logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Arigobims (Arigatou Our Big Dreams)

Arigobims (Arigatou Our Big Dreams)

Karima N.


Capítulo 1 Tristan 1 (Jarak di Antara Kita)

"Acara selanjutnya sambutan dari guru, kepada Bapak Wahyu, kami persilakan," ucap pembawa acara ketika aku memasuki gedung bangsal mantan sekolahku. Aku kedapatan duduk di set meja kursi paling belakang karena aku datang terlambat dalam acara reuni SMA-ku ini.
"Hai, Tris," sapa Agung, teman satu angkatanku saat SMA yang kebetulan duduk di sampingku. Aku tersenyum dan kami berjabat tangan.
"Udah mulai dari tadi, ya?" tanyaku.
"Lumayan. Sekitar sejam yang lalu. Apa kabar, nih?"
"Baik. Kamu, apa kabar?"
"Baik juga."
Hanya itu obrolan yang kulakukan dan kemudian aku pura-pura fokus mendengarkan sambutan dari Pak Wahyu, guru BK kami dulu. Sedangkan Agung, ia kembali mengobrol asyik dengan teman-temannya di sebelahnya. Aku termasuk anak yang anti sosial saat SMA. Itulah kenapa aku tak punya teman dekat yang bisa mengobrol selain hanya basa-basi saja denganku.
Meski begitu, entah kenapa aku tetap saja datang ke acara tahunan ini tanpa pernah absen satu kali pun. Ada satu motivasi yang membuatku ingin tetap datang, meski aku tak ingin memperjelasnya. Karena seperti tahun-tahun sebelumnya, kurasa orang itu tak akan mungkin datang lagi ke acara ini sejak empat tahun yang lalu. Yah, dia adalah satu-satunya teman dekatku saat SMA hingga kami kuliah. Bahkan mungkin hubungan kami sudah lebih dari sekadar teman dekat.
Kali ini MC memandu acara game kenangan, bertukar cerita kenangan saat masih bersekolah. Kuperhatikan satu persatu siapa saja yang datang. Setidaknya, dulu aku cukup kenal dengan banyak orang meski tidak sampai kenal dekat.
Perhatianku kemudian terhenti pada sosok yang sedang duduk tepat di set meja sebelah kiriku. Ia mengenakan kemeja kasual berwarna biru-putih dengan rok rempel motif bunga setinggi lutut. Rambutnya yang panjang menjuntai hingga ke punggung diikat rapi dengan ikat rambut tipis warna hitam.
Johara?? Ternyata tebakanku tadi salah. Tidak sia-sia aku berangkat ke acara reuni tahun ini karena ternyata ia juga datang. Aku memandanginya sampai tak berkedip. Bagiku empat tahun tak bertemu dan berhubungan dengannya adalah waktu yang sangat-sangat lama. Tak tahu bagaimana dengan dia.
Ah, dia pasti seneng banget bisa ketemu aku. Dia pasti bakal bereaksi heboh manggil-manggil namaku kalau udah lihat aku. Aku senang sekali dan menunggunya menyapa.
Namun, waktu terus berlalu dan ia tak kunjung menyapa. Acara demi acara telah terlewati. Gak mungkin kan dia gak ngeliat aku? Aku bahkan juga sempat membagikan kotak snack makanan dari panitia ke mejanya dan ia masih tak menyapaku. Aku gemas.
Apa aku harus negur duluan? Ah, mungkin dia memang belum ngeliat aku aja. Aku merasa gengsi untuk mendekatinya duluan karena dulu, ia yang memutus komunikasi kami secara sepihak alias melakukan ghosting padaku di pertengahan kuliah kami.
Aku pun duduk di luar, di dekat pintu keluar gedung bangsal. Karena sebentar lagi acara selesai, Johara pasti akan melewatiku dan menyapaku.
Lebih cepat dari dugaanku, tak berapa lama kemudian Johara keluar dari gedung bangsal. Padahal acara belum selesai, masih ada sekitar lima belas menitan lagi. Namun, lagi-lagi dugaanku meleset karena ia sama sekali tak menengok ke arahku dan berlalu begitu saja.
"Johara!" tegurku. Pertahanan diriku sudah runtuh.
Ia berbalik badan tapi tetap berdiri di posisinya. "Eh, hai, Tris." Ia bahkan tak menyalamiku atau menanyakan kabarku. "Aku duluan, ya? Aku lagi ditunggu soalnya," pungkasnya.
"Oh, oke." Aku kecewa, aku pun bahkan tak punya kalimat di otakku untuk bisa menahannya pergi. Hanya empat tahun berlalu setelah ia memutus komunikasi kami dan kenapa kami jadi secanggung ini?
"Tristan?" sapa seorang wanita. Dia adalah Natasha, sahabat karibnya Johara sejak mereka masih kecil. "Apa kabar?" Ia mendekatiku, duduk di sampingku dan menyalamiku.
"Baik." Aku menjabat tangannya.
"Johara harus jemput anaknya di PAUD. Aku juga heran, anak SMA aja pada libur hari Sabtu, kenapa anak PAUD nggak libur, ya ...." Ia sepertinya memahami kekecewaanku terhadap sikap Johara.
"Johara punya anak??" Aku kaget.
Natasha mengangguk. "Johara sekarang jadi single mother. Kamu pasti tahu kan kalau dia udah nikah?"
"Iya, sih ...," Aku memalingkan wajah, berusaha menutupi kekecewaanku. "tapi ... menurutku dia masih terlalu muda buat punya anak." Yah, tahun ini kami baru genap berusia 24 tahun.
Natasha menarik dan menghembuskan napas panjang. "Johara memang mengalami banyak hal berat di hidupnya. Gak cukup cuma berhenti kuliah dan menikah karena terpaksa, dia juga diperlakukan buruk sama keluarga suaminya ... dan sekarang ... dia malah udah gak dianggep keluarga lagi sama mereka." Natasha lalu menoleh ke arahku. "Suaminya baru aja meninggal. Sekitar dua bulanan yang lalu," lanjutnya.
Aku tercekat mendengar cerita Natasha. Tak bisa berkomentar apa-apa.
"Duh, maaf, ya, kenapa aku malah jadi cerita begini ke kamu." Natasha menunjukkan wajah penyesalan.
"Gak papa, kok. Aku turut berduka soal suaminya Johara." Aku berbasa-basi.
Natasha mengangguk-angguk. "Menurutku kamu memang perlu tahu soal ini. Jadi ... tolong jangan benci sama dia, ya? Karena apa yang dia alami di hidupnya juga bukan sesuatu yang dia inginkan." Ia tampak tak enak hati, tapi juga sekaligus tampak merasa tetap harus mengatakannya.
------
-Cast-
Kentaro Sakaguchi sebagai Tristan Bhaskara
Ranty Maria sebagai Johara Rosalind
.
.
.
.
Vote atau komen utk tunjukkan keberadaanmu ya kalau kamu suka dengan cerita ini. Supaya author lebih semangat lagi.
😊
Oya, kritik saran juga boleh bgt lho ... makasi ya ....

Comentário do Livro (73)

  • avatar
    S.Fahrudin

    Ceritanya tentang seni dan perjuangan dari titik terendah sampai berhasil meski jatuh bangun

    23/07/2022

      0
  • avatar
    SeutuhnyaManusia

    Tentang seni dan lukisan. bagus

    13/07/2022

      0
  • avatar
    Yourbeutyeyes

    Suka banget ini penuh lika liku perjuangan

    13/07/2022

      2
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes