logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

BAB 3

Setelah gagal mencoba ramen di kedai ramen yang baru saja buka beberapa hari yang lalu, Deva dan James akhirnya memutuskan untuk makan di pantry dengan bekal makanan dari Oma yang di titipkan pada Yuen.
Lagi pula, bekal makanan yang di siapkan oleh Oma tidak begitu buruk. James begitu terlihat sangat lahap sekali memakannya di bandingkan Deva. Atau mungkin James memang sudah sangat lapar sehingga dia jadi terlihat sangat rakus sekali. Bahkan karena saking terburu-burunya, James pun sampai tersedak beberapa kali.
UHUUKKK!!! UHUUKKK!!!
Deva hanya menatap heran temannya yang sedang meminum segelas air yang lalu melanjutkan aktifitasnya kembali untuk menyantap semua makanan-makanan di hadapannya dengan sangat khidmat.
"Jadi, siapa gadis itu sebenarnya?" tanya James tiba-tiba dengan mulut yang penuh dengan makanan membuat Deva sedikit geli melihatnya.
"Bukankah sudah sangat jelas bahwa namanya itu adalah Yuen!" jelas Deva membuat James menghentikan aktifitasnya sejenak dengan mata yang terlihat mendelik ke arah Deva.
"Aku tahu! Maksudku ada hubungan apa kau dengan gadis itu?!" desak James penasaran.
Deva pun merasa heran dengan sikap James yang terkesan sangat ingin tahu masalah pribadinya. Deva hanya mendengus pelan, dan dengan santai dia kembali menyuap makanannya.
James masih menunggu jawaban Deva sambil mengunyah semua makanan yang ada di dalam mulutnya sambil menatap Deva.
"Apa??!! Bukankah sudah ku bilang juga bahwa kami tidak ada apa-apa?!" jawab Deva mencoba mengingatkan James.
"Lalu, jika memang dia bukan siapa-siapa, bagaimana mungkin dia mau mengantarkan bekal makan siang titipan dari Oma-mu?" tanya James kembali menanyakan pertanyaan yang sama saat di taman.
Deva menaruh sendok makannya dan perlahan dia meneguk air yang ada di hadapannya. James masih menatap heran ke arah Deva, karena dia masih menunggu jawaban dari rekan satu timnya itu.
"Dia tinggal di rumahku." Jawab Deva singkat padat dan jelas.
"Apa??! Dia tinggal di rumahmu?!"
Deva hanya membalas pertanyaan James dengan anggukan polos.
Sementara itu, James terlihat sangat terkejut mendengar jawaban Deva. Dan bagaimana mungkin dia baru mengetahui bahwa ada seorang gadis cantik yang tinggal di rumah Deva. Dan Deva tidak pernah menceritakan tentang hal itu padanya.
"Kenapa? Mengapa wajahmu berubah menyebalkan seperti itu?" tanya Deva sedikit kesal melihat wajah James yang sedang terkejut.
Memang cukup menyebalkan bagi Deva, namun itu cukup membuat seorang James menjadi tambah penasaran.
"Sebenarnya kalian itu ada hubungan kan? Ayok mengaku saja! Kenapa kau merahasiakannya dari temanmu ini?!" desak James.
"..."
Deva tidak menjawab apa kata James, dia bahkan bingung dengan maksud dari arah pembicaraan James sebenarnya.
"Ya Tuhan Dev, bisa-bisanya kau menyembunyikan seorang gadis di rumahmu dan kau menebarkan banyak cinta pada banyak gadis di kantor?! Ck!" lanjut James menggoda Deva.
Mendengar apa kata James tentu saja Deva mulai merasa kesal. Apalagi dengan apa yang dia dengar di kalimat terakhir yang James katakan.
"Apa maksud pembicaraanmu sebenarnya?! Tentu saja bukan seperti itu. Enak saja kau!" bentak Deva tidak terima.
"Memang benar bukan? Emily? Zara? Kina? Bahkan anak Pak kepala Ed yang bernama Mina dan temannya yang bernama Maya pun berhasil kau dekati?!" kata James kembali menyantap bekal makan siang milik Deva.
"Bicara apa kau ini sebenarnya?!"
James pun malah terkekeh membiarkan Deva yang mulai kesal dan memfokuskan dirinya kembali dengan makanan yang ada di hadapannya.
Saat perseteruan yang terjadi di antara Deva dan James, tiba-tiba seorang pria bernama Gerald datang menghampiri mereka berdua.
"Wah, kalian makan siang dalam satu kotak makan untuk berdua, terlihat sangat romantis ya." Goda Gerald dengan tangannya yang bahkan menarik salah satu makanan yang ada dalam kotak makan siang Deva tanpa permisi.
"APA MAKSUDMU?!!" teriak Deva dan James yang tidak terima membuat Gerald hampir saja tersedak karena kaget.
"Hahaha aku hanya bercanda." Kata Gerald terkekeh mengusap lehernya.
Deva dan James mendelik ke arah Gerald yang sedang terkekeh sambil mengunyah makanan.
"Um, ini enak sekali. Boleh aku memintanya lagi?" kata Gerald.
"Tentu, tapi dengan satu syarat!" jawab Deva menjauhkan kotak makannya dari tangan Gerald.
"Apa?"
"Jangan bicara yang tidak-tidak lagi tentang kami!" ketus Deva.
"Hahaha aku hanya bercanda Dev. Haduh, kalian ini sensitif sekali. Jika memang tidak begitu kenapa harus marah?"
"Gerald!"
Melihat tatapan tajam Deva, Gerald pun semakin terkekeh. Dia memang sangat senang menggoda Deva dan James selama ini. Bukan bermaksud apa-apa, karena sejak awal mereka berdua bekerja di kantor GACRA, Deva dan James memang selalu menghabiskan waktu mereka bersama setiap hari dan setiap saat. Dan tidak sedikit juga karyawan yang mengetahui bahwa Deva begitu sangat dingin pada gadis yang mencoba mendekatinya hingga mereka beranggapan lain dengan kedekatan Deva dan James.
Ya, mungkin mereka hanya tidak tahu bahwa Deva memiliki Syndrome yang aneh bernama Philopobia. Namun, bukan berarti Deva juga akan memilih James.
Ingat! Deva masih sangat normal untuk itu.
"Oh iya, pukul 2 siang nanti, pak kepala Ed menyuruh kita mengadakan rapat di ruang meeting." Kata Gerald yang mencoba memberitahukan Deva dan James.
"Eh, benarkah? Kenapa begitu tiba-tiba?" tanya James kali ini.
"Entahlah, sepertinya ada hal yang cukup serius yang ingin di sampaikan olehnya." Jawab Gerald dengan mulut penuh berisi makanan.
Deva dan James pun saling bertukar tatap heran.
***
Suasana di ruang rapat begitu hening dan hanya suara pak kepala Ed-lah yang terdengar sebagai kepala pimpinan dari GACRA yang sedang menyampaikan sebuah info penting yang harus segera disampaikan kepada para anak buahnya.
Rencananya pekan depan pak kepala Ed mendapat tugas untuk menghadiri sebuah pertemuan penting dengan GACRA pusat di Jerman. Tidak hanya itu, pak kepala Ed juga di tugaskan untuk mewakili posisi pengawas selama 1 bulan di sana. Itulah kenapa sebabnya pak kepala Ed mengumpulkan para anak buahnya untuk melakukan rapat secara mendadak.
"Jadi, mulai minggu depan aku di percaya untuk menghadiri sebuah acara penting yang rencananya akan di gelar di Jerman, dan juga sekaligus mewakili posisi sebagai pengawas sementara selama 1 bulan ke depan di sana. Jadi, selama satu bulan nanti, putriku-lah yang akan di perbantukan di kantor untuk meringankan semua pekerjaan dan me-manage pekerjaan para pegawai di kantor ini."
Mendengar apa yang di katakan pak kepala Ed, semuanya pun saling bertukar tatap heran.
"Apa ada yang ingin di tanyakan?" tanya pak kepala Ed menatap semua para karyawannya yang sedang kebingungan.
"Tidak pak!!" jawab beberapa karyawan lainnya yang memilih jalan aman agar rapat segera berakhir.
"Jika tidak, mari kita tutup saja rapat kita hari ini. Dan selamat siang semuanya." Kata pak kepala Ed langsung pergi meninggalkan ruang rapat yang langsung di ikuti oleh beberapa asitennya termasuk Gerald.
Deva dan James bangkit dari tempat duduknya dan berjalan di lorong, James agak sedikit bingung dengan apa yang di sampaikan oleh Pak kepala Ed yang mengatakan bahwa anaknya yang akan di perbantukan untuk mengerjakan beberapa pekerjaannya saat dia di tugaskan ke kantor pusat yang berada di Jerman minggu depan.
"Maksudnya, putrinya yang akan di perbantukan di kantor itu Mina? Bukankah dia masih duduk di bangku kuliah?" tanya James heran.
"Aku tidak tahu." Jawab Deva menggelengkan kepalanya.
"Lagi pula, setahuku dia itu mengambil fakultas Seni, dan bagaimana mungkin anak seni akan di perbantukan di kantor badan penelitian, huh? Yang benar saja!" gerutu James.
"Kau benar. Tapi, apa mungkin... pak kepala Ed memiliki putri yang lain selain Mina?" tanya Deva pada James dan James pun langsung menggelengkan kepalanya menatap Deva.
Mina adalah putri dari kepala perusahaan GACRA yang biasa di sebut dengan sebutan pak kepala Ed. Dia sering datang ke kantor dan sering merengek pada ayahnya hanya untuk sekedar meminta uang dan membeli apa pun yang dia inginkan. Dia adalah putri kesayangan pak kepala Ed yang Deva dan James ketahui. Karena selama ini, selama mereka bekerja di kantor, mereka memang tidak pernah melihat putri pak kepala Ed lainnya selain Mina.
Mina, adalah seorang gadis yang sangat polos. Setiap dia datang ke kantor, dia bahkan tidak malu-malu untuk mengatakan langsung pada Deva kalau dia sangat menyukai Deva. Bahkan terkadang sikap Mina juga sedikit menyusahkan orang yang berada di sekitarnya. Dan, jika memang Mina yang akan di perbantukan di kantor GACRA, dia bukannya akan meringankan pekerjaan, tetapi malah akan menambah pekerjaan Deva dan James.
***

Comentário do Livro (143)

  • avatar
    Nur Hikmah Gominqi

    baguss

    21d

      0
  • avatar
    AmeiliaSaskia

    ☺️☺️

    09/08

      0
  • avatar
    LestariMega

    👍👍👍

    30/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes