Luka Yang Dirindukan Izin Untuk Kembali

Pagi-pagi sekali Ara sudah berusaha bangun, membuka mata rapatnya yang sudah dilingkari warna hitam.

Luka Yang Dirindukan Mengantar Dengan Senang Hati

“Ga, kamu mau kemana malam-malam begini? Bawa tas segala. Jangan-jangan mau kabur, ya?”

Luka Yang Dirindukan Hari Pertama Ngantor

“Aku kesiangan!” teriak Ara sambil melonjak dari sofa.

Luka Yang Dirindukan Ajakan Kerja Sama

“Ria? Ba-bagaimana Anda ....” Ucapannya menggantung di udara. Dalam sepersekian detik dirinya masih

Luka Yang Dirindukan Kegundahan Hati

“Sampai kapan kamu akan terbaring koma, Mas?”

Luka Yang Dirindukan Lelah

Hujan di luar semakin deras, membuat Ara semakin merasakan dingin hingga menusuk tulang.

Luka Yang Dirindukan Bab Terakhir

Luka Yang Dirindukan Air Mata Jatuh Lagi

Luka Yang Dirindukan Fakta yang Terbongkar

Luka Yang Dirindukan Permainan Takdirkah?

Luka Yang Dirindukan Pertemuan Tak Terduga

Luka Yang Dirindukan Bukan Hanya Kebetulan

Luka Yang Dirindukan Saat Itu Bulan Agustus

Luka Yang Dirindukan Sosok Familier