logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Johara 1 (Tristan dan Aku di Masa Lalu)

"Udah, ya, Jo, aku temenin sampe sini aja," pamit Natasha.
"Lho? Kamu gak nemenin sampe aku pulang?" Aku kaget.
"Nggaklah, aku kan mau nonton AKB48," jawab Natasha.
"Aku juga mau nontooon," rengekku kecewa. AKB48 adalah judul drama serial TV dari grup musik AKB48 yang berasal dari Jepang, bertema kelulusan dari sekolah yang saat itu sedang booming. Serta, ditayangkan tiap sore hari tepat setelah jam kami pulang sekolah.
"Daaah. Besok aku ceritain, deh." Natasha melambaikan tangan dan meninggalkanku di depan ruang jurnalis.
Tepat ketika itu, Tristan yang akan memasuki ruang jurnalis berpapasan denganku. Aku cuma mendengkus pelan saat melihatnya dan masuk duluan ke ruang jurnalis.
Kami duduk di meja yang kami duduki tadi siang. Ruang jurnalis sekarang sudah sepi. Hanya ada kami berdua di dalamnya. Huffftt. Aku benar-benar kesal sekarang.
Tristan mengambil kumpulan artikel dan mencermatinya satu persatu. "Ini buat kamu. Buat kamu." Ia meletakkan kertas-kertas artikel yang dipilihnya di depanku dan ketika─sepertinya ia merasa cocok dengan sebuah artikel, ia akan mengambil artikel bagiannya.
"Et, et, et! Enak aja ...? Kenapa malah jadi kamu yang milih?" Kuambil kumpulan kertas yang ia bawa dan mencampurnya dengan kertas di depanku kemudian kuacak-acak tanpa melihat isinya. Selanjutnya kertas itu kubagi satu persatu dengan terbalik bak membagi kartu remi. "Nah, gini baru adil," pungkasku.
Tristan tak berkomentar apa-apa dan mengambil alat gambar. Mulai mencermati artikel bagiannya untuk mencari ide gambar ilustrasi yang akan diambil. Aku juga mulai membaca artikel bagianku untuk membayangkan gambar ilustrasi yang sesuai. Kami pun bekerja tanpa berbicara lagi satu sama lain.
Tepat satu jam kemudian, aku berdiri dan meluruskan punggungku. "Ah ... akhirnya bisa pulang juga ...," gumamku.
"Kamu udah?" Tristan menoleh ke arahku dengan terlihat sedikit kaget.
"Udah," jawabku dengan ekspresi yang setengah ingin memanas-manasinya karena tadi ialah yang mengambil keputusan untuk mengerjakan tugas ini setelah pulang sekolah. Nah, rasain, tuh! Jadinya kamu bakal sendirian aja kan di sini?? Semoga aja di sini berhantu, biar ada yang nemenin kamu, hihi!
"Aku bawa pulang aja, deh." Tristan mengikutiku yang berdiri, ia mengemasi kertas-kertasnya.
"Hah?! Emang bisa dibawa pulang??" Aku kaget.
"Bisalah? Kenapa nggak?" tanyanya yang tak mau bertatap wajah denganku dengan nada enteng.
"Trus kenapa dari tadi kita ngerjain di sekolaah??" Aku berwajah kecewa dan kehilangan.
Tristan tak menjawabku dan cuma berlalu, meletakkan alat gambar ke tempatnya semula. 
Lagi-lagi aku hanya bisa kesal dan menggerutu. Harusnya tadi aku masih bisa nonton AKB48! Huuuh!
Sekolah sudah sangat sepi sekarang. Tristan sudah berjalan empat langkah di depanku menuju gerbang sekolah. Tepat di depan gerbang, ia berhenti berjalan dan mengeluarkan handphone-nya dari saku celana.
"Kamu pulang naik apa?" tanyaku.
"Aku dijemput," jawab Tristan dengan masih mengotak-atik ponselnya.
"Oh ...." Kukira ia akan menunggu angkot. "Ya udah, aku duluan." Aku pun berlalu melewatinya.
"Kamu pulang naik apa?" Ia mencegatku dengan pertanyaan, hal yang tak begitu kusangka-sangka akan keluar dari mulutnya kalau ia akan mengajukan pertanyaan soal aku.
"Jalan kaki," jawabku apa adanya.
"Hah?? Gak capek apa? Emang rumahmu di mana? Deket sini, ya?" tanyanya dengan intonasi cukup cepat. Tak kusangka ia ternyata juga seperti 'manusia biasa' yang bisa melemparkan banyak pertanyaan sekaligus.
"Iya, deket, kok. Cuma dua kiloan."
"Ha? Dua kilo cuma?" Tristan sedikit tertawa untuk menunjukkan bahwa ia tak habis pikir dengan anggapanku bahwa dua kilometer itu termasuk dekat. "Kenapa gak naik angkot aja?" tanyanya yang seperti memprotes.
"Kan deket? Udah, ah, aku udah keburu ngantuk. Daah." Aku pun berlalu pulang tanpa menoleh lagi ke arah Tristan.
°°•°°
"Nih." Siang itu Tristan menghampiri mejaku dan mengulungkan sesuatu. Aku sangat kaget karena yang diletakkan Tristan di mejaku adalah DVD drama AKB48 full episode.
Aku jadi bertanya-tanya, dari mana ia bisa mendapatkan DVD ini?  Lalu, kenapa ia memberikan DVD ini padaku? Dari sampulnya pun DVD itu kelihatan original, bukan bajakan atau abal-abal.
"Nanti pulang sekolah kita ngerjain di ruang jurnalistik lagi aja. Aku gak bisa ngerjain di rumah, gak ada inspirasi," terang Tristan yang menjelaskan alasannya secara tersirat. Bahwa ia sedang menyogokku untuk tetap menemaninya mengerjakan tugas membuat ilustrasi kami di sekolah. Hmm ... rupanya orang penyendiri juga tak suka jika harus sendiri.
"Oke." Aku yang senang sekali memandangi DVD yang ia berikan, langsung mengiyakan. "Kamu kok punya DVD kayak gini?" tanyaku penasaran.
"Itu punya sepupuku. Ketinggalan di rumah," jawab Tristan dengan cara berinteraksi yang masih terkesan jutek. Namun, aku tak peduli, karena ia sudah membayarnya dengan cara yang senilai dengan tawarannya.
"Wah? Apa sepupumu gak marah kalau kamu pinjemin ini ke aku?" tanyaku.
"Nggak, dia udah nonton sampe selesai," jawab Tristan seraya berlalu pergi untuk kembali ke bangkunya.
"Yee!" Aku senang.
°°•°°
"Hei," seru sebuah suara di belakangku bersama deru suara mesin motor. Aku menoleh ke belakangku. Itu adalah Tristan dan motornya. "Rumahmu di mana, sih? Deket kan?"
"Kenapa?" tanyaku tak mengerti.
"Aku anter, sekalian pulang. Cuma dua kilo kan? Kalau jauh sih ogah."
Aku tahu ia sedang sangat berbaik hati untuk menawariku menumpang di kendaraannya untuk pulang. Meski kutahu, caranya tidak ramah. Namun, aku cukup paham, mungkin memang seperti itu pembawaanya ketika ia menawari orang sesuatu. 
"Ooh, oke ...." Aku mengiyakan dan naik saja ke motornya. Lumayan, dapat tebengan. Lagi pula, hari itu bawaan tasku juga cukup berat. Biasanya aku memang selalu pulang dengan Natasha, menumpang pulang di motornya karena rumah kami searah.
"Sampe gang aja, ya. Jangan sampe depan rumah. Aku gak mau dikira pacarmu kalau ada keluargamu yang lihat," ucap Tristan tiba-tiba.
------

Comentário do Livro (73)

  • avatar
    S.Fahrudin

    Ceritanya tentang seni dan perjuangan dari titik terendah sampai berhasil meski jatuh bangun

    23/07/2022

      0
  • avatar
    SeutuhnyaManusia

    Tentang seni dan lukisan. bagus

    13/07/2022

      0
  • avatar
    Yourbeutyeyes

    Suka banget ini penuh lika liku perjuangan

    13/07/2022

      2
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes