logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Untuk Kopral Joe.

Seorang gadis terlihat mengintip keluar dari balik jendela, lalu segera menutup tirai jendela rumah, "Ibu, aku merasa ada yang aneh,"
Ibunya mendekati jendela dan melihat ke luar rumahnya, "Apa yang aneh?" tanyanya.
"Dari tadi sore, aku tidak melihat ada mobil yang lewat di jalan ini. Tiba-tiba jalanan menjadi sangat sepi," Si gadis menunjukan pada Ibunya sesuatu. "Lihatlah itu, Ibu."
"Bukankah, memang jalanan ini sepi?" balas Ibunya. "Besok di pagi buta, kita pergi dari rumah ini. Sekarang, istirahatlah!" Lanjut Ibunya.
Gadis itu terdiam sejenak, Lalu mendekati sebuah noda darah di jendela, "Apa Allan bisa selamat, Bu?" Gadis itu ternyata diam-diam mengkhawatirkan seseorang.
"Kamu masih memikirkan pria itu, Rose?" Ibunya menggelengkan kepala.
"Allan sebenarnya tidak tahu menahu soal kasus kita," ungkap Rose pada Ibunya.
Ibunya menatap Rose dengan tajam, "Sudahlah! tidak perlu membahas dia lagi. Walaupun dia bukan mata-mata polisi, aku tidak peduli!" lanjutnya, "Aku akan mencarinya, nanti!"
Ibunya mulai berpikir sesuatu, "Apa kamu menyukai pria itu, Rose?" tanyanya.
Rose lalu terdiam, dan tidak menjawab pertanyaan Ibunya itu.
...
Beberapa saat kemudian,
Duaggh ... cekiiiitttt ...
Suara tabrakan dan decitan rem yang diinjak sangat kuat, tiba-tiba membuat Rose dan Ibunya terkejut!
Sebuah Mobil Van secara mendadak langsung merangsek masuk ke dalam halaman rumah itu, dan membabat seluruh rumput yang ada di jalan setapak menuju pintu rumah. Semua pot bunga dan barang-barang usang di depan pintu rumah 111rd itu, hancur lebur dihajar mobil Van yang terus merangsek maju tanpa ampun.
Duakkh!!!
Mobil Van itu berhenti karena menabrak tangga kayu di depan pintu rumah 111rd itu.
"Apa itu, Ibu!!" teriak Rose pada Ibunya.
"Lari Rose, jangan dekati pintu!" Ibunya kemudian lari tunggang langgang mencari tempat persembunyian.
...
Trak!!
Tiba-tiba rumah itu gelap gulita!
Rose dan Ibunya langsung panik. Namun, Rose tidak bisa kemana-mana karena keadaan yang sangat gelap gulita.
"Ibu! Ada apa ini? Aku tidak bisa melihat apapun!" jerit Rose pada Ibunya yang entah berada di mana.
"Rose! Kamu di mana? Rose!" Ibunya yang panik berteriak, dan mencari-cari anaknya.
Tiba-tiba ...
Duar!!! Bllaamm!!!
Suara menggelegar dari Pintu rumah yang dihajar dua buah peluru shootgun berkaliber 28, langsung memekakkan telinga mereka. Pintu usang itu langsung hancur lebur dibuatnya.
"Aaaaakh ...." Jeritan Rose membuat suasana jadi sangat mencekam.
Kletaak ....
Terdengar suara benda yang dilempar pelan ke dalam rumah, dan langsung disusul suara desisan gas yang keluar dari dalam benda itu.
Itu adalah granat asap!!
"Ohok-ohok! Ibu!!!" Rose batuk-batuk karena menghisap asap yang keluar dari benda yang dilempar ke dalam rumah itu.
Sesaat kemudian, beberapa cahaya senter menari-nari di kegelapan rumah itu.
Melihat adanya cahaya, Rose mencoba mendekati asal cahaya itu datang.
"Tolong aku!" Ucap Rose, meminta tolong kepada orang yang terlihat mencoba masuk ke dalam rumahnya.
Namun,
Dor ... dor ... dor ....
Suara bising senjata api laras panjang, membuat kuping Rose langsung tuli sesaat.
"Akkkkhhhhh!!!" Rose menjerit kembali.
"Clear! Go ... go ... go ...."
Suara langkah kaki terdengar berlarian, dan langsung menyerbu masuk ke dalam rumah itu.
"Polisi! Jangan bergerak! Jika melawan, kalian akan kami tembak!" Rose mendengar suara bentakan dari seseorang.
Cahaya senter yang diletakkan pada sebuah laras, dan langsung menyorot matanya itu sangat menyilaukan. Rose tidak bisa membuka mata sama sekali. Rose hanya bisa terduduk ketakutan di sudut ruangan.
"Aku melihat seseorang bergerak di ruangan lain, Pak!" ucap seorang polisi.
Polisi yang menodong Rose dengan senjata itu lalu memberi perintah, "Periksa setiap ruangan, cari sandera! Ingat! Jika satu orang lagi melawan dan membahayakan nyawa sandera, eksekusi di tempat!"
"Diterima!" Polisi itu mengokang senjatanya dan menembaki atap ruangan di rumah itu dengan senjata laras panjangnya.
Dor ... dor ... dor .... Seketika atap rumah itu langsung hancur dan membuat debu bertebangan. Suasana saat itu sangat kacau.
"Jangan tembak Ibuku!" Rose memohon sambil menangis.
"Diam!" Polisi itu menodongkan senjatanya lebih dekat pada kepala Rose. "Dimana kamu menyekap gadis itu? Katakan!" Bentak polisi itu.
Rose hanya menangis ketakutan, tidak ada sepatah kata apapun yang bisa dia ucapkan.
Tidak berselang lama, rekan polisi itu kembali dari penyisirannya dan mendapatkan Ibunya Rose. Ibunya berjalan dengan tangan diborgol dan dibawah todongan senjata polisi itu.
"Bangun!" Polisi yang sedari tadi menodong Rose, menyuruh Rose untuk bangun. Rose menurut dan bangun dengan perlahan.
"Bagaimana? Apa sandera ditemukan?" Polisi itu bertanya pada rekannya.
"Tidak, Pak!" Jawab rekannya itu.
"Bawa mereka!" Perintahnya pada rekan-rekan polisi yang menunggu di pintu keluar.
Sisa tim Charlie yang menunggu di pintu langsung sigap memborgol Rose dan menggiring mereka keluar dari rumah itu, lalu mereka berdua dimasukkan ke mobil Van berpelat sipil tadi.
...
Polisi terakhir keluar dari rumah itu. Dengan cekatan segera membuka masker gas yang dia kenakan saat penyerbuan tadi.
"Tim Alpha, Tim Beta, Tim SWAT! Aku kopral Joe yang memimpin operasi ini. Aku nyatakan, operasi ini selesai." Joe segera masuk ke mobil Van bersama seluruh tim Charlie dan langsung bergerak pergi dari rumah itu.
"Diterima, Pak!" Balas semua tim, di ujung sambungan Walkie Talkie.
Joe kemudian menghubungi Markasnya. "Kepolisian Kota Oklahoma, Ini Kopral Joe. Operasi dengan kode Satu Tiga Empat (Pembebasan Sandera) selesai. Request kode Satu Empat Lima, Saya ulangi, kode Satu Empat Lima, (Mobil Tahanan.)"
" Ini Kepolisian Kota Oklahoma. Kopral Joe, request diterima!" Balas mereka.
Mobil Van itu berhenti ditempat tim Alpha berkumpul, tepatnya di ujung jalan SW89th St.
Kilatan cahaya flash dari para wartawan saling bertautan.
"Tim Beta, bersihkan sisa penyerbuan dan jemput sisa tim Charlie. Dia berada sekitar setengah mil dari rumah itu." Perintah Joe.
"Yes. Sir!" jawab tim Beta.
"Nyalakan kembali listriknya," Perintah Joe lagi.
beberapa saat kemudian sebuah mobil tahanan datang ke tempat Joe, dan langsung memindahkan Rose bersama Ibunya untuk segera dibawa ke Markas Kepolisian Kota Oklahoma.
Joe, menunggu tim Beta yang sedang "bersih-bersih" TKP.
Tim Beta segera mengumpulkan semua selongsong peluru, mengambil semua barang-barang Rose dan Ibunya tanpa terkecuali, dan langsung memasang garis polisi. Semua lampu dan sistem penerangan di rumah itu dicabut.
...
Waktu menunjukan jam 11.30 pm. Tim beta bersama sisa tim Charlie, akhirnya sampai di tempat joe dan tim Alpha menunggu.
"Terima kasih teman-teman! Operasi kita berhasil menangkap tersangka. Selanjutnya, aku akan mengintrogasi para tersangka tadi." lanjutnya, "Kita kembali ke Markas!"
"Yes, Sir!" Para polisi itu menjawab kompak.
Garis polisi yang membentang di ujung jalan masuk dan jalan keluar SW89th St akhirnya dilepas.
Mobil patroli dari Divisi Jalan Raya mulai berdatangan untuk menghalau beberapa mobil warga yang berhenti karena penasaran.
Semua tim yang terlibat operasi tadi langsung membubarkan diri. Termasuk Tim penembak jitu SWAT yang tadi membantu mereka.
...
Keesokan paginya, semua pemberitaan di media cetak maupun elektronik, sudah mulai ramai membahas tentang penyerbuan sebuah rumah. Namun, yang diberitakan adalah tertangkapnya tersangka kasus pembunuhan yang pernah menggegerkan Kota Oklahoma. Bukan kasus penculikan.
Tapi, semua orang mengapresiasi kinerja dari Kepolisian Kota Oklahoma yang dinilai sangat baik.
Sebenarnya, kasus ini terungkap berkat laporan seorang warga yang mengaku bernama Allan. Namun, pihak kepolisian merahasiakannya.
Sementara itu, Joe bersama para tersangka terlihat di ruang introgasi.
"Kalian tidak mengenal gadis bernama Sherlie? Omong kosong!" Joe membanting tumpukan kertas di depan Rose dan Ibunya.
"Aku sama sekali tidak mengenal gadis itu," Ibunya Rose tampak cemas karena diintimidasi oleh Joe.
"Namamu Dahlia, kan? Kamu yang membantu Mike membunuh korban," Joe menatap mata Dahlia dengan tajam.
"Ya, aku yang memberi Mike ramuan racun itu," Ungkap Dahlia.
Joe membalikkan badannya, dan bertanya pada dirinya sendiri, "Apa laporan dari telepon darurat itu, palsu?"
Joe segera keluar ruangan dan meminta seorang Staff polisi untuk melacak nomor yang digunakan saat melaporkan dugaan penculikan atas nama Sherlie.
Beberapa saat kemudian, Staff itu memberikan sebuah kertas pada Joe, " Ini hasilnya, Pak!" Joe dengan teliti membaca laporan itu dan menyadari sesuatu.
"Nomor ponsel ini bukan dari Kota Oklahoma, dan bukan bernama Allan! Kenapa dia memakai nama Allan?"
Joe mulai penasaran. Dia membaca identitas pemilik nomor ponsel itu.
"Ryan?" Joe membaca kembali, "Bartlesville",
"Wesleyan University".
Joe menyimpan kertas laporan itu, sambil berpikir, "Apa hubungan pria ini dengan gadis bernama Sherlie itu?"
...

Comentário do Livro (29)

  • avatar
    salvatoresherry

    cerita yg sgt menarik so far

    30/06

      0
  • avatar
    Asis Rahim

    cerita ini sangat best

    29/06

      0
  • avatar
    opetrandy

    makasih

    23/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes