logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Breastfeeding Prince

Breastfeeding Prince

_sheyiu


Bagian 1

Ibarat hujan dan bumi. Hujan butuh bumi untuk menitikkan rintiknya. Hujan butuh bumi untuk menetapkan tujuannya. Hujan butuh bumi untuk menyuarakan melankolinya.
Gue itu seperti hujan, yang numpahin semua isinya ke bumi secara cuma-cuma. Yang mencintai lo, tanpa adanya syarat.
— Jay
Ibarat hujan dan bumi. Bumi selalu terlena dan tak berdaya pada hujan, pada rintik dan aromanya, pada bunyi dan melankolinya, pada caranya yang pelan sekaligus brutal dalam memetik kenangan yang tak diinginkan.
Gue itu seperti bumi, yang nerima semua rintik hujan secara terbuka. Yang menyambut lo, sekali pun lo datang dan pergi sesuka hati.
—Hana
Ibarat hujan dan bumi. Gerimis hujan bagaikan tirai antara resah dan rindu, menitipkan salam kepada kicauan yang berteduh.
Pada rintik hujan yang jatuh, sebanyak itu pula rindu bumi yang berpadu.
—Breastfeeding Prince
SATU
Orang bilang keistimewaan didapat oleh orang-orang khusus yang dipilih Tuhan. Istimewa artinya berbeda, utama, dan bersifat khas. Hana tidak berharap menjadi istimewa, lantas mengapa ia mendapati dadanya mengeluarkan air susu alias asi sejak semalaman?
Heran? Tentu saja. Dia bertanya-tanya sebenarnya ada apa. Dia baru pulang dari sekolah, tertidur sejenak selama beberapa menit, saat bangun dia merasakan dadanya sembiluan nyeri dan pedih, tidak tau alasannya. Ketika dia memijatnya, tanpa disangka segelenyar air keluar dari puting payudaranya.
Dia jelas tahu asi diproduksi oleh ibu yang sudah melahirkan, lalu bagaimana bisa dia yang masih berusia 17 tahun menghasilkan cairan susu itu?
Ingin bertanya ke dokter, Hana masih ragu. Masalahnya yang dia alami sangat aneh. Alhasil langkah paling tepat nan aman ialah berselancar di google. Dia menemukan jawaban bahwa anak remaja memang bisa mengeluarkan asi disebabkan oleh tingginya hormon prolaktin yang dapat dipengaruhi oleh faktor seperti riwayat konsumsi obat-obatan dan herbal tertentu, penggunaan obat hormonal, gangguan hormon tiroid, gangguan ginjal, trauma atau cedera pada dada, serta stres.
Melihat penyebabnya, Hana jadi tidak heran lagi, pasalnya setahun belakangan dia memang terus mengonsumsi obat-obatan, dia juga mengidap beberapa penyakit di atas. Mungkin memang itu penyebabnya.
Helaan napas panjang keluar dari bibir Hana. Dia baru saja bersiap-siap pergi ke sekolah. Sudah rapi dan tinggal berangkat, namun sayangnya seragam bagian dadanya kembali basah lantaran air susu itu terus-menerus keluar. Dia tidak bisa ke sekolah dengan kondisi seperti itu.
“Sayang, ayo sarapan!” teriak Mama dari lantai bawah. Hana kelimpungan hendak bagaimana. Karena tidak tahu lagi, dia pun segera berganti bra, tanktop, dan mengenakan seragam yang lain. Setelah itu memakai sweater hitam agar tidak terlalu kelihatan bila basah.
“Mama, Hana udah telat.” Tergesa-gesa gadis bersurai hitam itu turun dari tangga, menghampiri sang Mama di meja makan.
“Eh, sarapan dulu dong, sayang.”
“Hana udah telat, Ma.” Usai mengecup pipi Mamanya, dia bergegas keluar dari rumah, menghampiri supir taksi yang sudah menunggu di depan pagar, Hana masuk ke dalam dan menyuruh Pak Supir segera menyalakan mesin.
Mobil mulai dijalankan, saat baru akan keluar dari perumahan, sebuah motor sport menghalangi jalan.
“Loh, kenapa berhenti, Pak? Hana udah telat ke sekolahnya,” keluh gadis itu.
“Maaf, Dek. Tapi itu motornya menghalangi jalan.”
Hana mengikuti arah tunjuk Pak Supir, dia melihat dari dalam kaca mobil bahwasanya sebuah motor gede tengah terparkir lancang di tengah jalan.
“Kenapa parkir tengah jalan coba,” gerutu Hana.
Berniat turun dan mencari si pelaku, sang pemilik motor lebih dulu muncul, naik ke atas motornya. Raut Hana mendatar, tentu dia tahu siapa orang itu. Jay Gentala Adelard. Cowok dingin, angkuh, nan cuek yang sangat terkenal di sekolahnya. Orang-orang menjulukinya Pangeran lantaran ketampanannya di luar kata biasa. Mereka satu kompleks perumahan, tapi tidak pernah saling berbicara, lagi pula Hana tidak ingin, dia cuma mengenal dari temannya, Jeslyn.
“Jalan, Pak,” titah Hana saat dia sudah menghilang bersama motornya.
Mobil kembali melaju, kali ini Hana menyuruh Pak Supir mengebut lantaran tidak ingin dihukum karena terlambat.
°°°
“Menu makanan sehat terdiri dari daging, roti, telur, gandum—“
“Ssst! Bosen?” Seorang gadis yang sudah pasti bernama Jeslyn mulai berulah, yang dia lakukan sedaritadi berbisik-ria dengan Rona padahal guru sedang menjelaskan di depan.
“Iya nih, kantin?”
“Okey.”
Mereka berdua berdiri.
“Lo ngikut nggak, Na?” tanya Jeslyn.
Awalnya Hana tidak ingin, namun dia merasakan payudaranya menyeri dan mulai berat. Alhasil ia tak punya pilihan selain mengangguk.
“Oh yes, jiwa badgirl-nya nih.” Jeslyn menarik lengan Hana ke meja guru depan. Sang guru yang melihat ketiga gadis itu seperti sudah paham, tanpa bertanya dia sudah mengangguk tanda mengiyakan.
Penuh sumrigah mereka memicing keluar dari kelas. Baru saja melangkah ke koridor kelas sebelah, Hana melepas rangkulan kedua temannya itu dari lengannya.
“Gue ke toilet bentar.”
“Ya elah! Ngapain, sih? Tahan bentar dong, Na. Kita cuma beli makanan abis itu pindah ke lab.”
Ngomong-ngomong, lab tempat favorit untuk membolos. Sepi, tersedia wifi, sofa empuk, dan kamar mandi.
“Udah nggak kuat. Kalian duluan ya. Gue nyusul.” Tanpa memberi jawaban lain, Hana berlari menjauh. Dia juga memegangi dadanya sendiri yang benar-benar terasa berat.
Hanya tersisa beberapa langkah mencapai toilet, hal tak terduga terjadi, seseorang menabraknya dari arah depan, membuatnya jatuh terpental ke lantai.
“Aduh,” ringisnya.
“Ck, jalan itu pake mata!”
Hana tersentak, menengadah kepala memandang cowok yang berdiri menjulang di hadapannya. Sorot wajahnya tegas dan tajam, begitu menyeramkan. Tidak sempat mendeskripsikan lebih banyak, Hana buru-buru berdiri dan menghilang di balik toilet. Dia menetralkan deru napas yang tak karuan. Bukan, bukan salah tingkah. Hanya saja sweater depannya sudah sangat basah, Hana takut dipandang aneh.
Hana membuka seragamnya di salah satu bilik toilet, menurunkan bra yang sudah basah kuyup dan membiarkan air susu mengalir ke tisu. Dia menghela napas. Merasa resah dan sangsi memikirkan nasibnya. Semoga air susu itu segera berhenti agar dia bisa menyusul kedua temannya sebelum mereka yang duluan mendatangi ke toilet.
°°°

Comentário do Livro (208)

  • avatar
    Herman

    memang terbaik

    8d

      0
  • avatar
    PaysaIbrahim

    mantap

    12d

      0
  • avatar
    MuchayyaKinasti

    bagus banget ceritanya

    23/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes