logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

06 - Anthony, August 21

Anthony, August 21
Aku sedang berada di ruangan berdesain modern yang menjadi kantor Mr. Henry. Pelajaran sudah usai, tetapi aku dipanggil untuk menghadap kepala sekolah. Selalu saja seperti ini setiap kali usai menyelesaikan urusanku dengan siswa lain. Tidak ada dampaknya untukku, tetapi harus tetap aku lakukan. Kata Ibuku agar Clementine tetap kredibel, aku harus tetap bertanggung jawab atas perbuatanku di sini. Aku bisa saja tak peduli, tetapi aku masih memikirkan reputasi salah satu aset keluargaku ini.
Kali ini aku tidak sendirian. Alice si siswa baru juga berada di sana. Aku mengamati gadis itu dari sudut mataku. Rambut blonde panjangnya tampak lembut dan berkilau. Wajahnya oval panjang dan kulitnya seperti porselen. Mata birunya menyapu setiap sudut ruangan Mr. Henry, seakan begitu penasaran dengan setiap barang yang ada di sana. Dia menggigit bibirnya yang dipoles dengan lipstick warna netral, bukan karena takut tapi lebih tampak seperti sangat antusias dengan apa yang dihadapinya. Rok pendek dan heels membuat kakinya terlihat begitu panjang. Blazer yang sebelumnya dia kenakan, dia lipat dan pegang di tangan kirinya.
"Jadi, kau baru sepekan berada di sini. Bukan begitu, Alice?" kata Mr. Henry. Dia menatap lurus pada Alice, berusaha menutupi rasa kesalnya karena harus menghadapi kami.
"Sepertinya begitu, Mr. Henry," jawab Alice tenang. Dia tersenyum dan beradu mata dengan Mr. Henry. Sama sekali tak tampak merasa bersalah.
"Dan aku sudah mendapat laporan dari siswa lain tentangmu," ujar Mr. Henry masih dengan menatap Alice. Tangannya mengetuk-ketuk pelan sandaran tangan di samping kanan.
"Bukan niatku untuk membuat mereka melaporkanku padamu," kata Alice sambil mengedikkan bahunya. Gadis ini sama sekali tak tampak canggung, apalagi takut.
Mr. Henry menghela napas dalam-dalam. "Jadi aku telah mengivestigasi laporan tentangmu, dan kau terbukti bersalah karena kau telah menyiram Britney Greaves dengan cokelat panas."
"Sebelumnya dia menyiramku dengan jus tomat," balas Alice tegas, masih tak merasa bersalah.
"Kau seharusnya melapor!"
Alice tertawa sinis. "Aku pikir kami bisa menyelesaikan permasalahan kami sendiri, Mr. Henry."
"Sekolah ini selalu terbuka terhadap segala laporan terkait bullying, Alice. Jangan membalas bullying dengan bentuk bullying lainnya!" kata Mr. Henry. Sorot matanya begitu tegas dan aku sangat memahami bahwa Mr. Henry merupakan orang yang sangat berwibawa.
"Maaf, aku terbiasa menyelesaikan persoalanku sendiri," balas Alice tanpa keraguan. Gadis ini sepertinya berbeda.
"Tidak ada alasan lagi, detensi pertamamu di Clementine. Bersihkan koridor sayap utara lantai dua gedung ini," kata Mr. Henry. Alice tampak tak terima dengan detensi yang diberikan untuknya, tapi dia hanya ternganga di tempat duduknya.
"Kalau begitu biarkan aku melaporkan perbuatan Britney Greaves sekarang. Dia telah menyiramku dengan jus tomat kemarin." Gadis itu berkata tegas dan menantang pandangan Mr. Henry.
"Kau telah memberinya hukuman, bukan?" Kepala sekolah itu menjawab dengan santai. Sepertinya dia hanya tidak mau repot, dan kulihat Alice tak ingin bicara lagi.
Lalu Mr. Henry beralih padaku. Matanya menyapuku dari atas hingga bawah seakan sudah memahami betul apa yang telah terjadi dan aku lakukan. "Aku tak punya kata-kata lagi untukmu. Ada apa kali ini?"
"Aku sudah sering bilang, jangan dekati mobilku," jawabku malas. Aku yakin Mr. Henry sebenarnya tak ingin mendengar apa alasanku karena bagaimanapun juga memang menurutnya aku bersalah. Mungkin memang aku bersalah.
"Ah, jadi begitu," kata Mr. Henry. "Alice di sayap utara, kau di sayap selatan. Pergilah sekarang!"
Aku paham maksudnya. Aku dan Alice dihukum untuk membersihkan koridor yang sama. Aku di sayap selatan dan Alice di sayap utara. Aku keluar dari ruangan Mr. Henry. Ini sudah biasa terjadi. Aku diminta membersihkan bagian gedung ini karena aku telah memukul seorang siswa. Aku tidak suka anak itu bersandar di mobilku, jadi aku memukulnya. Aku benar-benar tak suka jika melihat ada siswa yang bermain-main dengan mobilku. Rasanya aku sudah cukup memberi peringatan, namun mengapa para siswa itu tak paham juga?
Aku membuka lokerku dan meletakkan tas dan jasku. Aku sangat terkejut ketika aku berpaling dan ada Alice di belakangku. Dia bersandar di dinding seberang deretan lokerku sambil melipat kedua tangannya. "Apa yang kau inginkan?" Ini adalah kontak pertamaku dengan gadis yang mendadak populer di sekolah itu.
"Sejujurnya, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Kau seniorku dan aku tak tahu harus aku mulai dari mana mengerjakan hukuman ini. Jadi kupikir dengan mengikutimu aku bisa mendapat petunjuk."
Gadis ini sama sekali tak terbata dan berbicara dengan sangat teratur. Matanya beradu dengan mataku dan sama sekali tak menampakkan rasa canggung. Aku menghela napas, mencoba bersabar. Tak mengatakan apa pun, aku meninggalkan gadis itu. Tapi tentu saja dia mengikutiku. Aku memasuki gudang janitor, di sana ada banyak peralatan kebersihan. Aku mengambil yang aku butuhkan, dan tentu saja gadis itu mengikutiku tiap perbuatanku.
"Apakah memang seperti ini? Kita masuk gudang ini dan mengambil apa yang kita butuhkan? Maksudku, tidak perlu ijin dari petugas janitor?" tanya Alice. Aku malas menanggapinya. Jika mengerjakan sebuah hukuman akan sebegitu merepotkan, aku yakin aku akan memilih kabur.
Aku meninggalkan Alice, namun kudengar dia berkata, "Aku tak peduli siapa dirimu. Tapi ingat perkataanku, mulai saat ini kau tak akan bisa mengabaikanku!"
Aku ingin tertawa mendengarnya. Untuk apa aku peduli padanya?
***

Comentário do Livro (26)

  • avatar
    DiasParta

    bagus

    02/08

      0
  • avatar
    PutraReblors

    lumayan bagus

    16/07

      0
  • avatar
    RamadhanRiski

    bagus

    07/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes