logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

3. Anak laki-laki dan Perempuan itu sama

Saat bapak dan ibu tiba aku langsung mengabari mereka bahwa Mas Widi akan datang malam ini. Aku ke dapur membantu ibu untuk menyiapkan makan malam karena kami ingin mengajak Mas Widi dan Mbak Nana makan bersama. Selang beberapa menit setelah semua makanan sudah siap, terdengar suara deru motor Mas Widi memasuki pekarangan. Aku membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk ke rumah. Ku perhatikan raut wajah Mbak Nana yang biasa-biasa saja tidak, ada tatapan sinis kepadaku seperti tadi. Sudah ku tebak dia hanya bersikap begitu di depanku saja, mungkin dia takut bapak mengetahui sikap kurang baiknya itu. Bapak dan dan ibu mempersilahkan mereka duduk.
“Anak-anakmu tak kau ajak mas?” itu suaran ibu yang menanyakan ketiga anak Mas Widi.
“Kami tinggalkan di rumah buk, biarkan Aya yang menjaga adik-adiknya dulu”
“Ya sudah kalau begitu ayo kita makan malam dulu, ini ibuk sama adikmu tadi masak lumayan banyak”
“Maaf pak sepertinya aku sama Nana belum bisa ikut makan malam, kamu harus segera pulang kasihan Aya yang menjaga ketiga adiknya, lain kali saja pak”
Ku lihat bapak dan ibu tampak kecewa dengan jawaban Mas Widi. Akupun sebenarnya kecewa dengannya tapi mau gimana lagi kita tidak mungkin memaksa mereka bukan.
“Ya sudah ada keperluan apa kamu malem-malem sampai kesini?” Bapak langsung menanyakan tujuan Mas Widi menemuinya.
Aku yang notabenenya tidak mau tau urusan Mas Widi dengan bapak mohon ijin pamit kepada mereka. Aku beralasan ada pekerjaan yang harus aku kerjakan. Kemudian masuk ke kamar, tetapi samar-samar aku bisa mendengar obrolan mereka.
“Pak aku niatnya ingin pinjam uang 10 juta untuk menambah modal usaha”
Aku mendengar Mas Widi membuka obrolan setelah keheningan beberapa saat, kemudian dia melanjutkan. “Modal yang bapak kasih waktu itu sudah ku pakai untuk keperluan sehari-hari pak, keuangan kami sedikit memburuk akhir-akhir ini’’.
Di dalam hati pengen banget aku ngoceh ya iyalah cepat habis orang istri aja kerjaannya tinggal duduk manis nggak ikut kerja, ya setidaknya kalau mau jadi ibu rumah tangga urusan rumah tangga patut dikerjakan, ini semua Mas Widi yang mau mengerjakan, masak, ngurus anak, belum lagi kerja. Luarnya aja sok manis, dalam nya udah kayak empedu. Lama tak terdengar suara bapak dan ibu, sampai suara Mas Widi kembali.
“Kalau nggak ada nggak apa pak, aku coba cari tambahan modal dari kerja serabutan lagi”.
Bapak dan ibu masih tetap diam, kemudian ku dengar suara judes Mbak Nana yang langsung main serobot.
“Masak nggak ada sih pak, biaya sekolah Nurma yang mahal aja bapak selalu bisa bayarin, masak ngasih modal untuk anak laki-laki satu satunya bapak nggak mau ngasih”
Nenek lampir mode on ini mah, memang butuh divaksin ini Mbak Nana. Dia memang selalu berusaha membanding-bandingkan aku dengan Mas Widi, dengan selalu mengungkit biaya-biaya yang bapak keluarkan untuk keperluan sekolahku. Aku tidak mendengar suara bapak, sampai ibu yang bersuara.
“Bapak sama ibu tidak pernah membeda-bedakan anak-anak. Menurut kami laki-laki dan perempuan itu kodratnya sama. Toh mereka berdua adalah anak-anak kami. Kalau ada yang membutuhkan ibu sama bapak ya pasti kita bantu. Apalagi adikmu Nurma masih menjadi tanggungan kami. Kalau bukan kami yang menyekolahkan Nurma ya siapa lagi, masak tetangga?”
Ya ampun jawaban ibu emang top. Kemudian bapak membuka suara.
“Kalau kalian ingin sekarang uangnya ada, bapak sama ibu mohon maaf belum bisa bantu. Kami belum pegang uang sebanyak itu sekarang. Kalian bisa datang dua hari lagi, bapak dan ibu akan usahakan. Tetapi kami tidak janji bisa memberikan uang sebanyak itu dalam dua hari, mungkin kami hanya bisa membantu setengahnya saja”. Jeda sejenak kemudian bapak melanjutkan kembali.
“Gunakan uang yang bapak sama ibu kasi nanti untuk modal usaha kalian, jangan dipakai untuk
beli baju atau tas baru yang nggak berguna itu, biar uang modal ini bisa dipakai untuk ngembangin bisnis kalian kembali”
Skatmat.
Bapak memang de best dalam mematikan serangan lawan. Biar tau rasa tu Mbak Nana. Jangan dikira bapak dan ibu tidak tau kelakuannya di luar sana. Hobinya beli barang yang memang tidak terlalu dibutuhkan untuk dipamerkan. Bapak dan ibu cuma lelah saja untuk menegurnya, tapi kalau di diamkan ni mak lampir makin menjadi-jadi. Aku mendengar Mas Widi mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu. Sebelum pulang aku mendengar ibu membungkuskan beberapa lauk pauk untuk anak-anak Mas Widi. Kasihan kami sudah capek-capek masak eh taunya nggak jadi. Selang beberapa menit Mas Widi dan Mbak Nana pamit pulang. Sebenarnya aku suka heran sama Mas Widi, istri modelan begitu tetap dipertahankan. Memang si dulu pernah Mas Widi ingin bercerai dengan Mbak Nana, tetapi pihak keluarga Mbak Nana meminta masalah ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan saja. Keluarga Mbak Nana juga meminta Mas Widi untuk menegur Mbak Nana kalau dia berbuat salah. Mbak Nana berubah baik selama beberapa minggu saja, setelah itu sifat mak lampirnya kembali keluar. Mungkin Mas Widi sudah capek untuk menegurnya, kasihan Mas Widi. Aku mendengar pintu kamarku diketuk.
“Dik ayo kita makan malam. Mas dan Mbak mu sudah pamit pulang”.
Aku membuka pintu kemudian kita makan malam bersama.

Comentário do Livro (247)

  • avatar
    SyahfitriSyifa

    untuk melakukan hubungan seks pada usia max Payne pada wanita maupun padat penduduk pada tahun depan rumahnya tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil foto kamera digital Canon PIXMA iP2770 tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut mengungkap bybgd pada wanita maupun padat penduduk pada tahun depan rumahnya tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut dilakukan untuk mendapatkan penawaran terbaikmu pada tahun depan rumahnya u

    29/12

      0
  • avatar
    ButarbutarYeremia

    sangat bagus dan cerita nya sangat menarik

    25/09

      0
  • avatar
    Nurul Fadila

    Wow keren bngt

    24/09

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes