logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Menguntit

BAB 16
Ezhar melebarkan senyumnya saat melihat salah satu mobilnya mengikuti ke mana ia pergi. Ia yakin, itu adalah Maira. Sebenarnya ia tak tega, tetapi misi ini harus berhasil demi masa depan yang ia harap akan bersama Maira. Tania menoleh ke samping, hatinya terasa teriris melihat senyum penuh cinta yang tergambar di wajah Ezhar. Dalam hati ia menyesali semuanya, kebodohannya yang mempermainkan cinta yang di berikan Ezhar. Sekarang, ia hanya bisa menerima kenyataan jika cinta Ezhar hanya untuk Maira.
Ia tahu kadar cinta yang dimiliki Ezhar, bagaimana cara Ezhar mencintai, dan bagaimana lelaki itu memperjuangkan cintanya. Jadi sudah sangat jelas, sekarang cinta Ezhar tak akan bisa berpaling kecuali Maira seperti dirinya.
“Apa tadi akting ku bagus?” Tania memulai percakapan agar suasana mobil sedikit hangat.
“Hmm.”
“Hanya hmm?” tanya Tania dalam hati. Ia sangat kecewa karena Ezhar menjawabnya seperti itu.
“Apa nanti aku harus lebih agresif, agar kekasihmu itu lebih cemburu?” Tania masih belum menyerah untuk mendapatkan perhatian Ezhar, meski sekecil apa pun.
“Boleh.” Ezhar menjawabnya dengan singkat lagi, dan pandangannya tak lepas dari ponselnya.
Tania semakin kesal karena usahanya gagal, ia memilih menutup mulutnya agar tak keceplosan bertanya lagi. Ia tahu jawabannya pasti akan sama.
°°°°
Tak lama mobil pun sampai di sebuah restoran Ezhar pun langsung merubah ekspresi wajahnya. Tania melebarkan senyumnya, karena bisa melihat kehangatan di mata Ezhar lagi meski ia dalam kondisi seperti itu.
Ezhar turun dari mobil dan berlari kecil memutari mobil, ia membukakan pintu mobil untuk Tania, wanita yang sedang berakting dengannya. Ezhar mengulurkan tangannya dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Dengan senang hati Tania menyambut uluran tangan Ezhar, ia pun semakin mengembangkan senyumnya, dengan anggun ia turun dari mobil. Tania sangat menyukai misi ini, meski hanya sementara akan tetapi ia bisa menikmati semua perhatian Ezhar. Ia melingkarkan tangannya di lengan Ezhar dengan manja.
Sementara di belakang, Maira mengepalkan tangannya. Ia tak mengira Ezhar melakukan ini padanya, hanya karena ia marah. Ia terus menguntit di belakang Ezhar dan Tania. Berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menetralkan rasa cemburunya. Maira memilih duduk di sudut restoran, agar tak ketahuan oleh Ezhar.
“Sebenarnya apa mau mu, Zhar? Bukannya berusaha minta maaf, Kau malah membuat masalah!” Maira mengepalkan lagi telapak tangannya, dan memukulkannya ke meja.
“Aww ...,” rintih Maira karena merasa sakit.
Beberapa pengunjung restoran pun menoleh ke arahnya, karena mendengar sedikit kegaduhan yang di buat Maira. Untuk meminta maaf karena sudah membuat kegaduhan, Maira menyatukan kedua telapak tangannya dan tersenyum pada pengunjung terdekat. Namun, ia langsung menutup wajahnya dengan buku menu saat melihat Ezhar menoleh ke arahnya.
“Sial! Kenapa kau sangat ceroboh, Maira!” umpatnya pada diri sendiri.
Dari kejauhan Ezhar yang mendengar kegaduhan itu pun ikut menoleh, ia sangat penasaran apa yang terjadi pada wanitanya. Ia pun berdiri dan berniat mendekati Maira. Namun, Tania menahan lengannya.
“Jangan! Misi mu akan gagal!” Tania memperingatkan.
Ezhar menghentikan langkahnya, dan memilih duduk kembali. Meski hatinya merasa tak tenang. Ia meraih gelas di hadapannya dan menghabiskan isinya dalam sekali teguk. Jujur ia ingin menyudahi misi ini, akan tetapi ia ingin melihat seberapa besar cinta Maira.
“Ayo makan, Sayang!”
Ezhar tersentak saat Tania menyodorkan sendok ke mulutnya. Namun, ia langsung tanggap saat melihat isyarat yang di berikan Tania lewat matanya. Tentu Ezhar langsung merubah ekspresi wajahnya kembali. Dengan senyum yang terukir di wajahnya, Ezhar menerima suapan Tania.
Tania benar-benar pintar membaca situasi, ia langsung melakukan sesuatu yang ia jamin akan membuat Maira cemburu. Ia langsung berinisiatif menyuapi Ezhar dengan penuh cinta. Tadinya lelaki itu tak mau menerima suapan darinya. Namun, Tania mengedipkan matanya sebagai tanda jika situasinya sangat mendukung. Untung saja, Ezhar bisa menangkap isyarat yang ia berikan. Lelaki itu pun langsung menerima suapan itu, hatinya berbunga-bunga saat Ezhar menerima suapan darinya.
Agar akting mereka terlihat natural, Ezhar juga menyuapi Tania. Bahkan lelaki itu melakukan hal di luar dugaan Tania, Ezhar mencium bibirnya sekilas. Seketika tubuh Tania bergetar, ia tak percaya jika Ezhar melakukan ini padanya. Jujur ciuman itu membangkitkan sebuah rasa yang baru ia sadari setelah putus dari Ezhar. Rasa yang ia sesali karena datang terlambat.
“Enak?” tanya Ezhar membuyarkan lamunan Tania.
“Sangat,” jawab Tania yang berusaha menyembunyikan perasaan bahagianya.
Tania sungguh bahagia bisa merasakan semua ini kembali. Ya, hal seperti tadi sudah biasa mereka lakukan. Namun, semua terasa berbeda saat ini. Keduanya pun terlihat sangat mesra, apalagi mereka tahu jika Maira sedang memperhatikan.
°°°°
Dari kejauhan Maira masih bisa melihat adegan yang menjijikkan baginya itu. Namun, tak bisa dipungkiri ia meradang saat adegan romantis itu terjadi di depan matanya. Tidak! Baginya itu adalah adegan menjijikkan. Akan lain jadinya jika wanita itu adalah dirinya.
Ingin sekali ia mendatangi meja Ezhar dan menampar Ezhar dan menjambak rambut wanita di samping Ezhar, tetapi ia masih berusaha menahan amarahnya. Ia ingin lihat sejauh mana Ezhar melakukan ini padanya. Maira memilih pergi meninggalkan restoran. Jujur ia tak mampu lagi menahan rasa cemburunya jika tetap ada di sana.
Melihat Maira pergi, Ezhar pun langsung menyuruh anak buahnya mengawal wanitanya pulang. Tentunya mereka harus memastikan jika Maira selamat sampai rumah.
“Hari ini cukup, besok, Kau bisa datang lagi,” ucap Ezhar sebelum meninggalkan Tania.
Tania hanya mengangguk sebagai jawaban, tak apa baginya Ezhar pergi. Setidaknya hari ini Ezhar sudah memberinya sebuah ciuman yang membuat hatinya bahagia.
°°°°
Ezhar mendapat laporan dari anak buahnya jika, Maira sudah sampai di rumahnya dalam keadaan baik-baik saja. Senyum pun terukir di wajahnya saat melihat wajah Maira di layar ponselnya. Dengan segera ia masuk ke mobil untuk kembali ke rumahnya. Untuk hari ini ia anggap sudah cukup, besok ia akan melakukan lagi misinya.
Sesampainya di rumah Ezhar langsung menuju kamarnya, ia juga memanggil mbok Rati ke kamarnya.
“Den ...!” panggil mbok Rati di depan pintu kamar Ezhar.
“Ya, Mbok.” Ezhar berlari untuk membukakan pintu.
“Ada apa, Den?” tanya mbok Rati.
“Ayo masuk, Mbok aku akan menjelaskan!”
Mbok Rati pun masuk ke kamar Ezhar, ia duduk di sofa yang tertata cantik di sana.
“Ada apa? Jangan membuat saya takut, Den,” ucap mbok Rati.
“Apa sih, Mbok? Tenang saja, ini soal Maira,” jelas Ezhar.
“Ada apa dengan, Nyonya?” Mbok Rati malah semakin cemas.
“Tenang saja, Mbok. Begini, karena aku mempercayaimu jadi, Kau harus tahu.”
“Soal apa, Den?”
“Aku sedang menjalankan misi untuk meluluhkan hati, Maira. Dia marah karena aku membohonginya soal siapa aku sebenarnya. Tetapi, semua yang aku lakukan ini punya alasan, Mbok. Jadi maukah, Mbok membantuku?”
“Oh ... Itu? Pasti, Den. Katakan saja apa yang bisa, Mbok bantu?”
“Besok akan ku beri tahu, Mbok. Sekarang kembalilah istirahat,” ucap Ezhar sopan.
“Baik, Den. Saya permisi dulu.” Mbok Rati pun segera pergi dari kamar Ezhar.
Ezhar merebahkan tubuhnya di ranjang super empuk itu. Ia mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi.
Bersambung ....

Comentário do Livro (314)

  • avatar
    Ony

    kurang memasyarakat

    16d

      0
  • avatar
    MashidayahNurul

    suka bestnya

    21d

      0
  • avatar
    Jemmy Khan

    lanjut

    29d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes