logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

4. Omongan Tetangga

Pagi-pagi sekali aku bangun untuk membantu ibu melakukan pekerjaan rumah tangga. Karena tidak terlalu jago masak aku biasanya membersihkan rumah. Ingat ya tidak jago bukan berarti aku tidak bisa memasak hanya saja untuk pagi ini aku memilih untuk membersihkan rumah saja. Sambil menunggu ibu dan bapak bersiap-siap ke kebun aku memutuskan untuk melakukan peregangan terlebih dahulu sambal lap-lap meja. Menyelam sambil minum air lah hehehe. Pukul 6 lebih beberapa menit kita sekeluarga sudah sarapan. Setelah itu bapak dan ibu berangkat ke kebun. Saat aku tidak di rumah ibu biasanya akan membuka warung saat siang-siang saja, tetapi mumpung aku sedang dirumah maka aku yang akan buka warung dari pagi sampai sore.
Pagi-pagi menjelang pukul delapan begini biasanya rumah dilewati oleh kumpulan ibu-ibu yang baru pulang dari pasar. Pasar disini letaknya cukup dekat dari kampungku, tetapi tentunya tidak selengkap seperti pasar yang ada di kota. Terlihat beberapa meter di depan, pasukan ibu-ibu yang sepertinya habis pulang dari pasar berdatangan. Hadeh males sebenarnya kalau harus bertegur sapa sama rombongan ibu-ibu tersebut. Objek obrolannya pasti nggak jauh-jauh dari gosipin tetangga. Biar cari aman aku pun bergegas beres-beres di dalam warung saja, biar tidak benar-benar terlihat bahwa aku sedang bersantai di teras depan. Meskipun sedang tidak di depan warung, nyatanya ada saja ibu yang menangkap kehadiranku. Duh apes ketahuan lagi, gerutuku dalam hati.
“Eh ada dik Nurma, kapan balik dik? Ibu berbaju merah membawa kangkung menyadari kehadiranku yang berberes-beres di dalam warung.
Aku melengokkan kepalaku ke depan sambal tersenyum palsu.
“Iya ibuk-ibuk, baru dua hari yang lalu” Aku hanya merespon seadanya. Males kalau harus berbasa-basi. Sudah ku tebak kemana obrolan ini akan berlanjut kalau aku terus meladeni mereka.
“Dik Nurma sudah lulus belum, sudah lama ibu liat kamu tu bolak balik sekolah mulu, kasihan uangnya” judes ibu yang pake baju kuning
Neh sudah mulai kan perjulidannya. Bener-bener nggak sopan ibu ini seenaknya aja nuduh aku ngabisin uang. Kalau pun aku ngabisin uang ya apa urusannya sama mereka, toh bapak ku nggak minta uang mereka. Ingin sekali mulut berkata kasar, tetapi aku memilih diam saja biar tidak obrolan ini tidak berkepanjangan. Belum sempat aku membalas mereka, eh ibuk yang berselendang hijau nyempil lagi.
“Jangan tinggi-tinggi lah sekolah nya dik Nurma, percuma to sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya kerja di rumah aja heheh. Palingan nanti ke kebun, masak, nyuci, sama layani suami aja. Ini anak sayaseusia dik nurma udah mau lahiran anak kedua loo”
Astaga ini mereka mau lewat apa gimana sih. Bikin kesel aja. Dipikir aku ini bakal diem-diem aja apa dihina, dibandingin sama anak mereka. Oh tidak semudah itu ferguso.
“Maaf sebelumnya ibuk-ibuk, saya memang masih kuliah, dan syukurnya bapak sama ibu tidak pernah merasa terbebani” Jeda sebentar aku kembali melihat ibu tadi yang sempat membanding-banding aku sama anak perempuannya. Aku kemudian ingat siapa ibuk ini dan siapa anaknya. Oke dapat, Mira nama anaknya.
“Oh si Mira sudah mau lahiran anak kedua ya buk, wah selamat ya. Tapi tolong dikasi tau si Mira ya buk, orderan daster dari setahun lalu belum dibayar sampai sekarang heheh”
Noh rasain, dipikir aku bakalan diam saja apa saat dipojokkan. Nurma dilawan sombongku dalam hati. Ku lihat ibuk yang tadi mukanya mulai masam lalu memerah menahan malu. Syukurin, makanya jangan suka membanding-banding orang lain ucapku dalam hati.
Si ibuk berbaju merah dan kuning mulai berbisik-bisik kemudian bertanya kepada ibuk selendang hijau. “Masak sih buk, si Mira sampai ngutang apalagi cuma ngutang daster looo. Daster kan murah buk”
“Eh nggak mungkin lo si Mira ngutang, jangan percaya ibuk – ibuk. Mungkin dik Nurma salah orang kali. Nggak mungkin lo ibuk-ibuk si Mira ngutang, suaminya aja saudagar sapi heheheh”
Halah banyak alasan ni ibu satu, emang yang namanya Mira siapa sih dikampung ini, perasaan anaknya ibuk ini aja.
“hehehe siapa lagi disini yang namanya Mira ya buk, seingat saya ya cuma si Mira anak ibu yang udah mau punya anak dua dan yang menikah dengan saudagar sapi”
Aku tersenyum puas melihat ibuk itu tidak bisa berkutik lagi. Kemudian dengan terburu-buru dia memperbaiki selendangnya dan berkata.
“Eh ibuk-ibuk ini udah mau siang, ayolah kita balik belum masak aku ini’.
“Ayolah dik Nurma,kita pamit dulu”
Itu ibu yang satunya lagi yang dari tadi belum sempat berbicara yang berpamitan kepadaku. Kalo dilihat-lihat sepertinya ibuk ini diam aja dari tadi.
“Tidak mau mampir ni ibu-ibu, beli mie, telur, atau garam. Tapi jangan bon ya hehhe”
“Ya ampun, mie tiga ribuan nggak sampailah saya ngebon, kalau pun ngebon saya pilih-pilih warung dulu. Warung bu asih aja tuh baik banget, di bolehin kita ngebon. Jangan pelit-pelit lah dik Nurma, nanti kalau nikah disini ya kita bisa jadi geng serumpi”
Kalau pun jodohku disini, aku tidak mau gabung sama geng kalian, gibah aja kerjaannya, ucapku dalam hati. Males banget kalau harus ngeladeni ibuk-ibuk ini.
“Setiap warung kan beda-beda bu ibu, kalo mau ke warung buk asih ya saya nggak melarang. Itu
kan hak ibu-ibu semua. Tapi kalau Namanya bon ya harus tetap dibayar ya ibu-ibu. Pamit ya buk”
Aku pun langsung masuk ke dalam, males harus meladeni kejulidan mereka. Samar-samar aku sempat mereka masih membicarakan aku. Bodo amatlah.

Comentário do Livro (247)

  • avatar
    SyahfitriSyifa

    untuk melakukan hubungan seks pada usia max Payne pada wanita maupun padat penduduk pada tahun depan rumahnya tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil foto kamera digital Canon PIXMA iP2770 tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut mengungkap bybgd pada wanita maupun padat penduduk pada tahun depan rumahnya tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut dilakukan untuk mendapatkan penawaran terbaikmu pada tahun depan rumahnya u

    29/12

      0
  • avatar
    ButarbutarYeremia

    sangat bagus dan cerita nya sangat menarik

    25/09

      0
  • avatar
    Nurul Fadila

    Wow keren bngt

    24/09

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes