logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Sikap Yang Aneh

BAB 17
Angin segar mulai menyusup di kesejukan pagi, mentari yang sudah menampakkan diri pun mulai menghangatkan bumi dengan sinarnya. Kicau burung pun menambah keindahan pagi. Namun, semuanya tidak sesuai dengan perasaan Maira pagi ini. Ia terbangun pagi sekali, bayangan Ezhar dan wanita itu pun masih sangat jelas di ingatannya. Ia bingung dengan sikap Ezhar padanya, bukankah seharusnya lelaki itu meminta maaf padanya? Tetapi kenapa ia justru melakukan ini?
Mbok Rati masuk ke kamar majikannya itu, dengan perlahan ia membuka tirai di kamar Maira. Matanya pun terbelalak saat, melihat botol minuman berserakan di kamar Maira.
"Nyonya, apa yang terjadi?" ucap mbok Rati panik.
"Aku tak apa-apa, Mbok. Bukankah ini sudah biasa? Kau harusnya sudah terbiasa dengan semua ini,"ucap Maira, yang mengingat dirinya sebelum Ezhar merubah dunianya.
"Nyonya, ini bukan jalan untuk menyelesaikan masalah. Saya yakin, bahkan sangat yakin, jika, Tuan Ezhar tak seperti, Tuan Dion," ucap mbok Rati yang mencoba menenangkan Maira
"Tapi ... Apa kau tak melihat, lelaki yang sama brengseknya dengan, Dion itu pergi dengan wanita kegatelan itu?" ucap Maira dengan nada penuh kekecewaan.
"Iya, saya tahu. Tetapi bukan ini yang seharusnya, Anda lakukan. Pertahankan apa yang menjadi milik, Anda. Untuk saat ini, Tuan Ezhar adalah milik, Nyonya." Mbok Rati mencoba memberi dukungan pada majikannya itu.
Maira pun mencerna ucapan pembantunya itu, iya membenarkan ucapan itu. Benar, bukan ini yang seharusnya ia lakukan. Ia akan bertindak untuk mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Ia tak mau kejadian masa lalu terulang lagi, dan ia harus mengalah pada keadaan yang membuatnya menjadi korban dari wanita yang serupa dengan Karina.
"Kau benar, Mbok. Baik, kini mereka akan melihat seperti apa kekuatan Maira!" ujar Maira penuh semangat.
Ia pun berusaha berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, meski sedikit sempoyongan karena pengaruh minuman yang semalam ia minum. Sementara Mbok Rati memilih keluar dari kamar Maira.
°°°°
Kali ini Mbok Rati tak memberi tahu apa yang baru ia lihat di kamar Maira, ia juga ingin melihat seberapa keras usaha Ezhar untuk mendapatkan Maira. Ia ingin memastikan apakah lelaki itu benar-benar layak untuk majikannya itu.
"Mbok!" panggil Ezhar yang baru saja tiba di ruang makan.
"Ya, Den," jawab mbok Rati sopan.
"Apa, Maira sudah bangun?"
"Sudah, Den sekarang lagi mandi," jawab mbok Rati lagi.
"Oh, baiklah. Oh ya, Tania akan datang, bantu aku agar, Maira bisa satu meja dengan kami." Ezhar langsung pergi setelah memberitahu semua itu pada pembantu Maira.
Langkah Ezhar terhenti saat melihat wanita pujaannya datang. Ia sama sekali tak mengedipkan mata saat melihat Maira yang sangat berbeda.
Maira pun turun dengan penampilan yang tak biasa. Gaun seksi di atas lutut, melekat indah di tubuhnya. Make up yang sedikit berbeda pun menghiasi wajah cantiknya. Dengan anggun ia berjalan menuruni tangga, pandangannya pun tak lepas dari sosok lelaki yang telah membawanya pada kondisi ini.
Namun, sebisa mungkin ia menyembunyikan kekagumannya pada Maira. Ia berusaha keras melawan rasa ingin memeluk bahkan mencumbu wanitanya, demi sebuah misi yang tak boleh gagal. Tak jauh berbeda dengan Ezhar, kini Maira pun mempunyai misi untuk mendapatkan kembali selingkuhannya itu.
Maira melewati Ezhar yang masih berdiri di dekat meja makan, ia duduk menjauh dari lelaki itu. Tak lama Tania pun datang, ia juga langsung menjalankan misinya.
"Pagi, Sayang," sapa Tania yang berjalan mendekat ke arah Ezhar.
"Pagi," sapa Ezhar balik.
"Ayo sarapan!" ajak Ezhar pada Tania.
Mereka bertiga pun duduk dalam satu meja, jujur ini sangat memuakkan bagi Maira, akan tetapi kini ialah nyonya di rumah itu. Karena Ezhar mencintainya dan berjanji akan menikahinya. Lagi pula ia yakin jika Ezhar hanya bermain-main dengan wanita itu saja. Karena ia sedang dalam mode marah padanya. Sekali saja ia memaafkan Ezhar ia yakin, lelaki itu akan berlutut di bawah kakinya.
Namun, ini bukanlah keinginannya. Ia ingin Ezhar benar-benar memperlihatkan perjuangannya untuk memiliki dirinya. kali ini Maira menggunakan cara ini untuk mempertahankan Ezhar. Ia yakin bahkan sangat yakin, mengacuhkannya adalah cara yang ampuh untuk menghentikan kegilaan Ezhar yang tak beralasan itu.
Tania bingung, apa yang harus ia lakukan agar Maira cemburu, karena ia melihat wanita itu acuh pada kehadirannya. Bahkan Maira tak merespon saat ia menunjukkan sikap manjanya pada Ezhar. Bukan hanya Tania yang bingung, Ezhar pun juga bingung kenapa Maira tak seperti kemarin yang menunjukan rasa cemburunya. Tania dan Ezhar pun saling bertanya lewat mata mereka. Namun, keduanya sama sekali tak menemukan jawaban.
"Aku mau berangkat, kau kembali nanti malam saja," ucap Ezhar pada Tania.
Ia pun kembali mendaratkan bibirnya di bibir Tania, yang sudah sangat jelas membuat wanita itu terbang ke angkasa.
Sebisa mungkin Maira menutupi rasa cemburunya, ia pun berdiri dari duduknya dan menyambar tas kecil miliknya di meja.
"Mbok, aku mau pergi menemui, Dion. Mungkin aku akan pulang malam," pamit Maira pada mbok Rati.
Ia pun berjalan mendahului Ezhar. Namun, lelaki itu malah berjalan cepat dan menarik lengan Maira.
"Apa maksudmu!" bentak Ezhar yang murka.
"Apa urusanmu? Urus saja kekasihmu itu." Maira melepaskan genggaman tangan Ezhar dan melanjutkan langkahnya.
"Berhenti!" seru Ezhar yang mencoba menghentikan langkah Maira lagi.
Namun, tak digubris wanita itu. Ia tetap melangkah menuju pintu utama.
"Maira berhenti!" teriaknya lagi.
Kali ini Maira menghentikan langkahnya, Ezhar pun mendekat untuk bertanya alasan apa yang membuat wanitanya itu akan pergi menemui si brengsek Dion.
"Kenapa kau menemui si brengsek itu?" tanya Ezhar.
"Apa aku harus memberitahumu?" Maira balik bertanya.
"Maira."
"Urus saja urusanmu bersama jalang itu!" seru Maira sambil menunjuk ke arah Tania.
Sebelum Ezhar menunjukkan amarahnya, Maira segera bergegas meninggalkannya. Wanita itu memilih menaiki taksi untuk menuju tempat yang di kirim Dion melalui WhatsApp.
"Sial! Kenapa aku bisa kecolongan?" umpat Ezhar pada dirinya.
Tak mau lagi kecolongan, Ezhar segera menghubungi asistennya untuk mencari tahu bagaimana si brengsek itu bisa menghubungi Maira?
°°°°
Semalam saat Maira belum bisa memejamkan matanya, Dion mengirimkan pesan jika ia ingin bertemu dengannya. Alasannya untuk membicarakan perceraian dengannya. Awalnya Maira menolak, karena ia tahu semua itu akan di urus oleh Ezhar.
Tetapi tanpa di duga Maira setuju dengan pertemuan itu. Dion sampai bertanya berulang kali. Sudah jelas kenapa Maira mau menemui si brengsek itu. Balas dendam, ya kata itu yang tepat untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di antara Ezhar dan dirinya.
Bersambung

Comentário do Livro (314)

  • avatar
    Ony

    kurang memasyarakat

    16d

      0
  • avatar
    MashidayahNurul

    suka bestnya

    21d

      0
  • avatar
    Jemmy Khan

    lanjut

    29d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes