logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab. 9 Demi Karen

Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok.
"Siapa sih? Hujan-hujan gini bikin ribut," ujar seseorang sambil membukakan pintu kayu itu. Hingga saat pintu terbuka lebar. Mata keduanya pun membulat sempurna.
"Elo?!!!" ucap keduanya bersamaan.
"Ngapain elo disini?" tanya Karina dengan nada penuh curiga. Sambil memandangi dengan sinis wajah Natasha yang basah kuyup oleh air hujan.
"Gue nggak ada urusan sama elo. Gue mau ketemu sama Mas Zul," jawab Natasha sambil berusaha menerobos masuk ke dalam rumah itu. Namun, belum sempat ia berhasil masuk tangan kanannya sudah dicengkram Karina terlebih dahulu.
"Semua urusan Mas Zul udah jadi urusan gue juga. Jadi, loe nggak usah banyak alasan. Bilang aja mau loe apa dateng kesini," ujar Karina dengan penuh penekanan.
"Loe nggak usah khawatir. Gue kesini bukan untuk merebut suami yang udah loe rebut dari gue. Karena gue bukan pelakor seperti elo," sahut Natasha geram sambil menunjuk tepat ke arah wajah Karina.
Plak! Satu tamparan keras pun langsung mendarat di pipi kanan Natasha.
"Jaga ya bicara loe! Pantas saja Mas Zul lebih milih gue ketimbang wanita nggak punya adab kayak loe," ucap Karina tanpa melepas cengkraman tangannya di lengan Natasha.
"Cewek bar-bar kayak loe nggak usah sok menasehati gue soal Adap. Karena sejatinya elo pun nggak punya adap," sahut Natasha tidak takut sedikit pun. Namun, ucapannya tadi semakin membuat emosi Karina meluap. Ia pun tak segan memperdalam cengkramannya sedang tangan yang satunya Karina angkat tinggi-tinggi untuk kembali menampar Natasha. Untung saja Natasha segera meraih tangan kanan Karina yang hendak memukulnya. Lalu dengan sekuat tenaga Natasha menghempas kedua tangan pelakor itu dengan sekali hentakan.
Karina yang tak menyangka akan serangan Natasha yang tiba-tiba. Langsung mundur beberapa langkah dan hampir saja tersungkur ke lantai. Beruntung Zul datang lalu menangkap badan sang istri sebelum badannya menyentuh lantai.
"Natasha!!! Apa-apaan kamu ini. Hah?! Apa salah Karina sampai kamu tega hati mau mencelakainya?!" ujar Zul yang terdengar menggelegar di rongga telinga Natasha.
"Mas. Aku nggak ngapa-ngapain. Dia yang nyerang aku duluan. Dia tadi menampar aku, lalu mencakar aku juga. Dan saat dia mau menampar aku lagi. Wajar dong kalau aku mengelak," jelas Natasha sambil memperlihatkan bekas cakaran dan tamparan Karina tadi.
"Sudahlah, Nat!! Kamu ini masa laluku. Untuk apa sih kamu kesini lagi?"
"Aku ada urusan sama kamu, Mas. Jadi, aku mohon izinkan aku bicara berdua denganmu, Mas," kata Natasha sambil melirik ke arah Karina dengan sebal.
"Kenapa harus berdua? Loe mau godain suami gue lagi?"
"Diem loe!!! Gue nggak ada urusan sama elo!!!" Natasha pun menunjuk tepat ke arah wajah Karina yang menyebalkan.
"Eh, loe lupa gue istri Mas Zul sekarang. Jadi, semua urusan dia. Jadi, urusan gue juga," timpal Karina dengan gaya yang menyebalkan.
"Nggak. Gue nggak perlu pendengar seperti elo."
"Cukup!!!" teriak Mas Zul yang langsung membungkam mulut Natasha dan juga Karina. "Dengar ya, Nat. Apa yang tadi dikatakan Karina itu benar. Apapun urusan aku, ya jadi urusan dia juga. Dan aku bener-bener nggak suka. Kalau kamu datang kesini cuma buat menyakiti Karina. Karena apa? Dia sedang mengandung anak aku."
"Apa? Kamu segitunya belain anak dari pelakor ini? Sedang kamu enggak tau kalau anak kamu Karen. Sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya di rumah sakit?" ujar Natasha dengan mata yang berkaca-kaca. Zul pun tak menjawab. Ia lebih memilih diam seribu bahasa. "Aku tau, Mas. Aku tau kamu sudah tidak mencintaiku lagi. Tapi, mau bagaimana pun. Karen tetaplah darah dagingmu, Mas. Dan aku sangat yakin kamu pun mengetahuinya, kan?" tambah Natasha dengan air mata yang meleleh di kedua matanya. Belum sempat Zul membuka mulutnya seseorang menyela pertanyaan Natasha dari belakang.
"Apa benar itu Zul?" ujar suara yang sangat dikenal Natasha. Suara siapa lagi kalau bukan Papa Ardi.
Lelaki yang dulu bersahabat sangat dekat dengan almarhum Papa Natasha. Namun, pernikahan mereka bukan hasil dari perjodohan. Dulu Natasha dan Zulfikar saling mencintai sejak mereka masih kuliah. Kebetulan mereka berada di Universitas yang sama meskipun berbeda Fakultasnya. Lalu saat keduanya mendapat hukuman dari para Senior saat OSPEK. Timbullah benih-benih cinta yang terus bersemi di hati keduanya hingga mereka menikah. Ketika acara lamaran, Papa Ardi baru sadar jika Ayah Natasha merupakan teman masa SMAnya dulu. Makanya keduanya langsung akrab dan mempercepat pernikahan Natasha.
Hidup baru Natasha bersama Zulfikar yang dulu pernah diidam-idamkan Natasha. Justru menjadi mimpi buruk yang berakhir setelah ketukan palu Pengadilan Agama. Padahal, belum juga kering benar tanah kuburan Ayah dan Bunda Natasha yang baru saja meninggal karena kecelakaan saat itu, tapi dengan mudah Zul melempar Natasha keluar dari kehidupannya. Bahkan dengan cara yang menjijikkan jika dikenang.
Kembali pada sosok Papa Ardi yang keluar dari dalam rumah itu.
"Jawab Zul? Apa benar yang Natasha katakan tadi?" ulang Papa Ardi pada sang anak. Jelas saja Zul langsung gelagapan. Sebab ia tidak mau Papanya marah dan mencoret namanya dari daftar warisan.
"Enggak dong, Pa. Mana mungkin aku bohongin Papa. Lagian, waktu itu Papa dan Mama kan lihat sendiri kelakuan dia di belakang aku kayak apa," jawab Zul berbohong.
"Lalu untuk apa kamu datang kesini lagi Nat? Bukankah, kamu sudah bahagia dengan suami barumu?" tanya Papa Ardi yang langsung membuat Natasha mengangkat wajahnya secepat kilat.
"Karen kambuh, Pa. Jantungnya kembali bermasalah. Dokter menyarankan aku untuk membawa dia ke Rumah Sakit Jantung Kita. Tapi, aku tidak punya cukup uang untuk membiayainya disana," jawab Natasha dengan nada bergetar. 'Andai ini bukan untuk Karen. Aku tidak sudi menginjakkan kaki di atas tanah rumah ini," batin Natasha.
"Heh. Kenapa kamu tidak menemui suami barumu. Bukankah dia lebih kaya daripada Zul?" ucap Papa Ardi. Natasha pun terdiam. Mau mengelak pun percuma. Karena suaranya tidak berlaku disini. Natasha justru bersimpuh di depan kaki Papa Ardi dengan tangan yang ia tangkupkan di depan dada. Wajahnya pun ia tengadahkan. Menunjukkan wajahnya yang sudah sangat memprihatinkan.
"Aku mohon, Pa. Sekali ini saja. Bantu saya membawa Karen masuk ke dalam rumah sakit itu. Sungguh, nanti aku pasti akan mrngembalikannya jika aku sudah punya uang," mohon Natasha. Papa Ardi pun hanya mendengus.
"Sudahlah, Pa. Wanita seperti dia. Jangan dikasih hati. Nanti bisa ngelunjak lho. Sekarang dia minta uang cuma dengan bilang Karen masuk rumah sakit. Besok-besok dia datang lagi pasti pakai alasan lain," ucap Zul memanas-manasi.
"Saya tidak sudi membantu wanita penghianat seperti kamu. Andaikan Papamu masih ada. Pasti dia pun akan malu punya anak seperti kamu," kata Papa Ardi lalu membalik badannya dan segera masuk ke dalam rumah.
"Udah, yuk Sayang. Kita masuk saja. Disini dingin. Ntar aku masuk angin lagi," ucap Karina manja sambil mengelendot di lengan Zul. Kemudian keduanya pun masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Natasha yang masih berlutut di lantai yang dingin.
"Hiks. Hiks. Hiks. Teganya kamu, Mas," gumam Natasha sambil menundukkan kepalanya salam-dalam. "Sungguh, kamu tidak lagi punya hati!!" teriak Natasha sambil beranjak lalu ia kembali berlari menjauhi neraka dunia itu.
Natasha terus berlari sambil menyesali rasa cintanya yang pernah tercurah hanya untuk lelaki brengsek itu. Natasha berlari, berlari dan terus berlari. Tanpa memperhatikan jalan sekitar yang sudah memasuki kawasan jalanan besar. Hingga beberapa menit kemudian terdengar suara klakson cukup dekat dan keras.
Tiiiiiinnnn…. Lalu disusul dengan sebuah teriakan.
"Aaaarrgg…."
Brak!!!!

Comentário do Livro (119)

  • avatar
    NasirAiryl

    nice

    20d

      0
  • avatar
    Intan Balqis

    amazing

    12/08

      0
  • avatar
    YaniIndri

    film bagus

    30/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes