logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

I JUST WANNA BE FINE

I JUST WANNA BE FINE

Bilqisth Alyaqut


1. Perkenalan

Ririy sudah bangun dari tidurnya tadi jam 4 subuh. Namun ia kembali keranjangnya untuk tidur kembali setelah menunaikan sholat subuh sampai ia menerima pesan dari Rian. Rian memberitahu pada Ririy agar ia segera bersiap untuk pergi kekampus.
Seorang pria menyandarkan punggungnya ketembok, lalu menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan berat. 45 menit ia sudah menunggu Ririy di ruang tamu, sahabat sedari kecilnya untuk pergi ke kampus bersama. Rian tak tahu, ritual apa yang dilakukan oleh Ririy sampai membuatnya menunggu begitu lama.
Rian memainkan kunci sepeda motor ditangannya, namun pandangannya kearah pintu luar yang memperlihatkan halaman luas.
"Sorry ya kak, udah nungguin lama ya?" ucap seorang gadis yang memakai baju biru dengan setelan celana panjang berwarna hitam. Ia menggantungkan tas slempang berwarna krem dipundaknya.
"Bagaikan setahun!" jawab Rian sedikit kesal lalu keluar menuju halaman rumah Ririy dan diikuti oleh Ririy yang masih tersenyum kotak atas jawaban Rian tadi.
"Jangan deket deket dan pegangan belakang!" Rian memperingati Ririy saat ia memberikan helm padanya. Ririy tersenyum miring.
"Iyuuuh sejak kapan aku pegangan kakak?" katanya kesal lalu menaiki sepeda motor.
Ririy adalah junior Rian dikampusnya. Mereka terbiasa pergi dan pulang bersama karna rumah mereka bersebelahan.
°°°°
"Enak banget ya, bisa bareng kakak cakep tiap hari," ucap Agustine sahabat Ririy dikampus. Agustine mamang menyukai Rian dan selalu menanyakan tentangnya.
Ririy menoleh kearah Agustine. "Iiih cakep dari mana coba?" katanya sambil mengekspresikan kegelian.
Agustine memutar bola mata. "Selain kamu, siapa si yang bilang dia nggak cakep? Hidungnya mancung, alisnya tebal, kulitnya sawo matang. Macho deh," mata Agustine membayangkan sosok Rian. Seolah olah ia sedang ada dihadapannya dan Agustine memujanya.
"Iya dia cakep, tapi kak Rian ngeselin tau! Dia bukan tipe aku, sama sekali," kata Ririy menjelaskan.
"Terus tipe kamu seperti apa?" Agustine menyangga tangannya pada kedua pipinya dan menatap sahabatnya berbinar.
"Em..." Ririy berfikir. Tepat waktu!. Seorang pria dengan gaya dingin dan casualnya memasuki ruangan. Ia memakai kemeja kotak kotak berwarna hitam putih yang kedua lengannya digulung sampai siku. Kulitnya putih pucat. Dengan wajah yang sangat tampan juga bibirnya yang tipis berwarna merah muda. Rambutnya disisir dengan rapi. Tubuhnya tinggi dan berotot. Seluruh aspek dari tubuh pria itu sangat indah.
Ririy memandang untuk beberapa detik pria itu. Pria itu sama sekali tak berkespresi.
Setelah ia meletakkan tasnya, pria itu kembali beranjak meninggalkan ruangan.
"Steven?" Agustine mengerutkan alisnya. Ririy sedikit terperanjat, lalu mengulaskan senyunan tipis.
Yah, memang ia menyukai Steven yang cuek dan dingin dengan otaknya yang cerdas. Namun ia tak yakin bahwa suatu hari nanti Steven akan menyukainya. Sebab sifat mereka berlawanan. Ririy bukanlah gadis pintar, ia juga bukan gadis yang cantik seperti Agustine. Ah bahkan Ririy tak yakin ada seorang laki laki yang akan menyukainya karna ia memiliki penyakit epilepsi yang sering kambuh di waktu waktu yang tak ia inginkan. Ririy tahu, ia tak memiliki keistimewaan pada diirnya. Ia malah pernah mendengar seseorang mengatakannya kalau ia adalah orang yang cacat
Ririy menghela nafas ringan. Tatapannya terlihat sedih namun masih tersenyum. "Halu kalii, tidak laah."
"Eh dulu aku juga sempet suka sama gaya coolnya tapi lama kelamaan kok jadi dia seperti tidak respect, jadi hilang deh rasaku. Beda sama kak rian yang enak diajak ngobrol, lucu, perhatian hmmm pokoknya idaman deh." Agustine mulai melamun lagi. Ririy tersenyum kecut.
"Mulai deh," kesal Ririy, Agustine hanya tersenyum cengengesan.
"Eh iya jadi seperti apa tipemu?" tanya Agustine kembali.
"Daripada ngomongin tipeku seperti apa, aku lebih memperhatikan seorang laki laki yang mau menerimaku apa adanya, memang ada yang mau denganku?" kata Ririy, suaranya memelan.
Agustine menatap mata Ririy sayu, ia sangat tahu apa yang sedang ditakutkan oleh sahabatnya. Ia sudah mengenal Ririy selama 4 tahun dari sejak Riry duduk di kelas 2 SMA. Ia memiliki banyak phobia yang membuat penyakit epilepsinya kambuh. Dan Agustine masih ingat sekali, dimana ketika mereka masih menduduki bangku SMA. Tatkala sekolah mengadakan acara besar besaran pada malam hari. Sinar cahaya lampu meriah begitu kuatnya dengan dekorasi beberapa pola yang semakin membuat Ririy merasakan gempa sendiri. Ia berusaha mengendalikan konsentrasinya, namun Ririy tak bisa mengontrol dirinya. Akhirnya penyakit epilepsinya kambuh.
Itu adalah momen terburuk yang pernah Ririy miliki. Saat dimana ia kambuh dan dilihat banyak orang. Ia begitu amat malu dan ingin sekali hilang ingatan agar ia tak akan pernah teringat moment itu kembali.
"Percaya padaku Riy, kamu itu keren sekali! Pasti banyak yang mengantri untuk merebutkanmu! Lihat aku yang kucel beginipun masih ada yang mau, apalagi kamu yang cantik," hibur Agustine. Padahal Ririy sendiri tahu kalau ia tidak lebih cantik dari Agustine sahabatnya.
"Kamu saja kali yang bilang aku cantik." kata Ririy tersenyum dengan menyipitkan kedua matanya.
"Eh kamu tidak tahu ya gosipan cewek cewek tentangmu?"
"Mereka menggosip apa?" alis Ririy sedikit mengkerut. Agustine tersenyum menyeringai.
"Adadeh, kalau aku kasih tau, kamu pasti besar kepala." katanya lalu membuka bukunya.
Tak beberapa lama kemudian para mahasiswa dan mahasiswi sudah berkumpul diruangan itu. Lalu masuklah seorang dosen dan mulai mengajar.
Ririy dan Agustine makan siang di kantin pada jam istirahat mereka. Ririy membawa bekal roti panggang dengan daging ayam fillet yang dibuat oleh ibunya. Sedang Agustine membeli soto di kantin kampus.
Disela sela itu Rian datang dan menimbrung dimeja meraka. Agustine terbelalak terkejut ia merasa senang tapi juga gugup. Namun ia bisa mengendalikan dirirnya.
"Hey ngapain disini, meja ini khusus perempuan tau!" kata Ririy kesal.
"Bentar ah, pelit banget si," kata Rian langsung duduk dan mulai memakan makanan siangnya. Ririy mendengus kesal namun melanjutkan makannya.
"Kan enak rame riy," sahut Agustine, dalam hatinya ia sangat girang karna bisa satu meja dengan Rian.
Seorang wanita cantik dengan gaya elegannya mendekat kearah meja mereka. Rambutnya lurus panjang. Setiap langkahnya begitu anggun, ia tersenyum mempesona bak seroang putri. Wajahnya begitu amat cantik. Ririy bahkan sampai tak percaya kalau ia akan mendekat kearah meja mereka. Pasalnya ia adalah Arabel, si primadona kampus yang cantik jelita, senior Ririy. Arabel satu kelas dengan Rian.
"Boleh gabung?" tanya Arabel. Ririy masih melongo tak percaya. Namun Agustine terlihat tidak suka dengan kedatangannya.
"Iya silahkan kak," jawab Ririy sambil tersenyum. Arabel membalas senyumannya dengan senyuman yang indah bak mawar yang merekah begitu eloknya.
"Ian, pelajaran yang hari ini aku kurang faham boleh bantu aku belajar? Aku bisa kok datang kerumahmu atau janjian kita di cafe?" tanya Arabel setelah meletakkan makan siangnya dimeja. Rian menganggunk, ia memang terkenal paling pintar dikelasnya.
"Kerumahku saja bagaimana? karna aku harus menjaga Adikku Tiara. Papa sama mama keluar kota hari ini." jawab Rian.
Jujur Ririy sedikit tak suka dengan percakapan ini setelah ia menoleh Agustine. Mimik wajah sahabatnya itu terlihat sedih meski ditutupi oleh senyumannya. Entahlah Ririy ikut sedih dibuatnya. Tiba tiba rasa tersanjung akan kedatangan Arabel dimejanya hilang dan digantikan oleh fikiran
'kapan dia beranjak dari meja ini? Jangan sampai dia suka dengan kak Rian, dan kak Rian suka dengannya. Tapi kak Arabel cantik sekali' Ririy pusing dibuatnya.
"Ok kalau begitu." kata Arabel lembut dan mulai memakan hidangan makan siangnya dengan cara yang begitu anggun. Arabel mengunyah dengan pelan, ia memastikan makanannya terkunyah sempurna disetiap suapannya. Ririy melihat seklias kearahnya. Ririy dapat merasakan aura seorang tuan putri dalam diri arabel bahkan hanya dengan melihatnya makan. Ririy merasa lucu akan dirinya yang berfikir dengan craa makan Arabel ia takut jika Rian akan jatuh hati dengan Arabel. Bagi Ririy memang Agustine adalah bagian dari hidupnya

Comentário do Livro (28)

  • avatar
    Yohanes panda Baso

    Gilla bagus sekali cerita nya makasih

    22d

      0
  • avatar
    Rifal Rifal

    keren banget

    25/06

      0
  • avatar
    MeiCahyaning

    bgs

    17/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes