logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

5

***
Selagi Taera tertidur, Jiyong mengitari setiap sudut rumah Taera. Ia berjalan dari ruangan ke ruangan yang lainnya. Memeriksa keadaan. Langkahnya terhenti di depan sebuah foto Taera yang sedang tersenyum bahagia bersama dengan keluarga angkatnya.
Dalam foto itu, Taera mengembangkan senyumnya hingga matanya hampir tidak terlihat. Taera muda yang sedang memegang piala itu terlihat begitu bahagia. Begitu pun dengan kedua orang tua yang berdiri di sampingnya.
Setelah itu, ia kembali berjalan di rumah besar dan mewah itu. Hingga di suatu sudut rumahnya, ia mencium bau yang sangat familiar baginya. Bau seekor serigala.
Dahi Jiyong mengerut.
“Serigala?” batinnya.
Aneh, ini kali pertama ia masuk ke rumah besar ini. Namun, kenapa tiba-tiba ada bau serigala muncul di rumah ini?
Apa ‘kah ada serigala lain yang masuk ke sini selain dirinya? Tapi, jika itu serigala selain dirinya, seharusnya Taera sudah tidak baik-baik saja. Tapi, Taera nampak seperti baik-baik saja. Kecuali dengan rasa laparnya.
Lalu, siapa orang lain yang masuk ke rumah ini selain ia?
Jiyong mengikuti bau serigala itu yang membawanya menuju hutan yang tidak jauh dari rumah Taera. Saat ia sampai di hutan, ia kehilangan jejak serigala itu. Ia mencoba mengitari sekitar hutan, tapi ia tidak menemukan petunjuk apa-apa.
Saat ia tengah mencari sosok serigala misterius itu, ia justru menemukan seekor rusa. Dengan cepat, ia langsung berinisiatif untuk mengambil darah dari rusa tersebut. Ia mencoba untuk mengumpulkan darah sebanyak mungkin untuk Taera.
Melihat matahari yang sudah semakin tinggi, ia pun memutuskan untuk kembali ke rumah Taera. Sesampainya di rumah perempuan itu, ia sedang melihat Taera terburu-buru menuruni anak tangga. Perempuan itu mematung saat melihat kehadirannya. Terlihat helaan napas yang sangat panjang darinya.
“Ada apa, Taera?” tanya Jiyong yang langsung menghampiri Taera dengan beberapa kantung darah di tangannya.
“Ku pikir kau kembali menghilang,” kata Taera.
Jiyong tertawa kecil dan melangkahkan kakinya menuju dapur rumah Taera. Taera mengikuti langkah Jiyong.
“Itu apa?” tanya Taera.
“Darah.”
Taera memundurkan langkahnya sedikit. Ia merasa ngeri melihat beberapa kantung darah yang Jiyong bawa untuknya.
“Untukku?”
Jiyong tertawa kecil sambil memasukkan kantung darah itu ke dalam kulkas Taera,”Iya, untukmu.”
“Kau harus terbiasa meminum darah hewan, untuk menahan rasa hausmu,” lanjut Jiyong.
“Dari mana kau mendapatkan darah-darah itu?”
Jiyong menoleh ke arah Taera,”Hutan.”
“Tapi, aku tidak bisa berburu. Jika kau tidak di sini, bagaimana aku bisa mendapatkan itu semua tanpamu?”
“Aku akan mengajarimu,” kata Jiyong sambil mencuci tangannya. “Kau lebih baik bersiap. Kita akan ke hutan.”
-
Setelah mengiyakan ucapan Jiyong, Taera langsung bersiap mengganti bajunya dan memakai sepatu yang pas untuknya pergi berburu ke hutan. Jujur saja, ini pertama kalinya, dan ia sangat tidak siap. Namun, ia harus mempersiapkan dirinya jika suatu saat Jiyong pergi lagi darinya seperti kemarin. Setidaknya, ia harus bisa bertahan untuk dirinya sendiri sebelum ia membahayakan orang lain.
Jiyong membekali Taera dengan beberapa peralatan untuk berburu. Seperti panah, dan pisau kecil untuk Taera. Taera terkejut dengan beberapa peralatan yang sudah disiapkan oleh Jiyong.
“Jiyong,” panggil Taera di sela-sela perburuan mereka. “Apa terjadi sesuatu yang buruk padamu kemarin? Kenapa kau menghilang?”
Jiyong tersenyum tipis,”Tidak ada. Hanya ada urusan mendadak di rumah yang tidak bisa ku tinggalkan. Maaf, ya.”
Taera langsung menggeleng,”Kenapa kau harus minta maaf. Ini bukan salahmu.”
“Tapi, aku sudah berjanji untuk bersamamu.”
Taera mencuri pandang ke arah lengan Jiyong yang tertutup baju panjangnya. Ia menyentuh lengan Jiyong dan membuka lengan baju yang menutupinya itu. Ia bisa dengan jelas melihat bekas luka gigitannya yang masih ada.
“Lukamu.”
Dengan cepat, Jiyong melepaskan tangan Taera darinya.
“Tidak apa-apa. Ini sudah diobati,” kata Jiyong dengan berbohong.
“Oh iya,” melihat matahari yang ada di atasnya saat ini, Taera pun tersadar akan sesuatu. “Bagaimana bisa aku tidak terbakar? Bukannya vampire tidak bisa terkena cahaya matahari?”
Jiyong yang sibuk menyibak ilalang tinggi yang menghalangi jalan mereka pun menjawab pertanyaan Taera dengan tenang,”Kau hanya setengah vampire, Taera.”
“Kalau vampire sepenuhnya?”
Jiyong menghentikan langkahnya,”Hanya vampire yang mengonsumsi darah serigala yang mampu bertahan di bawah sinar matahari. Karena, darah serigala banyak menguntungkan kaum vampire. Itulah mengapa kami tidak pernah bisa hidup berdampingan. Akan ada salah satu dari kami yang mengambil keuntungan dari satu dan yang lainnya.”
“Tapi, bagaimana jika serigala yang meminum darah vampire?”
“Darah vampire bisa menyembuhkan luka seekor serigala yang terluka. Selain alasan keamanan, itu jugalah alasan kami berburu vampire,” kata Jiyong yang menoleh ke arah Taera.
Taera mengangguk.
“Oh ya, selama dua hari ini, kau benar-benar mengurung dirimu di kamar?” kata Jiyong yang melanjutkan kembali perjalanan mereka.
“Iya, aku mengikuti ucapanmu di kertas yang kau tinggalkan,” kata Taera jujur.
Mendengar ucapan Taera barusan, Jiyong menoleh dengan bangga. ”Good girl,” katanya sambi mengusap pucuk kepala Taera.
Yang membuat Taera senyum-senyum sendiri dibuatnya.
“Ssssh!” Jiyong menghentikan langkahnya. “Ada rusa.”
Jiyong dan Taera menundukkan tubuh mereka dan bersembunyi dibalik ilalang tinggi. Jiyong membantu Taera untuk memanah rusa yang ada di depan mereka saat ini. Jiyong berdiri di belakang Taera sambil memegang kedua tangan Taera. Saking dekatnya, Taera bisa merasakan hembusan napas Jiyong yang berada tepat di samping wajahnya. Dari sudut matanya, ia bisa melihat wajah Jiyong dari jarak sedekat ini.
“Fokus, Taera,” kata Jiyong.
Taera mengangguk dan mulai membidik rusa itu. Saat Taera melepaskan anak panahnya, anak panah itu langsung tepat mengenai perut sang rusa. Taera yang merasa bangga dengan uji coba pertamanya itu langsung bersorak dan memeluk Jiyong tanpa sadar.
“Aku berhasil,” kata Taera senang.
“Iya, kau berhasil. Kau hebat, Taera,” kata Jiyong yang membalas pelukan Taera.
Tidak ingin merusak suasana, Jiyong membiarkan Taera terus memeluknya karena keberhasilannya. Sampai akhirnya ia langsung mendekap mulut Taera dengan tangannya saat mendengar ada langkah kaki yang mendekati mereka.
Taera langsung terkejut.
“Sssh! Ada yang datang,” ucap Jiyong pada Taera. “Berdiri di belakangku, Taera.”
Taera menurut dan mengikuti ucapan Jiyong. Ia berdiri tepat di belakang laki-laki bertubuh tinggi itu.
Benar saja, ada langkah kaki yang tak diundang yang datang pada mereka. Tiga ekor serigala itu datang karena mencium aroma Taera yang masih sangat kuat.
“Wah, lihat siapa yang sedang menikmati makanan lezat ini,” kata salah satu dari mereka.
“Dia bukan makanan. Jika itu yang membuatmu datang kemari, lebih baik tinggalkan dia,” kata Jiyong tegas.
“Berbagilah dengan kami, Jiyong.”
“Pergi, selagi aku masih meminta kalian dengan baik-baik.”
“Aromanya begitu lezat jika dicium dari dekat,” kata salah satu dari mereka yang nekat mendekati Taera.
Taera langsung menarik baju Jiyong, ketakutan. Perempuan itu bahkan hanya menundukkan wajahnya, tidak berani menatap segerombolan serigala yang ada di hadapannya saat ini.
“Don’t you dare to touch her,” Jiyong berubah menjadi serigala buas yang langsung menyergap serigala lainnya yang sedang berada di dekat Taera. “She’s mine.”
Suara raungan Jiyong yang begitu keras membuat Taera ketakutan. Taera membungkuk sambil menutup kedua telinganya dan tubuh yang gemetar.
Jiyong yang melihat Taera sedang ketakutan pun semakin marah.
“Jangan bikin dia ketakutan atau aku akan menghajar kalian satu per satu,” kata Jiyong dengan memelankan sedikit suaranya.
Melihat Jiyong yang semakin marah, akhirnya ketiga serigala itu pun pergi meninggalkannya. Jiyong langsung kembali berubah menjadi manusia dan berjalan ke arah Taera. Ia menepuk pelan bahu perempuan yang masih ketakutan itu.
Taera menoleh ke arah Jiyong dengan mata yang sudah berubah berwarna merah.
“Taera, sadar. Ini aku Jiyong. Aku tidak akan menyakitimu. Calm down, Taera. Kontrol dirimu,” kata Jiyong sambil menenangkan Taera.
Perlahan, Jiyong memegang tangan Taera untuk menenangkan perempuan itu. Ia menarik tubuh kecil Taera ke dalam pelukannya dan membiarkannya untuk tenang dengan sendirinya.
“Aku takut,” kata Taera dengan suara lirih.
“Aku tahu. Tapi, kau bersamaku saat ini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Taera.”
“Tapi, serigala-serigala itu, Jiyong. Aku takut akan ada banyak serigala yang mengincarku nantinya.”
“Kau akan aman bersamaku. Dan, akan ku pastikan itu. Tidak akan ada yang berani menyentuhmu selagi kau bersamaku.”
Jiyong mendekap erat Taera. Ia mengusap kepala perempuan itu dengan lembut. Dapat ia cium dengan jelas aroma tubuh Taera yang menggoda bagi para serigala. Sambil menenangkannya, ia juga sambil memikirkan cara terbaik untuk menjaganya.
Iya, Jiyong ingin menjaganya. Menjaga perempuan lemah ini untuk terus berada di sisinya. Meski ia tahu, jika ia terus melakukan ini, nyawanya akan menjadi taruhannya.

Comentário do Livro (45)

  • avatar
    Sadboykasman

    Keren Cerita nya

    21/07

      0
  • avatar
    iyeIrsan

    bagus

    19/07

      0
  • avatar
    Rasya Anugrah

    gembel

    16/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes