logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

BAB 2

Deva dan James berjalan menuju taman. Sejak tadi James terlihat sangat heran dengan ajakan Deva yang tiba-tiba. Dan, yang sangat James herankan adalah, mengapa Deva malah mengajaknya pergi ke taman dan membuang-buang waktunya untuk makan siang. Sementara, saat itu waktu jam makan siang hampir saja habis.
"Mengapa kita ke sini?" tanya James heran sambil menatap ke arah di sekelilingnya.
"..."
Tidak ada jawaban sama sekali dari Deva, dan itu berhasil membuat James langsung mendelik ke arah Deva yang saat ini sedang sibuk menatap ponselnya dengan wajah yang terlihat tidak karuan.
"Dengar ya Dev! Aku keluar itu untuk makan siang dan mengisi perutku yang sudah lapar sejak tadi! Bukan untuk mencari udara segar atau menemanimu di taman ini!" lanjut James dengan nada yang sedikit lebih tinggi.
"Seharusnya dia ada di sini..." gumam Deva dengan tatapannya yang masih saja fokus menatap layar ponselnya. Dan dia sama sekali tidak menghiraukan perkataan James sebelumnya.
Mata James pun membulat sambil mendengus kasar.
"Hey! Sebenarnya siapa yang sedang kau maksud, Dev?!" protes James karena dia benar-benar kebingungan dengan sikap teman satu kantornya dan teman satu timnya ini.
"Ah, itu dia..." kata Deva. "YUEN!!!" lanjutnya berteriak dan langsung berlari menghampiri seorang gadis cantik di sudut taman dan meninggalkan James.
"Hah, Yuen? Siapa dia?" gumam James semakin heran.
Masih dalam keadaan heran dan mungkin saat ini keherannya pun bercampur dengan rasa penasaran. James pun segera mengikuti langkah Deva untuk menghampiri seorang gadis yang di sebut Yuen oleh Deva beberapa saat yang lalu.
"Apa kau menunggu lama?" tanya Deva dengan sangat lembut pada gadis yang sedang berada di hadapannya saat ini.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum malu pada Deva. Sementara James, dia terus saja memperhatikan interaksi antara Deva dan Yuen.
"Ini, Oma menitipkan bekal makan siangmu padaku." Kata gadis berkulit putih itu memberikan sebuah kotak makan pada Deva.
"Eh, maaf ya sudah merepotkanmu." Jawab Deva menerimanya sambil terkekeh.
"Tentu saja tidak, lagi pula sangat kebetulan sekali karena arahnya memang searah dengan arah tujuanku pergi."
"Ah, begitu ya..."
Deva dan Yuen pun malah terkekeh canggung dan terlihat bingung harus bagaimana setelah ini.
UHUKKK!!!! UHUKKK!!!
Dengan sangat sengaja, karena merasa di acuhkan dan gemas melihat kecanggungan yang terjadi di antara keduanya, akhirnya James pun membuat sebuah drama agar Deva mengenalkan gadis cantik di hadapannya itu padanya. Setidaknya James merasa di anggap oleh mereka untuk di ajak mengobrol.
Untung saja, Deva sudah sangat memahami sifat dan karakter temannya yang satu ini. Jadi, tanpa harus banyak berbasa-basi Deva pun langsung mengenalkan James pada Yuen.
"Oh iya, Yuen. Kenalkan, ini James, dia teman satu tim ku di kantor." Kata Deva menepuk bahu James sedikit lebih keras hingga membuat James mendelik padanya.
"Hai, senang bertemu denganmu. Aku Yuen."
Wajah kesal James pun berubah tersenyum saat Yuen mulai menyapanya. "Hai, Yuen. Aku James..." kata James yang langsung mengulurkan tangannya pada Yuen.
Cukup lama James mengulurkan tangannya. Namun Yuen, dia hanya merespon James dengan senyuman dan anggukan kepalanya saja.
James pun di buat kikuk oleh Yuen, karena uluran tangannya sama sekali tidak di respon oleh Yuen. Sehingga James pun menarik tangannya kembali dengan sangat malu.
"I-iya, um... senang bertemu denganmu juga." Lanjut James terkekeh canggung. Karena jujur saja, dia sedikit merasa kecewa karena Yuen tidak mau berjabat tangan dengannya. Dan itu adalah hal yang sangat menyakitkan dan pertama kalinya untuk James.
Saat suasana canggung mulai menyelimuti ketiganya, akhirnya Yuen pun memutuskan untuk pamit.
"Baiklah, kalau begitu aku harus pergi, karena ada yang harus aku kerjakan. Dan selamat makan siang untukmu Dev." Pamit Yuen.
"Ah, i-iya." Jawab Deva menangguk. Sementara James, dia sedang menunjuk-nunjuk dirinya sendiri dan berharap Yuen juga mengucapkan selamat makan siang padanya. Tapi nyatanya tidak.
Yuen pun mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana sambil melemparkan senyumannya pada Deva dan James. Beberapa langkah Yuen melangkah, Deva tiba-tiba memanggil Yuen.
"Eh, Yuen!!!"
Mendengar teriakan Deva, Yuen langsung menghentikan langkah kakinya dan segera menoleh ke arah Deva.
"Terimakasih ya." Kata Deva yang lupa kalau dia belum mengucapkan terimakasih pada Yuen karena sudah mengantarkan bekal makan siang titipan Oma untuknya.
Yuen pun tersenyum, sambil berkata, "Sama-sama."
James hanya memutar bola matanya malas karena merasa adegan yang sedang terjadi di hadapannya itu seolah tidak asing dan lebih mirip seperti adegan dalam sebuah film drama. James pun mulai kesal melihat keduanya malah sibuk saling menatap satu sama lain.
Dasar manusia mati rasa! gerutu James dalam hati.
James akhirnya mencari cara hingga Yuen pun tiba-tiba terkekeh saat melihat James mengepak-ngepakan tangannya di belakang Deva, sehingga Deva lebih terlihat seperti seorang malaikat yang sedang bersiap untuk terbang ke langit.
Yuen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu dia kembali melanjutkan langkahnya untuk segera pergi dari sana. Karena jika terus memperhatikan James dan Deva, dia bisa saja terlambat pergi bekerja.
Sementara itu, pandangan Deva tidak beralih dari langkah kaki Yuen yang perlahan semakin menjauh darinya. Siapapun yang melihat sikap Deva pasti bisa menebak bahwa dia dan gadis itu memiliki suatu hubungan. Keduanya terlihat saling menyukai satu sama lain. Dan itu terlihat jelas dari keduanya.
James lalu menghentikan tingkah konyolnya yang tidak di ketahui oleh Deva itu. Dan dia mengarahkan pandangannya pada wajah Deva yang terlihat sangat fokus menatap langkah kaki Yuen.
"Jadi, temanku ini sudah memiliki kekasih ya rupanya? Kenapa aku baru mengetahuinya."
Mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut James, Deva pun langsung mendelik ke arah James.
"D-dia bukan kekasihku!" sahut Deva terlihat gugup dan salah tingkah sekarang.
James menatap Deva dengan wajah keheranan.
"Lalu?" tanya James.
"D-dia bukan siapa-siapa."
"Bukan siapa-siapa, tapi dia mengatarkan bekal makan siang untukmu? Cukup aneh!"
Deva hanya menggaruk kepalanya bingung. Dia hanya tidak tahu harus mengatakan apalagi pada James kalau Yuen memang bukan kekasihnya.
"Ok, baiklah baik dia bukan kekasihmu... tapi sepertinya kau sangat menyukainya?" tanya James membuat mata Deva membulat.
"Jika kau memang menyukainya mengapa tidak kau katakan saja jika kau menyukainya?" lanjut James memberikan usulnya yang terdengar sangat tiba-tiba.
"Eh, apa maksudmu?!"
"Apa maksudku? Tentu saja dia. Kau menyukainya kan? Ayok mengaku saja!"
James pun beberapa kali menaik turunkan alisnya menggoda Deva untuk mengatakan perasaannya yang sesungguhnya soal gadis yang baru saja mengantarkan bekal makan siang untuk Deva.
"Tidak! Kau ini sangat sok tahu!" kata Deva langsung meninggalkan James sendirian di sana.
James pun heran, karena bagaimana mungkin Deva terlihat sekesal itu setiap kali James mengatakan jika Deva sedang menyukai seorang gadis. Bukan hanya sekali ini pada Yuen, Deva bahkan memang sering bersikap seperti itu jika dia di hadapakan dengan pertanyaan seperti yang James tanyakan soal perasaannya pada seorang gadis.
"Apa yang salah? Bukankah gadis itu cukup cantik?" gumam James heran dan beberapa kali menatap ke arah dimana Yuen pergi melangkah. "Atau jangan-jangan Deva...?"
James mencoba menebak, namun dalam sekejap dia pun langsung membuyarkan lamunannya sendiri.
"Tidak mungkin. Hhhfftt! Dari pada aku sibuk memikirkannya, lebih baik aku mengejarnya untuk makan siang." Kata James langsung pergi mengejar langkah Deva yang sudah sangat jauh.
***

Comentário do Livro (143)

  • avatar
    Nur Hikmah Gominqi

    baguss

    21d

      0
  • avatar
    AmeiliaSaskia

    ☺️☺️

    09/08

      0
  • avatar
    LestariMega

    👍👍👍

    30/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes