logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Semakin Dekat

Author.
Tring.
Sebuah notifikasi terdengar dari ponsel yang terletak disamping keyboard PC dimeja kerja Gendis, spontan diraihnya dan diusap layarnya.
"Sholat duhur bareng yuk, lanjut makan siang nanti." sebuah pesan terbaca dari applikasi hijau, membuatnya tersenyum. Dari siapa lagi kalau bukan Adit yang kontak nya paling sering digunakan akhir -akhir ini.
"Aku lagi ga sholat mas." jawab Gendis.
"Kalau begitu lunch aja ya?" balas Adit.
"Oke, tapi ada syaratnya." ketiknya membalas pesan tersebut
"Kok pakai syarat segala, emangnya syarat nya apa? jadi calon suami kamu ya?? mau dong" balasnya di akhiri dengan emot tertawa.
"Yeeeee..maunya." balas Gendis sok jual mahal , meskipun dalam hati ingin sekali dia balas "iya".
"Hahahaha kirain, emang apa syarat nya ?" tanya Adit.
"Aku yang bayar." balas Gendis yang mulai menggunakan kata "aku" meninggalkan kata ganti resmi yang sebelumnya mereka gunakan yaitu "saya".
"Yahhh...berat banget syaratnya." jawab Adit.
"Ya udah kalau gamau gajadi." ancam gendis tak bersungguh-sungguh, sebab dirinya juga menginginkan untuk lunch bersama Adit.
"Oke oke nuruuut" balas Adit menyerah
"Sip, good boy." balas Gendis.
Siang ini Gendis sudah berada di kantin untuk lunch bersama Adit sesuai dengan janji mereka berdua melalui chat pagi tadi, sementara Adit masih berada di basemen tempat mushola gedung berada, tampak gendis mengirimkan sebuah pesan melalui ponselnya.
"Mas kamu mau makan apa biar aku pesankan dulu." tanyanya pada Adit melalui chat
"Nasi goreng aja." jawab Adit selang satu menit kemudian
"Oke, minumnya?" cahaya Gendis kembali
"Es teh aja tapi tolong bilang ke mbak nya yang manis seperti kamu ya 😍😍." balasnya dengan akhiran emot love, membuat Gendis mengulas senyum dengan pipi yang pasti sedang merona.
"Kata mbak nya gabisa nanti rugi, sebab butuh gula banyak banget kalau mau manis seperti aku." balas Gendis tak mau kalah dengan gombalan Adit.
"Aduuh bisa diabet niy kalau sering lihatin kamu." lanjut Adit.
Gendis hanya membaca pesan Adit, kemudian meletakkan gawai di meja, dan memilih memesan makan siang mereka sebelum Adit keburu datang.
Demi menghindari kejadian kemarin terulang lagi, kali ini Gendis terburu menuju kasir untuk membayar menu yang sudah dipesannya tadi.
Tak sampai 10 menit menunggu, Adit telah di kursi dihadapan nya, bersamaan dengan datangnya makanan yang dipesan dan dibayar oleh Gendis tadi.
"Yuk mas makan dulu." titah gendis pada Adit agar segera memulai makan.
"Iya laper banget niy tadi pagi ga sempat sarapan" sambut Adit antusias.
"Lah kenapa ga sempat makan" tanya gendis sambil menyendok nasi campur yang dipesannya.
"Iya takut telat terus tidak bisa berangkat bareng mbak Gendis." tutur Adit jujur, yang seketika membuat Gendis terbatuk.
"Pelan-pelan mbak." ujar Adit sambil menyerahkan es jeruk manis milik Gendis .
"Hmmm." senyum gendis saat sudah berhasil menguasai keadaan setelah sempat dibuat ge-er oleh Adit.
Lalu mereka melanjutkan makan dalam diam. Keduanya berdiri usai makanan di piring masing-masing telah kanda. Gendis segera menarik tangan Adit yang bermaksud menuju kasir hendak membayar apa yang mereka makan barusan.
"Sudah." lirih Gendis menahan langkah Adit.
"Beneran?" Adit memastikan.
"Iya kan aku udah bilang tadi." sambil menggiring Adit ke pintu keluar kantin.
Hampir dua Minggu belakangan ini Adit dan Gendis selalu berangkat dan dan pulang bersama . Kedekatan ini menciptakan warna berbeda untuk Gendis dan Adit. Sejauh ini canda tawa mereka hanya sebatas seorang teman dan sahabat meskipun sejujurnya jauh dilubuk hati terdalam keduanya menginginkan lebih dari sebuah hubungan pertemanan.
Aditya Pratama yang hanya seorang security kontrak sebuah outsourcing ragu jika harus berharap lebih kepada Gendis, gadis manis incarannya yang seorang manager accounting salah satu perusahaan shipping Line terbesar di negeri ini. Cabang nya saja ada hampir di seluruh Indonesia . Meskipun sesungguhnya , tentang pendidikan dan status pendidikan bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan oleh Adit. Adit merupakan seorang sarjana pertanian lulusan sebuah Universitas negeri di kota Malang. Program study yang sebenarnya sama sekali tidak diinginkan olehnya, namun terpaksa dipilih demi memenuhi permintaan kedua orang tuanya yang berharap kelak Adit akan meneruskan usaha orang tuanya .Puluhan hektar sawah dan perkebunan serta ratusan ekor sapi milik orang tuanya yang nantinya pasti akan diwariskan kepadanya menjadi alasan untuknya terpaksa menuruti orang tuanya. Impian nya menjadi seorang Polisi pun terpaksa harus dikubur nya demi kedua orang tuanya.
Gendis Ayunda gadis manis yang tak sampai dua bulan lagi memasuki usia tiga puluh tahun, merasa tak cukup pantas jika harus mendampingi seorang laki-laki tampan yang mungkin lebih pantas menjadi adiknya, Adit yang memiliki tinggi 181 cm sementara dia yang hanya 158 cm , serta tampang yang sebenarnya lebih pantas menjadi seorang model. Sementara dirinya merasa tidak ada satupun hal menarik dimilikinya.Buktinya hingga usianya yang berada di akhir dua puluhan belum ada juga lelaki yang berencana serius untuk mengajaknya menikah, kecuali Yanto kupret yang sangat ngebet menjadikannya istri. Belum lagi rentang usia yang cukup jauh di antara mereka.
Disamping itu, ada kekhawatiran besar yang nanti akan dihadapi, tentang restu kedua orang tuanya. Rasanya akan butuh perjuangan yang sangat besar untuk meyakinkan keluarga nya agar mau menerima Adit, yang disangkanya memiliki status sosial jauh dibawahnya.

Comentário do Livro (72)

  • avatar
    ZakiaMiftahul

    aku lebih suka membaca navel ini

    3d

      0
  • avatar
    Aleeya

    👍🏻👍🏻

    11d

      0
  • avatar
    FadillahRehan

    bagus

    17/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes