logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 2

Bab 2
"Selamat sore, Ustadz Danu!" Suara kekompakan, anak didik seorang pria sederhana yang kerap di sapa Danu.
Danu Sabri, dia bukan siapa-siapa, kehidupannya sangat-sangat sederhana. Dia tidak terlahir dari keluarga yang kaya, akan tetapi kehidupannya jauh lebih berwarna. Bukan dunia yang dia kejar, melainkan ridho dari sang pencipta.
Setumpuk dan sebanyak apapun harta yang dikumpulkan, bisa hilang dan lenyap kapan saja. Namun, ilmu dan adab, mereka kekal. Abadi dalam jiwa. Sejak dini, Danu memang tidak pernah pengenal siapa ayahnya. Dia juga tidak pernah bertemu dengan lelaki itu.
Ia tinggal hanya dengan ibunda tercinta. Danu adalah satu-satunya harta yang dimiliki oleh sang ibu. Aminah, ya, dia adalah anak Aminah.
Usianya sendiri sudah bisa dibilang dewasa, sudah layak untuk menjalin sebuah kehidupan rumah tangga. Akan tetapi Danu belum juga ada niatan untuk menikah. Lebih tepatnya dia percaya bahwa Tuhan belum mengirimkan jodoh untuknya.
Bukan tidak ingin mencari, tetapi, Danu selalu berdoa agar jodoh yang datang tepat pada waktu yang ditakdirkan oleh Tuhan untuknya.
Danu yakin, rencana sang pencipta jauh lebih indah ketimbang rencana manusia. Beruntung sang ibu tidak pernah menuntut Danu untuk segera menikah. Wanita itu pun sadar jodoh, Pati, rejeki dan juga kelahiran adalah rahasia alam.
"Selamat sore anak-anak. Belajar lagi di rumah, ya. Hati-hati di jalan," titah Danu. Satu persatu dari mereka mencium punggung tangan Danu.
Senyum terkembang di wajah lelaki berusia tiga puluh tahun tersebut. Membagikan ilmu pada mereka yang belum beruntung adalah kesehariannya. Lebih tepatnya ketika senja menyingsing tiba.
Bahkan lelaki itu tidak menarik biaya apapun. Jika tidur saja terkadang mereka bingung, lalu apa yang bisa dia ambil dari mereka? Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak jalanan. Anak-anak terlantar yang mengalami banyak musibah diusia dini.
Kini berkat laporan dari Danu, semua bocah itu bisa tinggal di panti asuhan. Setidaknya tidak akan kepanasan dan kehujanan. Makan dengan teratur dan semua biaya itu ditanggung oleh pemerintahan setempat. Selain itu para dermawan yang menyumbangkan sebagian harta mereka.
Termasuk Danu, siang hari dia bekerja sebagai salesman, berkeliling kota dengan mobil box. Mengantar pesanan dan mencari pelanggan baru.
Kemudian memberikan sebagian dari gajinya untuk mereka yang tinggal di panti.
Bangunan kecil yang ada di sebelah rumahnya. Bisa dibilang gazebo, di sanalah Danu mengajar. Memberikan segala ilmu yang dibutuhkan oleh anak-anak itu, baik pengetahuan umum dan juga keagamaan.
Danu turun dari gazebo tersebut dan berjalan menuju rumahnya. Ini sudah waktunya untuk sang ibu makan, ia adalah lelaki yang sangat menyayangi wanita terlebih sang ibu. Danu membuka pintu dan berjalan ke kamar sang bunda.
"Bu, bagaimana kondisi, ibu?" lirihnya. Begitu tiba di kamar milik Aminah. Ia duduk di bibir ranjang yang sempit. Danu membantu sang ibu bangkit. Aminah sudah sangat renta, usiannya hampir mencapai enam puluh tahun. Danu bahagia, karena dia masih diberikan kesempatan untuk merawat sang ibu, hingga sejauh ini.
berbakti pada wanita itu, hingga mencapai ridho dan mendapatkan surganya kelak, di mana surga lelaki tetaplah pada sang ibu. Maka, itulah mencari wanita sebagai pendamping hidup juga harus mempertimbangkan kepribadian gadis tersebut.
"Baik, Nak. mereka sudah pulang? kamu sudah makan?" Danu mengangguk, dia memberikan vitamin untuk ibunya dan disusul degan mengulurkan segelas air untuk wanita yang sangat berharga dalam hidup Danu.
"Sudah, Bu. Danu panaskan sayurnya dulu, ya. Setelah itu ibu makan, dan kita shalat bersama," ujar Danu. Ia mencium kening sang ibu, dan kembali membantu membaringkannya.
Danu keluar dari kamar sang ibu, menuju dapur, sesuai dengan apa yang dia katakan. Ia memanaskan sayur, mengambil nasi dan menuang ayam kecap yang telah hangat ke atas nasi. Membawa segelas air dan juga satu piring makanan untuk Aminah.
Ia kembali ke kamar. Menyuapi sang ibu, dengan hati-hati, telaten dan penuh kasih sayang. Usai, itu keduanya menjalankan kewajibannya sebagai hamba. Mengucapkan rasa syukur atas nikmat hari ini dengan menjalankan kewajiban, yang sesungguhnya itu adalah kebutuhan setiap insan.
*
Di sisi lain, Artha, gadis itu menikmati musik yang berdentum dengan kencang. Lampu yang berwarna-warni menari-nari diatas kepalanya. Berjoget dengan asik. Tidak peduli pada orang disekitarnya. Artha hanya ingin menikmati harinya.
"Kamu sendirian?!" teriak seorang pria yang mendekati Artha. Bau menyengat dari napas keduanya jelas tercium bahwa mereka baru saja meneguk alkohol.
Artha benar-benar alkoholik. Setiap apa yang dia rasakan entah bahagia atau pun pedih, dia selalu mengikutcampurkan alkohol kedalam kehidupannya. Sangat jauh berbeda dengan Danu yang setiap dalam masalah dan kebahagiannya selalu membawa Tuhan dalam setiap perasaan dan situasi yang dihadapi.
Artha mengangguk. Tanpa ragu, gadis itu mengalungkan tangannya pada leher pria itu.
"Ya, aku sendiri. Kamu mau menemaniku?" tawar Artha.
Seringai menggoda terlihat di wajah pria itu. Dia membalas merengkuh tubuh Artha. Membawanya mendekati dirinya. Memegang pinggang Artha. Mereka menari dengan erotis. Seakan lantai dansa itu hanya milik keduanya.
Kian malam, musik semakin seru dan membangkitkan jiwa-jiwa yang butuh pelampiasan. Membawa mereka dalam kedamaian malam yang ditemani dengan lantunan DJ yang memekik telinga.
Di rumah Danu, pria itu tengah mengadu nasib. Mengadukan segala kegundahan hatinya. Mengadukan pada sang pemilik malam. Di mana ia selalu berserah diri pada apa yang telah digariskan olehNya.
Kembali pada Artha. Gadis itu sudah menyingkir dari riuhnya ruangan yang dipenuhi banyak anak manusia dengan berbagai karakter. Kini ia tengah menikmati setiap sentuhan lelaki yang baru dia jumpai tadi.
Mereka meraih sebuah keindahan dunia yang hanya bersifat semu. Sedangkan penyesalan dan juga dosa terus mengalir di setiap tetes darah mereka. Bercampur dalam setiap embusan napas yang mereka hirup.
Kenikmatan yang tidak seharusnya direngkuh saat itu yang mana keduanya bukanlah pasangan halal.
Artha kembali melewati malam dengan kepedihan yang nyata. Seharusnya itu tidak pernah terjadi dia bisa mendapatkan perhatian, kasih sayang dan juga kebersamaan dari keluarga.
Artha hanya butuh teman. Dia telah jauh dari kehidupan normal selama usia remajanya. Hingga kini menjadi sebuah kebiasaan. Peradaban barat yang dia bawa dalam kehidupan yang tidak seharusnya hadir di tempatnya saat ini.
Ketika ia terbangun, Artha akan kembali menatap dirinya dan mengguyur tubuhnya dalam air yang mengalir. Merasa bosan dengan dirinya. Akan tetapi dihari selanjutnya dia kembali melakukan kesalahan yang sama.
Seperti sebuah roda yang berputar tanpa henti, dan selalu naik dan turun seperti bianglala di wahana pasar malam. Sebelum petugas menekan tombol berhenti maka bianglala akan tetap beroperasi.
Begitupun dengan Artha, jika Tuhan belum bertindak maka, dia akan tetap melakukannya lagi dan lagi, sampai sang penguasa ikut andil dalam kehidupan gadis itu.
*
Sinar matahari yang mulai meretak, muncul kepermukaan Pertiwi. Danu, pria itu sudah mulai bersiap untuk menjemput rejeki yang sudah disiapkan untuk keluarganya hari ini. Sebelum itu, dia telah menyiapkan segala keperluan sang ibu.
Pria itu menyiapkan makanan di atas nakas yang ada di dekat tempat tidur sang ibu. Mengingatkan secara terus menerus agar Aminah tidak melupakan vitaminnya.
Anak yang cerewet, tetapi Aminah sangat menyukainya. Wanita usia senja itu sangat bersyukur memiliki anak lelaki yang begitu memiliki kasih sayang yang besar. Memiliki hati yang baik.
"Danu, berangkat, Bu. Jangan lupa telepon Danu, kalau ada apa-apa, ya."
Aminah mengangguk, pria itu mencium punggung tangan sang ibu. Kemudian mencium kening ibunda. Pergi tanpa lupa mengucapkan doa dalam hatinya sebelum keluar dari ambang pintu rumahnya.
Meminta pada Tuhan sang pemilik alam, agar selalu dimudahkan dalam setiap urusannya dan juga dilindungi dari orang-orang yang dzalim.

Comentário do Livro (120)

  • avatar
    KurmanOla

    menurtsya novel ini sangat baik dan bagus untuk dibaca Karen mengandung makna pesan dan menarik di baca ini sangat baik untuk pada muda mudi yang akan datang sebagai hal pelajaran dalam keseharian

    27/06/2022

      0
  • avatar
    AnindyaKayla

    kikkkkkkkkkkkkkkkkk

    2h

      0
  • avatar
    LUNB1L_13

    oke

    26d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes