logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Benci (Benar-Benar Cinta)

Benci (Benar-Benar Cinta)

Rai Seika


Capítulo 1 Pertemuan Pertama

Orang bilang masa SMA adalah masa muda yang paling baik. Banyak kisah cinta terjadi di bangku SMA. Bertemu tidak sengaja di lorong kelas, lalu bertabrakan kemudian buku-buku jatuh. Saat dipungut tangan bersentuhan lalu saling pandang dan akhirnya jatuh cinta. Banyak sekali novel percintaan anak SMA yang so sweet. Kisah-kisah ringan namun menyenangkan.
“Baca novel lagi Ren?”
Sepintas saja Rena melirik orang yang menyapanya di perpustakaan. Pustakawan ganteng yang sedang magang. Pria ini berkulit sawo matang, hidung mancung, dan mata tajam menyudut. Dengan kacamata yang cocok di wajahnya. Ganteng menurutnya, karena dia suka cowok berkacamata terlihat pintar dan keren.
Namanya Rena, Rena Ayunda. Siswi SMA tingkat pertama yang hobinya membaca. Semua buku bacaan bisa ia baca semua, tapi yang paling ia sukai adalah membaca novel.
Saat ini ia berada di perpustakaan kota dan pria di depannya bernama Rizky Raditya. Seorang mahasiswa jurusan pustakawan dan kearsipan yang sedang magang di perpustakaan kota.
“Nggak ada PR? Kerjain dulu PR-nya mumpung di sini, kalau mau pinjam novel nanti kuberi bonus deh, tambahan satu buku,” kata Rizky ramah.
"Duh Kak Riz, Aku kemari karena pengen lihat kamu kok alasan saja ngerjain PR sama pinjam buku," batin Rena.
Dari balik buku novel, ia melirik wajah manis Rizky.
“Ada sih, Matematika. Tapi susah, nggak bisa,” jawab Rena menenggelamkan lagi wajahnya di buku novel miliknya.
“Sini kubantu,” sahut Rizky duduk di sebelah Rena.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. sudah saat bagi Rena pulang.
"Untung PR ku juga sudah selesai. Mahasiswa memang beda ya, pintar," batin Rena.
“Kak Riz, pinjam empat novel ya,” kata Rena meletakkan 4 buah novel di meja peminjaman.
“Maksimal tiga,” kata Rizki.
“Tadi Kakak bilang bonus satu, ingat nggak?” Rena dengan senyum manis mengedipkan satu matanya.
“Owh iya, apa sih yang enggak buat kamu,” candaan receh yang kadang bisa membuat orang salah tafsir.
"Duh Kak Riz jangan bikin salah paham donk," pikir Rena.
“Pulang dulu ya, keburu busnya nggak ada nanti, dah.” Rena melambaikan tangan dan keluar dari perpustakaan.
Setelah berlari-lari kecil sampai di halte, Rena duduk sebentar menunggu bus datang. Tak lama bus yang ditunggu tiba, dia segera naik dan duduk di kursi yang masih kosong. Sepanjang perjalanan dia membaca novel yang dipinjam. Bus pun berhenti dan gadis manis berambut hitam panjang ini turun setelah membayar. Dengan berjalan santai dia menyusuri jalan kecil ke rumahnya.
“Eh bukan kah itu ….” Rena bicara sendiri saat melihat seorang yang pernah dia lihat. Seorang pemuda yang berkulit putih, berambut hitam pendek namun poni rambutnya agak panjang hingga mencapai alis matanya. Mata hitam dan tampang jutek meskipun sebenarnya dia tampan dengan hidung mancung dan bentuk rahang yang tegas.
“Bodo ah, nggak kenal.” Rena melanjutkan perjalanannya ke rumah.
Hari pun berlalu hingga dimulailah keesokan hari yang cerah dengan kicauan burung yang ramai berdendang.
“Rena berangkat dulu ya,” pamitnya setelah mencium tangan ayah dan ibunya.
“Hati-hati di jalan,” sahut kedua orang tuanya.
Tepat di depan rumahnya pemuda yang kemarin dia lihat berdiri di sana. Tak sengaja mata mereka saling bertemu.
“Permisi,” sapa Rena dengan senyum dipaksakan dan melewati pemuda itu lalu segera berlari menuju halte bus.
Seperti biasanya sepanjang jalan, Rena membaca buku novelnya hingga bus berhenti di depan sekolah dan dia turun.
"Untung tidak terlambat."
Rena segera berjalan menuju kelasnya dan duduk di kursi yang dekat jendela. Karena bel belum berbunyi Rena melanjutkan kembali membaca novelnya.
Setelah selesai pelajaran jam keempat, bel istirahat berbunyi. Semua siswa segera bangkit dari kursi dan bergegas ke kantin. Ya pastilah sudah lapar, perut perlu diisi untuk kembali menerima pelajaran di jam berikutnya.
“Ren, nggak ke kantin?” tanya teman sekelasnya, Lusi.
“Nggak Lus, aku bawa bekal,” Rena menunjukkan kotak makan yang dia bawa.
“Aku ke kantin dulu ya, mau nitip nggak?” tanya Lusi.
“Es jeruk saja deh, makasih ya,” jawab Rena memberikan uang kepada Lusi.
Lusi kembali membawa segelas es jeruk dalam cup. “Nih, pesananmu,” Lusi meletakkan es jeruk Rena di meja. Sementara dirinya membuka bungkus batagor yang ia beli dari kantin.
“Makasih ya, Lus, kamu baik deh.” Rena menunjukkan senyumannya ke Lusi.
“Ya, ya ya. Eh, Ren lihat tuh si Yuda cakep ya,” kata Lusi menunjuk seorang pemuda dari jendela.
“Hm,” jawab Rena
"Yuda? Siapa Yuda?" batin Rena.
“Jangan bilang kamu nggak tahu ya, kalau mau hidup seperti di novel minimal tahu lah itu anak populer di sekolah. Seorang MVP Basket. Dia ketua Tim basket sekolah kita,” kata Lusi menjelaskan dan menunjuk Yuda yang terlihat dari jendela kelas mereka yang berada di lantai dua.
“Owh dia,” ucap Rena
"Itu toh Yuda, yang tadi pagi ketemu," batin Rena memperhatikan pemuda yang tadi dia temui.
“Ke toilet bentar ya, mau nemenin nggak?” tanya Rena.
“Ogah ah,” jawab Lusi.
Rena menuruni tangga, karena toilet berada di lantai satu. Saat turun dia berpapasan dengan orang yang katanya bernama Yuda itu.
"Ganteng juga, tapi gantengan Kak Rizky ah," batin Rena.
Bel berbunyi, Rena bergegas kembali ke kelasnya. Akhirnya pelajaran hari ini selesai, seperti biasanya pulang sekolah dia akan mampir ke perpustakaan kota.
Setelah guru keluar kelas, para siswa bergegas pulang ke rumah masing-masing.
Pemuda bernama Yuda itu berada di depan kelas Rena. Rena melewatinya begitu saja. Sementara para siswi lain sudah teriak-teriak melihat ada cowok cakep di depan kelasnya.
Tangan Rena ditarik saat dirinya tepat di depan Yuda.
“Lepasin woi,” celetuk Rena menarik tangannya.
“Jangan gitu donk, Sayang,” kata Yuda dengan senyum manisnya yang mengintimidasi.
"Ini senyum apa ngancam sih," batin Rena menatap pemuda di depannya.
“Eh Yuda ada hubungan apa dengan Rena,” Suara dari siswi-siswi yang tadi berteriak saat melihat Yuda.
“Owh, Kenalin Rena Ayunda pacar Yuda Arya Saputra,” kata Yuda dengan lantang.
"Wait? Pacar? Sejak kapan? Kenal juga enggak," protes Rena dalam hati.
Rena bengong otaknya sedang lari maraton mencari ingatan pemuda bernama Yuda. Namun nihil, tidak ada memori bernama Yuda di otaknya.
“Udah yuk, pulang!” Yuda menarik tangan Rena dan melingkarkan di tangannya seakan mereka memang sepasang kekasih.
“Ah nggak rela,”
“Kok milih Rena sih, si kutu buku,”
Celotehan siswi-siswi yang tidak terima idola mereka punya pacar. Apalagi dengan Rena yang terkenal sebagai kutu buku.
Yuda membawa Rena menuju parkiran motor.
Rena menarik tangannya dan menampar muka Yuda, “Apaan sih, jangan seenaknya!” teriak Rena.
“Kok gitu? Kamu 'kan pacarku,” balas Yuda mengusap pipinya yang terasa sakit.
Kulit putih Yuda terlihat memerah akibat tamparan Rena.
Rena berbalik dan berjalan menuju gerbang sekolah namun pemuda bernama Yuda itu menarik tangan Rena cukup keras hingga tubuh Rena berputar dan mendarat dalam pelukan pemuda itu. Kejadiannya begitu cepat hingga otak Rena seperti masih loading saat sebuah ciuman mendarat di bibir manisnya.
Ciuman pertamaku! Dirampas! teriak Rena dalam hati.
Kali ini Rena mendorong pemuda ini dan meninjunya tepat di perut.
Pemuda itu tersungkur dan kesakitan. Rena segara kabur dari tempat itu. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Siapakah Yuda yang sebenarnya? Benarkah Rena tidak mengenal pemuda itu?

Comentário do Livro (253)

  • avatar
    MohamadImam

    sudah selesai

    23/04

      0
  • avatar
    Sscia Sscia

    sangattt bagusssss

    09/02

      0
  • avatar
    Writing Projectsriwidy

    keren banget

    08/02

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes