetapi tiba-tiba ia menepuk jidat. "Ya ampun. Aku lupa dimana ponsel ku." Serunya tapi tak digubris oleh Derrick. "Bisa aku pinjem ponselnya. Orang tuaku bakal ngomel-ngomel kalau aku menghilangkan ponselku." Jelas Juliet memelas. Melihat mata memohon itu membuat Derrick lagi-lagi menuruti permintaan gadis ini. Ia pun memberikan ponselnya dan Juliet mengetik nomernya di layar ponsel tersebut. Beberapa saat kemudian terdengarlah nada dering didalam tas Juliet. Mata Derrick pun menoleh ke sumber suara itu. Dan Juliet pun cengengesan sembari mengembalikan ponsel milik Derrick. "Hehehehe, ternyata di tas. Ok, thanks. Bye." Ucap Juliet sekalian pamit dan masuk kedalam mobil. Sedangkan Derrick hanya bisa geleng-geleng kepala.
Didalam mobil, Juliet masih belum bisa berpaling dari pria itu. Dirinya masih dibuat penasaran setengah mati. "Siapa yang dia tunggu?" * Sepertinya gedung sudah sepi tetapi Delota tak kunjung keluar. Kemana anak itu. Pikir Derrick memutuskan untuk masuk kedalam kelas. Tanpa memutus sambungan teleponnya, ia jadi bisa mendengar nada dering ponsel Delota. Sayangnya, sesampai di kelas hanya ada tasnya saja. Derrick berpikir sejenak. Lalu mengambil tas tersebut sembari keluar kelas. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan adiknya itu. Lalu ia pun mulai mencari Delota. Dan hebatnya Derrick adalah memiliki insting yang sangat kuat. Tempat pertama yang ia cari adalah toilet. Dan benar, ia mendengar suara gedoran pintu dan suara samar minta tolong. Oh astaga, Delota. Derrick segera membuka pintu toilet tersebut. "Kak Derrick?" Kejut Delota saat mengetahui siapa yang telah menolongnya. "Are you ok?" Cemas Derrick melihat kondisi Delota dari ujung kaki hingga kepala. "Siapa yang lakuin ini?" Delota tak menjawab, ia hanya menghela napas dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar.
Obrigado
Apoie o autor para lhe trazer histórias maravilhosas
good novel
12/08
0Bagus👍
14/05
0keren
02/04
0Ver Todos