logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 2 - Titah Bunda

Starla menepuk sofa, mengisyaratkan Sean untuk duduk di sampingnya. Sean yang mengerti isyarat Bunda langsung duduk.
“Kenapa kamu kemarin batalin rencana melamar Alisha, bukanya kamu janji akan menikah lagi, kenapa malah begini?! Belum siap lagi!?” Starla kesal sekali dengan anak sulungnya ini, masih teringat jelas minggu kemarin Sean mengatakan setuju untuk menikah lagi dan akan segera melamar Alisha, kenapa sekarang malah main batalkan saja.
Sean mengangguk membenarkan ucapan sang Bunda. "Sean belum siap, sabar, Bun. Sean pasti menikah lagi, tapi nggak sekarang. Tunggu Sean siap.”
Tapi Sean tidak tahu kapan akan siap, Lily selamanya tidak akan terganti.
“Sabar your head! Sean Prasaja asal kamu tahu ini tahun ke 3 kurang sabar apalagi Bunda?"
"Coba sabar sedikit lagi, Bun."
"Sedikit lagi, gundulmu," geram Starla. "Nggak suka betul Bunda sama sifat kamu yang satu ini, ganteng doang tapi gagal move on!"
Sean melebarkan matanya. "Lily tidak akan pernah Sean lupakan, Bun."
"Siapa sih yang suruh kamu lupain Lily?" Starla bertanya. "Perasaan nggak ada, ngadi-ngadi kamu!"
Lah tadi suruh Sean move on. "Bun..."
"Sean Prasaja anak Bunda yang paling ganteng, gini yaa. Bunda nyuruh kamu move on biar bisa lanjutin kehidupan kamu, kamu butuh pendamping Rey juga butuh Ibu, apa kamu nggak mikirin gimana kedepannya?"
"Itu bisa nanti, Bun. Sean masih bisa jaga, ada babysitter juga."
"Nanti sampai kapan? Sun gokong aja udah nemuin kitab suci, kamu kapan nemuin pendamping hidup? Cukup sudah ya, kamu memepermalukan Bunda dan Ayah dengan penolakan-penolakan sepihak! Kali ini Bunda nggak menerima penolakkan! Kamu harus mau! Ayah juga setuju kok dengan Bunda,” ketus Starla, dia menghela napas panjang setelahnya.
Sean melongo mendengar ucapan Bunda Starla. “Pasti Ayah setuju Bun, kalau Bunda udah nentuin sesuatu,” Sean berucap lirih.
“Itu kamu tahu, kenapa nggak nurut sama Bunda?"
“Sean lagi banyak kerjaan Bun, Bunda tidur yaa ini sudah malam kita lanjut biacarain ini besok,” ucap Sean setenang mungkin. Matanya melirik pigura pernikahanya dengan mendiang Lily.
'Ly, mencintai kamu sangat mudah, mengapa untuk melupakan kamu... terasa sangat sulit?
Sean juga mempikirkan Rey, benar kata Bundanya Reynand juga perlu kasih sayang Ibu. Tapi... Bayang-bayang Lily masih sangat terasa.  Jika dia menikah lagi, Sean takut menyakiti perasaan Lily. Sean merasa telah mengkhianati Lily.
“Sean, kali ini Bunda beneran nggak menerima penolakan. Sudah nggak terhitung kamu menolak ketika Bunda akan menjodohkan dengan anak sahabat Bunda. Kali ini kamu menolak Bunda coret dari kartu keluarga!" Starla serius dengan ucapannya. Matanya melotot guna menggertak putra tunggalnya itu.
"Sean memang sudah nggak satu KK sama Bunda."
"Sean..."
“Bunda serius, Sean. Sekali lagi kamu menolak. Buda sunat lagi sampai habis."
"Teganya Bunda."
"Tegalah, kamu juga nggak kasihan sama Rey."
"Oke, Bun. Kali ini siapa yang Bunda sodorkan?"
"Kamu setuju?"
Reflek Sean menggelengkan kepalanya.
"Nggak setuju?!"
"Eh? Sean setuju, Bun."
"Bagus. Alhamdulillah ya Allah." wajah Starla cerah seketika.
“Namanya Vanessa dia masih menempuh pendidikan."
“Smester beberapa, Bun? Kuliah dimana dia?”
Pertanyaan beruntun Sean dijawab dengan senyuman manis khas Starla Prasaja. “Masih kelas 3 SMA, sebentar lagi lulus kok. Ujian kan 2 bulan lagi.”
Sean yang tadinya bersandar di sofa, langsung duduk tegak apa kata Bundanya? Kelas 3 SMA yang benar saja! Dia mau dinikahkan dengan anak di bawah umur?
“Bercanda, Bun?”
“Siapa yang bercanda Sean, memangnya kenapa kalau dia masih sekolah?”
“Masih pelajar Bun, setahu Sean pelajar itu tugasnya sekolah. Bukan mengurus rumah tangga.”
Sean tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bundanya. Anak kelas 3 SMA yang mau Bundanya kenalkan? Dengan wanita  seumuranya saja Sean masih berfikir ribuan kali, apa lagi kali ini?
“Vanessa Sanjaya, anak bungsu dari dua bersaudara, sapaan akrabnya Sasa, kelas 12 jurusan IPA. Sekarang sudah semester akhir sebentar lagi akan lulus dan kamu harus tahu, Sean! Sasa sekolah di SMA Mentari, Yayasan milik keluarga kita ini fotonya,” jelas Starla antusia seraya menujukan foto wanita cantik di layar ponselnya.
Sean diam saja, matanya melihat foto perempuan belasan tahun yang Sean tahu namanya Vanessa.
'Cantik' batin Sean. Tapi ada satu hal yang mengganjal, dia masih sekolah bahkan belum lulus pula, masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bunda dan orang tua Vanessa. Kenapa mereka menjodohkan nya dengan peremuan itu?
"Terpesona.. aku terpesona...., memandang wajah mu... yang manis,” Starla bersenandung riang, tawa perempuan paruh baya itu mengudara melihat Sean tidak berkutik hanya dengan melihat foto Vanessa. Cantik kan tong, mau ya kali ini!
Sean tergagap, buru-buru mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Bundanya salah tangkap dia tidak terpesona, namun sedang memikirkan kemungkinan yang terjadi kedepanya. Mengingat dia akan menikah dengan anak sekolahan, yang pastinya di bawah umur. Karena Strala Prasaja kali ini mulai mengancam.
“Orang tuanya gimana Bun? Memangnya mereka setuju Vanessa menikah di usia muda?”
“Setuju Sean!” Starla berseru. "Kalau nggak ngapain Bunda kenalin kamu ke Vanessa? Memangnya kenapa kalau menikah di usia muda? Bukanya menikah di usia muda malah bagus, ya? Menghindari zina dan fitnah. Kalau halal kan mau ngapain aja boleh, malah dapat pahala. Dan kamu nggak perlu takut tentang sekolah Vanessa, dia sekolah di Yayasan milik keluarga kita. 2 bulan lagi lulus, jadi nggak ada masalah kalau kalian menikah.”
“Me-menikah, Bun?” Astaga. Terkejut? Tentu saja. Ini terlalu cepat, tadi Bundanya bilang cuman kenalan!
Starla mengangguk mantap. “Iya kamu akan menikah dengan Vanessa. Secepatnya!”
“Bunda jagan terlalu cepat, kita bahkan belum kenal,” ucap Sean hati-hati. Takut membuat Bundanya marah lagi.
“Kenapa memangnya? Bukanya lebih cepat, lebih baik?”
Sean terdiam. Ia harus memilih kata yang tepat untuk menolak halus permintaan Bundanya.
Diamnya Sean membuat Starla menarik kesimpulan, Sean masih belum bisa melupakan Lily.
“Sean...” Starla memanggil lembut. “Mencintai sewajarnya saja, jangan berlebihan coba kamu pikirin Rey, jangan ego kamu yang di turutin terus, dia butuh Ibu.”
“Bun, sulit bagi Sean untuk melupakan bayang-bayang Lily.. rasanya Sean seperti mengkhianati Lily.”
“Sean belum mencoba sudah bilang sulit?” Starla tersenyum.
“Segala hal jika melibatkan Tuhan akan mudah menjalaninya. Termasuk mengikhlaskan orang yang kita sayang. Langkah awal coba ikhlasin Lily, Bunda nggak minta kamu buat melupakan, tapi tolong ikhlaskan kepergianya, Sean.”
Sean mengusap wajahnya kasar. Apa yang di katakan Bunda ada benarnya. Selama ini Sean selalu teringat Lily, sulit rasanya untuk melepas kepergianya yang mendadak, Sean lalai dia gagal melindungi Lily.
“Dan tentang Vanessa, Bunda yakin dia perempuan yang baik. Keluargnya juga setuju menikahkan Vanessa di usia muda.”
Sepertinya Bunda sudah mempikirkan segala kemungkinan untuk kedepanya, mungkim kali ini akan mencoba menuruti permintaan Bunda. Bukan hanya untuk dirinya tapi untuk Rey—anaknya.
* * *
Bab 2 Married with cold man sudah update!
Sean mau coba kenalan sama Vanessa nih, kira-kira bab depan ada apa yaa?
Hope you guys like it, sama kisah Vanessa dan Sean.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komentar yaa.
See yaa di bab depan.
Salam sayang, Aya Sovia.
Follow Instagram : @fellicyamahendra

Comentário do Livro (68)

  • avatar
    SaadahNursaadah

    masih penasaran dengan cinta Sean dan Vanessa....apalagi kalo LG dikamar...PGN ada season berikutnya...yg lebih romantis lagi...Karna sy sgt suka novel percintaan...

    21d

      0
  • avatar
    DeliaFahira

    aku sudah menjawab semua yang di sini dan aku bisa menjawab

    03/08

      0
  • avatar
    Sriyanti Andes

    aku suka yo membaca

    28/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes