logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab. 8 Bertahanlah Sayang

"Pasti Karen bakalan seneng banget nih. Aku bawain kue ini pulang," gumam Natasha sambil mengangkat bungkusan tadi sampai ke depan wajahnya. Lalu Natasha pun melanjutkan jalannya dengan lebih semangat. Tak sabar melihat gadis kecilnya itu tersenyum bahagia. Karena ia sudah membawakan kue kesukaannya. Namun, seketika langkah Natasha melambat. Keningnya pun berkerut sempurna. Ketika matanya menatap pintu kosannya yang sudah terbuka lebar dan dipenuhi banyak orang.
"Karen?!!" teriak Natasha sambil melepaskan bungkusan yang ditenteng di tangannya. Ia pun segera berlari sekencang yang ia bisa. Lalu seperti orang yang tidak sadarkan diri. Ia menerobos orang-orang di depan pintu rumahnya begitu saja. "Karen?!!!" teriak Natasha saat memandangi tubuh kecil Karen yang terlihat kejang-kejang. Natasha pun langsung berlari mendekati tubuh kecil itu. Lalu ia segera memeriksa dada Karen yang langsung terlihat lebam.
"Tadi Maghrib Karen pulang ke rumah dan dia tidak mau diajak ke rumah saya lagi, Mbak. Tiba-tiba beberapa saat yang lalu. Listrik padam. Saat saya dan suami kesini Karen sudah seperti ini, Mbak. Maafkan, saya tidak benar menjaga Karen," jelas Nenek Imah penuh sesal.
"Ini semua bukan salah nenek Imah kok. Seharusnya saya yang selalu jagain dia. Ya,sudah. Tolong bantu saya bawa dia ke rumah sakit ya, Nek."
"Jangan dulu, Mbak. Pak Haji Boim sedang mencari dokter terdekat. Siapa tau Karen bisa ditangani di rumah. Jadi, yang jagain Karen kan bisa lebih banyak kalau di rumah," sahut Mbak Marni. Salah satu tetangga Natasha.
"Terima kasih ya, Mbak. Sungguh, saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Kalau tidak ada kalian," ucap Natasha dengan air mata yang menetes dengan derasnya. "Tapi, Karen harus segera ditangani. Dia menderita Penyakit Jantung Bawaan. Dia tidak bisa dirawat sembarang Dokter," ujar Natasha sambil mengangkat tubuh kecil Karen. Air mata Natasha pun terus membanjiri pipi mulusnya. Ia tidak menyangka penyakit Karen akan kambuh lagi. Setelah beberapa bulan terakhir ini Karen tidak pernah mengalaminya.
"Kalau begitu biarkan suami saya yang menyiapkan mobil. Sebentar," ujar Bu Ranti. Lalu beranjak dari duduknya.
Tak butuh waktu lama suami Bu Ranti datang dengan mengendarai mobil angkot. Lalu Bu Ranti segera turun dan membukakan pintu mobilnya agar Natasha bisa segera naik.
"Terima kasih Bu," ucap Natasha sambil menaiki mobil itu.
"Iya sama-sama. Hati-hati, Pak. Jangan ngebut-ngebut," ujar Bu Ranti pada suaminya.
Pak Agus pun segera tancap gas menuju rumah sakit terdekat. Sesekali ia melirik Natasha yang terus menerus menangis sambil menciumi ujung kepala Karen, dari spion yang menggantung di depannya. 'Kasihan Mbak Natasha. Gue pernah ngerasain kayak gimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat kita cintai,' batin Pak Agus sambil melajukan mobilnya. Dulu sebelum menikah dengan Bu Ranti, Pak Agus memang sudah lebih dahulu menikah dengan seorang wanita asli kelahiran Samarinda. Namun, setelah lima tahun pernikahan mereka. Sang istri dan anak dikabarkan mengalami kecelakaan kapal saat hendak menjenguk kerabatnya yang sakit di Samarinda. Makanya, melihat kondisi Natasha seperti Dejavu bagi Pak Agus.
Sekitar lima belas menit kemudian. Mereka sudah sampai di pelataran Rumah Sakit Satria Medika. Tanpa pikir panjang Pak Agus pun langsung menuju sisi samping rumah sakit swasta itu. Tempat dimana mereka akan langsung diarahkan ke ruang IGD.
Mobil pun akhirnya berhenti tepat di depan pintu kaca bertuliskan Menuju Ruang IGD. Natasha langsung turun dari mobil itu dengan membopong Karen yang masih kejang-kejang. Walau sudah lebih lemah. Pak Agus pun tak mau kalah. Ia berlari masuk ke dalam ruangan itu untuk memanggil bantuan dari tim medis.
"Dokter!!! Dokter!!! Tolong!!! Tolong, Dok!!!" teriak Pak Agus sekuat tenaga.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya salah satu Suster yang berlari ke arah Pak Agus.
"Tolong anak saya,Sus. Saya mohon," kata Natasha dengan nada yang terdengar serak. Tenaganya yang sudah sangat berkurang ditambah rasa panik yang tiba-tiba menyerangnya. Membuat Natasha hampir saja menjatuhkan tubuh lemah Karen ke lantai. Untung saja ada Pak Agus dan Suster tadi yang segera menangkapnya. Sehingga, badan Karen bisa ditahan agar tidak jatuh. Beberapa Suster lain pun berdatangan. Ada yang berlari menolong tubuh Natasha yang sudah pingsan. Ada juga yang membawakan Brankar dorong untuk meletakkan tubuh kecil Karen.
Tanpa menunggu komando para Suster itu pun membawa kedua tubuh anak dan ibu itu ke ruang UGD. Untuk segera diperiksa Dokter. Sedangkan Pak Agus hanya bisa mengantar sampai depan ruangan yang bertulis UGD di tengah-tengah pintu masuknya.
"Maaf, Pak. Silahkan Bapak menunggu di luar. Biarkan pasien menjadi tanggung jawab kami," ucap salah seorang Suster.
"Baik, Sus," balas Pak Agus singkat.
Ia pun membiarkan pintu ruangan itu kembali ditutup rapat setelah seorang Dokter berlari masuk ke dalam. Karena Pak Agus tidak mengenal keluarga Natasha yang sebenarnya, makanya ia hanya bisa menghubungi sang istri untuk menunggui Natasha dan Karen di rumah sakit ini.
"Hallo, Bu," ucap Pak Agus pada Bu Ranti yang berada jauh di seberang sana.
"Hallo, Pak. Gimana keadaan Karen? Dia sudah ditangani?" tanya Bu Ranti terdengar sangat khawatir.
"Belum, Bu. Sekarang Karen dan Mbak Natasha sedang diperiksa Dokter. Sampai disini Mbak Natasha jatuh pingsan. Makanya Ibu cepet kesini ya. Jodi titipkan saja sama Pak Haji Boim," ujar Pak Agus.
Bagi mereka, semua tetangga yang ngekos di tempat Pak Haji Boim adalah keluarga. Sebab Pak Haji Boim sendiri tidak pernah merasa seperti seorang juragan kosan, melainkan lebih seperti orang tua dari semua orang yang ngekos di tempatnya. Selain itu, kebanyakan mereka yang ngekos di sana merupakan pendatang dari berbagai kota di Indonesia yang tidak memiliki sanak saudara di Jakarta. Makanya, kedekatan mereka seperti keluarga yang utuh sebagai sesama perantau. Dan apabila ada salah satu yang membutuhkan pertolongan. Dengan sigap orang-orang lain akan membantunya dengan ikhlas. Begitu seterusnya.
Kembali pada Bu Ranti yang masih menerima telepon sang suami.
"Oke, Pak. Sekarang aku dan Jodi memang sedang berada di rumah Pak Haji. Aku kesana sekarang," balas Bu Ranti sebelum menutup sambungan teleponnya.
Bagi Bu Ranti ataupun yang lainnya. Mereka tidak akan was-was jika harus menitipkan anaknya ke rumah Pak Haji Boim. Apalagi, Jodi sudah kelas lima SD. Jadi, dia tidak akan keberatan kalau ditinggal di rumah orang yang sudah menyayanginya sejak lahir itu.
***************
Siang hari ini hujan kembali menyirami kota Jakarta. Padahal, mentari terlihat begitu merona di atas sana. Namun, dunia seakan ikut bersedih menatap nasib Natasha yang tak kunjung mendapat kebahagiaan. Lihat saja sekarang. Diantara guyuran hujan yang tanpa jeda membasahi bumi. Ia berlari sekuat tenaga dengan uraian air mata yang tak kalah derasnya dari rintik-rintik air langit itu.
Ia tidak peduli lagi seperti apa pandangan orang-orang yang menatapnya dan seberapa banyak kendaraan berlalu lalang yang bisa membahayakan nyawanya. Hanya satu yang ia pikirkan sekarang, yaitu cepat-cepat sampai di rumah mantan suaminya. Untuk apa? Untuk apalagi jika tidak untuk Karen. Untuk kesembuhan buah hatinya yang kembali berperang dengan penyakit yang sudah lama ia derita.
Akhirnya setelah puluhan kilo ia lalui hanya dengan berlari sampai kaki-kakinya lecet-lecet. Natasha sampai juga di depan rumah yang pernah menjadi istananya dulu. Ia pun segera mendekati pintu masuk rumah cukup mewah itu tanpa membuang waktu lebih lama. Tok. Tok. Tok. Natasha mengetuk pintu depan rumah itu beberapa kali, tapi belum ada jawaban juga dari dalam. Makanya ia kembali mengetuknya lagi sampai berulang-ulang. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok.
"Siapa sih? Hujan-hujan gini bikin ribut," ujar seseorang sambil membukakan pintu kayu itu. Hingga saat pintu terbuka lebar. Mata keduanya pun membulat sempurna.
"Elo?!!!" ucap keduanya bersamaan.

Comentário do Livro (119)

  • avatar
    NasirAiryl

    nice

    20d

      0
  • avatar
    Intan Balqis

    amazing

    12/08

      0
  • avatar
    YaniIndri

    film bagus

    30/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes