logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 12 SACRIFICE

Juliet tak henti-hentinya menangis didalam kamar semenjak papanya ingin menikahkan dirinya
dengan Derrick.
Apa yang ada dipikiran pria gila itu sampai-sampai menghasut orang tuanya seperti ini.
"Oh ya Tuhan..."
Derai air mata seperti tak bisa dibendung lagi. Rasanya hidupnya kini benar-benar telah hancur.
Bahkan orang tuanya tidak berpihak padanya lagi.

"Pa...jangan paksa putri kita." Bujuk istrinya di ruang keluarga yang tak tahan mendengar tangis
histeris putrinya.
"Ma, ini demi masa depan Juliet. Dia adalah anak satu-satunya. Dan papa tidak ingin dia
menikah dengan lelaki yang tidak jelas masa depannya." Jelas Jaffra.
"Tapi Juliet masih delapan belas tahun pa...bahkan lulus sekolah aja belum. Bagaimana papa
bisa..."
"Ma, jika esok hari kita meninggal. Bagaimana dengan putri kita? Masa depan putri kita? Apa
dia hanya menghabiskan harta yang kita miliki tanpa mengumpulkannya lagi?" Tutur Jaffra.
"Lalu bagaimana dengan kehidupan cucu kita nantinya...apa mama tega melihat garis
keturunan kita kesulitan di masa mendatang?"
Mama Juliet hanya bisa menangis dalam dekapan suaminya karena tak berdaya. "Mama ingat
bagaimana Mr. Derrick memperlakukan Juliet ketika pingsan di kamar?"
Mama Juliet mengangguk.
"Juliet pantas mendapatkan Mr. Derrick. Dan kita bisa tenang jika sewaktu-waktu meninggalkan
anak kita. Oke." Ucap Jaffra berusaha menenangkan istrinya.
"Semua akan baik-baik saja. Juliet akan menikah dengan Mr. Derrick."
*
Semua murid berhamburan keluar gedung sekolah karena jam sekolah telah usai. Termasuk
Juliet dan kedua temannya. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju keluar gerbang sekolah
sembari bercengkrama.
Tak jauh dari mereka bertiga, terlihat Derrick bersandar di kap mobilnya. Mungkin dia sedang
menunggu Delota.
Juliet tak menghiraukan pria itu dan tetap berjalan bersama Hannah dan Amanda.
Namun berbeda dengan Derrick, ia justru berjalan menghampiri mereka bertiga untuk
mengehentikan langkah mereka.
"Masuk kedalam mobil." Serunya terdengar mendominasi keadaan. Meski Derrick tak menyebut
nama Juliet, tetapi mata Derrick hanya tertuju pada Juliet.
Tak kalah dinginnya, Juliet membalas tatapan Derrick tanpa sepatah katapun bermaksud
menolak ajakan tersebut.

"Jangan memaksaku untuk melakukan lebih dari ini jika kamu tidak ikut dengan ku." Tekan
Derrick membuat Hannah dan Amanda saling melempar pandang ketakutan meski Juliet yang
diajak bicara.
Tentu saja, Derrick tak akan main-main dengan perkataannya. Juliet tahu itu. Setelah beberapa
detik kemudian ia berjalan kearah dimana mobil Derrick terparkir.
Hannah dan Amanda merasa kasihan dengan Juliet. Sebagai teman, mereka tidak bisa berbuat
apa-apa untuk sahabatnya yang sedang mengalami kesulitan.
"Andai aja aku tidak melakukan hal bodoh itu, mungkin Juliet tidak akan seperti ini." Hannah
sangat merasa bersalah sembari menatap kepergian Juliet bersama Derrick.
"Jangan salahkan dirimu terus menerus. Yang terpenting jangan pernah meninggalkan Juliet
dalam keadaan apapun, ok." Hibur Amanda merangkul temannya.
*
"Papa kamu pasti sudah mengatakannya kepada mu." Ucap Derrick membuka obrolan ditengah
mengendarai mobil. "Satu Minggu lagi kita akan menikah." Lanjut Derrick justru membuat Juliet
terkejut setengah mati. "Meski pernikahan ini mendadak, kita tetap fitting gaun dan membuat
dirimu sempurna."
Sepertinya Juliet tak mendengar celotehan Derrick. Dirinya sudah dibuat cukup shock dengan
kabar pernikahan yang akan digelar satu Minggu lagi. Otaknya seketika blank dan tak tahu apa
yang ada dalam otaknya.
"Juliet?!"
"Mem..me..menikah...??" Desisnya tak jelas dengan mata berkabut, bola matanya berlarian tak
karuan.
"Iya. Bukannya papa kamu sudah mengatakannya kepada mu?" Sahut Derrick sembari fokus
dengan jalan.
"Aku tidak mau menikah!!!" Histeris Juliet menolak mentah-mentah pernikahan ini.
Derrick tidak terpengaruh oleh suara lantang penolakan dari Juliet. Justru dengan tenangnya ia
hanya menoleh sekilas kearah gadis disampingnya kemudian kembali fokus dengan kemudi.
"Aku tak kan menikah dengan mu! Never!!!"
"Sudah terlambat." Balas Derrick begitu tenang dan tak memperdulikan Juliet yang depresi.
"Hentikan mobilnya. Hentikan!!!" Karena perintahnya tak digubris oleh Derrick, dengan kasar
tangan Juliet memutar setengah kemudinya sehingga membuat mobil tersebut hampir tak
terkendali.
Bukan Derrick namanya kalau takut dengan kejadian barusan. Ia justru tersenyum lancip.
"Kamu pikir aku takut dan akan menghentikan mobil ini." Tantang Derrick. "Oke, akan aku
tunjukkan bagaimana rasanya diambang kematian." Tambalnya kemudian mengopling
mobilnya dan menancapkan gas. Terlihat spidometer mobilnya terangkat begitu cepat.
Tubuh Juliet cukup dibuat terpelanting kecil karenan laju mobil kian cepat sedangkan Derrick
harus menghindari kendaraan lain.
Semakin lama di rasa-rasa ketakutan Juliet sudah menggunung. Derrick bukan tipikal pria
penakut atau semacamnya. Bahkan dia berani bermain dengan maut.
Adrenalin kian diuji dalam diri Juliet. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Namun ia tak berani
menghentikan ataupun mengeluarkan suara apapun. Ia hanya beberapa kali menutup mata
ketika mobil Derrick nyaris menabrak mobil lainnya.
Sampai berkilo-kilo meter kemudian, barulah Derrick mengerem kasar mobilnya di area yang
tak cukup banyak orang. Dan sepertinya hanya ada mobil mereka.
Dengan gerakan cepat, Derrick keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Juliet dan
mengeluarkan gadis itu dari dalam mobil.
"Sebenarnya tak ada untungnya aku menikahi dirimu." Ucap pedas Derrick.
Ya, bahkan terlalu pedas ucapan tersebut. "Kamu ingin tahu kenapa aku mau menikah dengan
mu." Tak hanya ucapan Derrick yang menusuk ke hati tetapi juga tatapan dinginnya.
"Perkataanmu di rumah sakit waktu itu, seakan menjadi kutukan untukku. Dan..." Sebenarnya
Derrick sadar bahwa ucapannya begitu menyakitkan, ingin sekali ia mengusap air mata Juliet.
Seharusnya dirinya tak sekasar ini dengan orang yang sebenarnya tidak bersalah. Tapi
entahlah, kenapa dirinya begitu emosi sekarang.
"Kamu tahu, mama kamu menangis semalaman karena kamu pingsan waktu itu. Lalu jika suatu
hari nanti kamu menikah dengan orang lain, kemudian suami mu tidak terima karena kamu
sudah tak virgin lagi. Dan mama kamu tahu ternyata kamu sudah diperkosa sejak lama oleh
ku. Apa yang akan terjadi dengan mama kamu?! Katakan!" Jelas Derrick panjang lebar.
Sedangkan Juliet hanya bisa menangis.
"Jika melihat seperti ini, apa untungku dalam situasi ini, huh?!" Tekan Derrick. "Aku memiliki
adik seumuran dengan dirimu. Lalu ketika dia menangis histeris karena hidup dan masa
depannya sudah hancur karena telah diperkosa. Apa yang bisa aku lakukan selain menikahi
mu?! Katakan, Juliet." Derrick benar-benar membuka pemikiran kacau Juliet.
"Jangan pernah berasumsi macam-macam, karena tak ada niat sedikit pun untuk menikahi mu.
Dan lagipula aku bukan seorang pedofil. Aku tak kan menyentuh mu selama kita menikah.
Sebab aku tidak tertarik. Ingat itu." Jelas Derrick kemudian berbalik badan dan masuk kedalam
mobil.
Juliet masih menangis tersedu-sedu di luar mobil. Oh sungguh betapa menyedihkannya
hidupnya sekarang dan mendatang.
Tiinn!! Tiinn!!!
Derrick terus membunyikan klakson sampai akhirnya Juliet masuk kedalam mobil.
*
Hari seakan berjalan begitu cepat. Sampai tak terasa hari yang tak pernah Juliet inginkan, kini
telah tiba.
Segala perlawanan telah ia lakukan, bahkan memusuhi orang tuanya. Sempat pula dirinya
melarikan diri, tapi semua sia-sia. Tak butuh waktu lama papanya bisa menemukan dirinya. Dan
pernikahan ini tidak bisa terelakkan dengan syarat merahasiakannya. Jangan sampai teman-
teman Juliet ataupun pihak sekolah mengetahui pernikahan ini. Ditambah lagi, tak ada sesi
ciuman setelah pengucapan janji pernikahan.
Di sebuah kamar, kini Juliet terbalut gaun pengantin berjenis A-Line dengan kombinasi chapel
length veil yang panjangnya veil hingga menyentuh lantai
Juliet yang berdiri didepan kaca jendela. Hanya bisa menatap keluar dengan pandangan
kosong. Rasanya sudah tak ada harapan apapun dalam dirinya.
Entah, seburuk apa lagi hidupnya nanti.
"Juliet..." Suara parau yang khas itu membuat tubuh Juliet setengah memutar tubuhnya tanpa
merubah posisinya.
Jaffra kemudian melangkah mendekati putrinya didepan jendela. Jauh dalam lubuk hati Jaffra
sebenarnya tidak tega memaksa Juliet untuk menikah sedini ini. Tetapi masa depan Juliet lebih
bearti ketimbang pengorbanan Juliet sekarang.
"Maaf kan papa, sayang..." Juliet hanya bisa menatap wajah kerut papanya tanpa membalas
ucapan beliau. "Papa tahu, papa adalah orang tua terburuk yang pernah ada..." Lanjut beliau
merasakan kecamuk dalam hatinya.
Mata mereka saling bertemu kemudian Jaffra memeluk erat putrinya yang tak mengeluarkan
sepatah katapun. Sebab bagi Juliet tak ada gunanya. Karena dirinya akan tetap dinikahkan
dengan pria yang telah memperkosanya.
Kediaman Juliet ini malah membuat Jaffra merasa semakin bersalah. Tetapi apalah daya.
Pernikahan ini harus tetap berlangsung.
*
Dengan didampingi Jaffra, kini Juliet berjalan di tengah altar menuju podium yang sudah
ditunggu pendeta dan Derrick disana.
Sean dan Miracle yang menghadiri acara tersebut, seakan dibawa nostalgia ketika mereka
menikah.
"Kamu tahu, rasanya jantung berdebar begitu kencang ketika berjalan di altar. Rasanya kaki
gemetaran dan tak sanggup melanjutkan lagi." Ucap Miracle begitu berseri-seri seakan
merasakan kembali hal tersebut.
"Tetapi...melihat mu didepan podium, menyadarkan diriku bahwa tujuan hidup ku adalah
bersama mu...dan rasanya ingin sekali aku berlari saja supaya aku cepat menggapai tujuanku."
Tambahnya tersenyum lebar diikuti Sean yang ikut tersenyum disana. Kemudian Sean
mendekatkan bibirnya di salah satu telinga Miracle.
"Aku beruntung mendapatkan dirimu, Miracle." Bisik mesra Sean yang tentu membuat pipi
Miracle memerah bak tomat matang.
Oh sungguh. Hati wanita mana yang tak meleleh mendengar pujian tersebut.
Sesi ciuman setelah pengucapan janji pun diganti dengan bersulang minuman. Yang mana
pengantin secara bersamaan menyuapkan segelas minuman kepada pasangannya.
"Apa Derrick mencintai gadis itu, seperti kamu mencintaiku?" Tanya Miracle yang sedang
mengamati Derrick dan Juliet.
"Semoga saja..." Sean berusaha menutupi kenyataan dengan mengecup kening Miracle begitu
intens. Seakan tak pernah bosan-bosannya menciumi kening istrinya.
*

Comentário do Livro (82)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    12/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus👍

    14/05

      0
  • avatar

    keren

    02/04

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes