logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

2. Hubungan Keluarga

Suasana pagi ini sangat cerah sekali. Sudah lama aku tidak memandangi matahari terbit karena kesibukan kuliah di kota. Tetapi kali ini aku menyempatkan diri untuk melihat matahari terbit yang nyatanya bisa membuat pikiran tenang. Pagi-pagi sekali aku sudah duduk di teras rumah untuk menikmati segarnya udara pagi sambil menunggu sang penerang bumi menunjukkan keagungannya. Ditemani secangkir teh hangat dan kue lapis aku mengeratkan jaket kulit yang aku kenakan. Di dalam bapak dan ibu sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kebun, sementara aku tetap dirumah dan menjaga warung. Dari jauh aku sudah bisa mendengar obrolan para petani yang berangkat ke kebun. Mereka berjalan beriringan sambal membawa sabit atau ada yang membawa keranjang dan membawa seutas tali panjang. Tali tersebut nantinya digunakan untuk mengikat rumput yang sudah dikumpulkan kemudian diangkut diatas kepala atau dipunggung.
Selain para petani yang berjalan kaki aku juga melihat petani-petani yang menggunakan sepeda motor sambil membonceng rekan mereka. Ada juga sopir angkot dan buss yang akan membawa orang-orang yang ingin pergi ke pasar atau ke kota. Bapak dan ibu pamit berangkat ke kebun. Bapak membawa selalu supri kesayangannya ketika bepergian. Supri adalah sebutan kesayangan bapak untuk motor supra yang sudah menemani bapak selama puluhan tahun. Meskipun sering diajak kemana-kemana oleh bapak, supri jarang sekali sakit. Biasanya hanya ban kempes atau ganti oli. Benar-benar motor yang setia pikirku. Aku melakukan sedikit peregangan dan gerakan dasar olahraga. Aku akui aku sangat jarang berolahraga, meskipun demikian aku tetap menyempat diri untuk melakukan peregangan dan gerakan sederhana sebelum memulai aktifitas. Sekitar dua puluh menit melakukan peregangan dan sudah muncul sedikit keringat ditubuh, aku bergegas untuk mandi.
Selepas mandi aku sudah berkutat dengan pekerjaan sambilan yang aku lakoni semejak aku menduduki bangku SMA. Sejak SMA aku sudah berusaha untuk mencari uang sendiri dengan melakukan beberapa pekerjaan. Meskipun uang di dapat tidak mencukupi semua kebutuhan tetapi aku bersyukur bisa meringankan bapak dan ibu. Saat ini aku menjadi reseller dan trader. Sebagai resseler aku biasanya menjual produk fashion, kecantikan, dan agen pulsa. Sementara menjadi trader aku lakoni semenjak semester 4. Secara sederhana trader itu bisa disebut sebagai pedagang tetapi produk yang diperdagangkan adalah saham, emas, atau kripto. Dengan pekerjaan yang aku punya sekarang, aku merasa bersyukur bisa membagi waktu antara sekolah sambil kerja. Uang hasil penjualan aku gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari diluar makan dan biaya kost, karena kebetulan untuk kuliah aku mendapatkan beasiswa. Biasa anak perempuan identik dengan skincare dan kuota di jaman ini.
Sejujurnya aku adalah orang yang tidak terlalu suka keramaian dan lebih senang menyendiri atau istilah kerennya introvert. Meskipun demikian aku bukanlah orang yang tidak suka bergaul dengan orang lain, aku tetap bergaul dengan semua orang. Kalau tidak bergaul dengan orang-orang bagaimana caranya aku mendapat orderan heheh. Aku hanya akan menjadi pendiam ketika aku merasa apa yang diobrolkan tidak nyambung dengan isi kepalaku. Apalagi kalau di kampung aku akan menjadi pendengar yang baik saja.
Aku sedang merapikan barang dagangan di warung ketika aku mendengar ada suara pintu di ketuk. Aku bergegas membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
“Eh Dik Nurma, kapan balik dek?' tanyanya
Rupanya Mas Widi dan Mbak Nana yang datang. Mereka turut serta membawa si bungsu Nanta.
“Iya mas, ayo masuk dulu mas mbak. Ayah dan ibu nggak ada di rumah, masih di kebun kayaknya”.
“Eh disini aja dik. Sebenarnya mas kesini mau ketemu bapak sama ibu, mas kira mereka belum berangkat ke kebun. Kalau begitu nanti malam saja mas kesini. Maaf dik, mas belum bisa mampir ada banyak kerjaan di bengkel. Mas minta tolong sampaikan sama bapak ibu kalau mas akan datang nanti malam”
“Iya sudah kalau begitu mas, nanti Nurma sampaikan” Aku melirik ke arah Nanta yang masih asyik minum es lilin.
“Nanta mau main disini nggak sama bibi? Tanyaku
Nanta menggeleng dan tetap asyik mengisap es lilinnya.
Mereka kemudian pamit pulang. Bisa ku lihat tatapan Mbak Nana sedikit sinis kepada ku. Selalu seperti itu pikirku. Mbak Nana adalah tipe perempuan yang masih menganut budaya primitif, dia masih menganut paham perempuan itu selalu identik dengan kasur, sumur, dan dapur, mungkin sudah kena pengaruh dari warga disini. Padahal mbak Nana adalah wanita yang tamatan SMA tetapi pikirannya masih tetap dangkal. Mungkin benar kita tidak bisa mengukur seseorang dari tingkat pendidikannya, nyatanya banyak yang berpendidikan secara ilmu tetapi belum tentu berpendidikan secara attitude. Mbak Nana sering melihat sinis kepadaku, apalagi kalau dia lihat bapak dan ibu membangga banggakan aku, makin panas lah raut mukanya. Tapi sampai sekarang Mbak Nana tidak terang-terangan menunjukkan sikapnya kepada ku di depan bapak, karena semua anggota keluarga segan dan takut sama bapak. Aku pun tidak mau terlalu pusing dengan urusan itu yang penting ada bapak dan ibu yang selalu mendukungku.
Hubungan keluargaku bisa dibilang baik-baik saja. Meskipun demikian aku tetap merasa ada jurang pemisah setelah Mas Widi memutuskan untuk tinggal pisah dengan bapak ibu. Aku menyadari bahwa ini bermula ketika sikap Mbak Nana yang sering keterlaluan ketika Mas Widi jarang di rumah. Mbak Nana sering menghabiskan uang untuk hal-hal yang bersifat kemewahan. Selain itu Mbak Nana suka sekali menyindir aku dan ibu. Mbak Nana juga suka bergosip yang tidak- tidak kepada tetangga. Dia selalu mengatakan bahwa bapak dan ibu tidak pernah memberikan uang kepadanya dan selalu memanjakan aku yang sebagai anak perempuan. Puncaknya adalah ketika Mas Widi dan Mbak Nana yang bertengkar hebat sampai Mbak Nana ingin dipulangkan ke rumahnya. Sejak saat itu Mas Widi mulai memutuskan untuk tinggal terpisah. Setelahnya Mas Widi jarang berkunjung ke rumah, paling saat ada kepentingan saja itupun hanya sebentar saja.

Comentário do Livro (247)

  • avatar
    SyahfitriSyifa

    untuk melakukan hubungan seks pada usia max Payne pada wanita maupun padat penduduk pada tahun depan rumahnya tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil foto kamera digital Canon PIXMA iP2770 tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut mengungkap bybgd pada wanita maupun padat penduduk pada tahun depan rumahnya tidak maka panggung sebagai bahan bakar fosil tersebut dilakukan untuk mendapatkan penawaran terbaikmu pada tahun depan rumahnya u

    29/12

      0
  • avatar
    ButarbutarYeremia

    sangat bagus dan cerita nya sangat menarik

    25/09

      0
  • avatar
    Nurul Fadila

    Wow keren bngt

    24/09

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes