logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Dijemput Mr Vespa biru

Author .
Pagi ini seperti biasa Gendis berdiri didepan kompleks perumahannya bermaksud menunggu bus yang akan mengantarkannya ke perusahaan tempatnya bekerja.
Seperti biasa ada Yanto disampingnya yang tak pernah absen mengekori Gendis setiap mau berangkat kerja. Masih juga tidak menyerah dan terus menerus membujuk Gendis agar mau masuk ke mobilnya.
Gendis tetap tak bergeming sebab bingung memikirkan alasan apalagi yang harus disampaikan agar makhluk yang satu ini menyerah. Namun Gendis harus menelan kekecewaan karena meskipun telah ditolak berkali-kali, nyataannya Yanto tetap saja enggan menyerah.
"Ayo dong dek Gendis mau ya di antar mas Yanto yang ganteng ini ke kantor." ajaknya disertai dengan pujian untuk dirinya sendiri.
Mendengarnya membuat Gendis tersulut kesal. Gendis menarik nafas panjang lalu menghempaskannya kasar kemudian menengok ke arah Yanto, kemudian seakan memindai dari atas kebawah. Rambut super klimis dengan jambul berdiri tegak. Entah berapa banyak Pomade yang digunakan untuk menciptakan style tersebut atau mungkin dia menggunakan minyak goreng dari dapur rumahnya untuk membuat tampilan super klimis tersebut . Belum lagi celana cutbray warna merah menyala dipadu dengan kemeja warna hijau super ketat menempel di tubuh kurusnya. Ditambah jam tangan berantai emas seukuran kepalan tangannya.
"Ganteng darimana? dilihat dari ujung Tugu Pahlawan sama sedotan Boba tetep aja ga keliatan gantengnya." jawab gendis ketus setengah menghardik.
"Astaghfirullah, tega banget ya bapak menjodohkan aku dengan makhluk seperti ini." rintih Gendis dalam hati.
"Dek Gendis kok ngomong nya gitu sih, mas Yanto kan jadi sedih." jawab Yanto dengan nada di buat semanja mungkin.
"Kan sudah Gendis bilang gausah mas." jawabnya dengan sedikit menahan rasa mual mendengar jawaban sok imut dari Yanto.
"Daripada naik bis lama kan mending naik mobil mas, adem ada AC nya. " lanjutnya Yanto masih belum mau menyerah, dengan memamerkan mobil yang kelas nya jauh dibawah milik Gendis.
Gendis mulai enggan untuk menjawab dan menggerakkan-gerakkan kepalanya kekiri kekanan dengan maksud membuang muka agar tak bertatapan dengan Yanto.
Gendis masih ber akting seolah-olah sedang menunggu keberadaan seseorang.
Sebenarnya dia sendiri tidak tahu siapa yang ditunggu, hingga tiba-tiba suara klakson berbunyi mengagetkan sekaligus membangkitkan senyum di bibir mungilnya.
Sebuah Vespa biru berhenti tepat dijadapan Gendis dan Yanto. Sang pengendara yang menangkap ketidak nyamanan Gendis saat berada di samping Yanto , spontan mengeluarkan suaranya memanggil Gendis.
"Ayo sayang nanti terlambat lagi." sambil mengulurkan helm .
Gendis yang kebingungan tapi tetap menerima uluran helm dari Adit seketika menaikkan tubuh mungilnya ke jok penumpang.
"Pegangan sayang!" ucap Adit sambil menarik kedua tangan gendis bergantian untuk diletakkan di perutnya .
Dalam hati gendis merasa jantungnya berasa ingin meloncat dari tempatnya, saking senangnya hari ini bisa berangkat kerja lagi bersama Adit.
"Mari mas duluan." pamit Adit pada yanto seraya melajukan Vespanya biru nya.
"Mas Adit kok bisa pas gitu tadi?" Tanya gendis memulai obrolan setelah sanggup menguasai perasaan nya.
"Hahahahaha ." Adit tertawa.
"Kok malah ketawa sih mas, saya kan nanya." balas gendis disertai cubitan di perut Adit yang tengah berada dalam pelukannya.
"Awwww.." jerit Adit menerima perlakuan gendis .
" Wah mbak Gendis , cantik-cantik sadis ya hehehehe, sengaja sih sebenarnya." lanjutnya masih dengan iringan tawa.
Mendengar ledekan Adit tersebut, Gendis kembali mendaratkan cubitan yang kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Ampun..ampun, btw itu yang tadi siapa sih mbak, suaminya ya?, jangan-jangan Mbak Gendis lagi berantem ya sama suami terus ga mau di antar sama kerja." selidik Adit.
"Heh..enak aja masak iya saya yang manis gini mau nikah sama makhluk antik gitu. "jerit Gendis tak kalah kerasnya dari Adit sambil memukul gemas punggung Adit.
"Nah terus siapa dong, kenapa dia selalu ada disamping Mbak Gendis ?" tanya Adit lagi.
"Dia itu Yanto kupret, pekerjaan tetapnya ngejar-ngejar saya ngajak nikah, sudah ditolak halus sampe kasar masih aja ngintilin saya kemana-mana. " jelas Gendis berapi-api.
"Ohhh gitu,kenapa ga mau orang ganteng gitu, kalau diperhatikan dengan seksama kayak Refal Hady loh, coba deh lain kali mbak Gendis lihatnya lebih hati-hati dan teliti biar ga kelewatan lihat bagian ganteng nya." balas Adit sengaja menggoda gadis di belakangnya.
"Hahhhh mas Adit apaan sih, kasian banget ya Allah si Refal kalo sampai denger ucapan kamu barusan, bisa dituntut kamu." jawab Gendis sengit karena tak terima Adit menyamakan Yanto dengan Refal Hady aktor super macho pemain web series wedding agreement yang tak pernah dilewatkan nya.
"Hahahaha." lalu mereka berdua sama-sama tertawa .
Tak terasa perjalan sudah sampai di parkiran, keduanya turun dan melepas helm masing-masing. Gendis yang tampak kesulitan membuka pengait helm reflek menggerakkan Adit untuk membantu melepaskannya. Untuk beberapa saat netra keduanya saling bertatapan , dan tanpa disadari keduanya saling mengagumi keindahan masing-masing.
Usai melepas semua atribut yang melekat, keduanya berjalan beriringan menuju pintu masuk gedung. sesaat sebelum masuk , Adit sengaja melambatkan langkanya kemudian berhenti dan membalikkan tubuhnya ke arah Gendis.
"Mulai besok saya jemput Mbak Gendis." ucapnya .
"Mmmm... emang ga ngerepotin?" Jawab gendis basa-basi.
"Ya enggak lah,kalo ke..." Balas Adit yang belum sempat menyelesaikan ucapannya.
"Juanda baru ngerepotin. " potong gendis sebelum Adit melanjutkan candaan nya.
"Hahaha." tawa mereka lagi bersamaan
"Yaudah gpp, eh tapi emang ga ada yang marah kalau mas Adit jemput saya?" Pancing Gendis untuk memastikan kalo Adit memang masih sendiri.
"MMM sebenarnya ada sih." jawab Adit bermaksud menggoda Gendis.
Dalam hati Adit paham maksud dan kemana arah pertanyaan Gendis, tapi Adit sengaja menggoda Gadis didepannya.
"Hah siapa pacar mas Adit ya, atau istri mas Adit , yaudah mas gausah kalau begitu." balas Gendis dengan nada kecewa yang tampak jelas.
"Ya si Yanto lah, siapa lagi, pasti dia marah banget kan kalau saya antar jemput mbak Gendis tiap hari."
Kali ini mereka tertawa lebih keras hingga menarik perhatian beberapa orang sekitar lalu menjatuhkan pandangan sinis ke arah mereka berdua.
"Hush!" sahut gendis sambil meletakkan jari telunjuk di ujung bibirnya.Mereka terdiam sesaat namun beberapa detik kemudian kembali larut dalam tawa.
"Yaudah mas saya naik dulu ya." pamit Gendis.
"iya saya juga masuk." balas Adit.
"Tunggu dulu mbak." panggil Adit tiba-tiba.
"Iya kenapa mas?" tanya Gendis heran.
"Pinjam hp sebentar bisa?" tanya Adit
"Boleh, ini mas, emang mas Adit ga bawa handphone ya? balas Gendis mengulurkan ponselnya pada Adit.
Setelah menerima uluran ponsel dari Gendis, tampak Adit seperti mengetik sesuatu dari ponsel Gendis , hingga terdengar nada dering muncul dari dalam tas Adit.
"nomer saya udah saya save di ponsel mbak Gendis ." jawab Adit sambil mengembalikan ponsel milik Gendis.
"Sippp." jawab Gendis mengerti maksud Adit.

Comentário do Livro (72)

  • avatar
    ZakiaMiftahul

    aku lebih suka membaca navel ini

    3d

      0
  • avatar
    Aleeya

    👍🏻👍🏻

    11d

      0
  • avatar
    FadillahRehan

    bagus

    17/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes