logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 4. Brian Pradana

Bab 4. Brian Pradana
Sehari sebelum acara pernikahan yang terjadi antara Ahmad dan Mona, Tepatnya di apartemen Brian, terlihat jika pria pemilik apartemen itu sedang gundah gulana memikirkan masalah yang sedang dihadapinya. Masalah yang cukup rumit dan juga pelik, hingga membuatnya sangat stres dibuatnya.
"Si*l, kenapa si Mona bisa hamil sih!" ucap Brian gusar sebari meremas kasar rambutnya.
Dia merasa kesal kepada dirinya, kenapa sang kekasih hati bisa hamil di saat dia belum siap untuk menjalani semuanya. Padahal selama ini dia yang sering melakukan hubungan yang layaknya seperti suami istri dengan banyak wanita, dan mereka tidak ada yang hamil karena hal itu.
"Aku belum siap jadi ayah, kenapa juga aku harus menikahi dia?" imbuhnya lagi mulai emosi.
Bagaimana tidak, dia baru saja menjalin hubungan dengan Mona beberapa bulan belakangan. Dan tiba-tiba dia berani melakukan hal lebih kepada gadis itu, dan kini membuatnya terjebak dalam masalah ini.
Brian merasa kesal, bagaimana mungkin Mona bisa hamil. Padahal dia baru melakukannya sekali saja dengan Mona, dan sekarang saat dia diminta untuk bertanggung jawab menikahi Mona, dia merasa belum siap dan tidak sanggup jika membayangkan akan menjadi ayah dari seorang anak.
"Sayang!" seru Mariska begitu membuka pintu kamar apartemen Brian yang sudah dia hafal kata sandi dan memiliki kuncinya.
Namun Brian tak melihat ke arah Mariska sama sekali, dia tidak tertarik untuk berinteraksi dengan gadis itu. Meski Mariska juga sering mengisi hari-harinya dengan kesenangan yang memabukkan serta melenakannya.
Mariska yang tiba-tiba datang pun segera mendekat ke arah Brian, dan mulai menyandarkan kepalanya kepada bahu Brian dengan mesra.
"Kamu kenapa? Kok gelisah gitu?" tanya Mariska melihat kekasih sahabatnya nampak gusar.
Ya, Mariska adalah sahabat Mona. Sedangkan Brian adalah kekasih Mona, dan mereka sedang bermain api di belakang Mona. Mariska menggoda Brian dengan bujuk rayu, agar mau bersamanya. Juga agar kebutuhan finansialnya terpenuhi, jadi Brian adalah ladang uang bagi Mariska, walau dia harus menjatuhkan harga dirinya di depan lelaki yang kurang kasih sayang itu.
"Mona hamil Ris, dan aku di minta untuk bertanggung jawab. Tapi aku belum siap jadi orang tua! Mengurus diri sendiri saja masih ribet, apalagi ngurus anak!" terang Brian kemudian 
"HAMIL! Kok Mona nggak cerita ke aku ya? Padahal sempat aku curiga saat badannya sedikit berisi, tapi saat ku tanya dia bilang karena nafsu makannya yang akhir-akhir ini meningkat!" ucap Mariska terkejut.
Dia tidak menyangka jika Mona hamil dengan Brian, karena yang ia tahu Mona adalah gadis baik-baik yang selalu bisa menjaga dirinya, dan sangat berbanding terbalik dengan dirinya.
"Mana aku tahu, tiba-tiba dia bawa alat tes kehamilan dengan dua garis merah padaku pada hati itu!" jelas Brian dengan kesal.
"Apa kamu yakin, jika bayi yang dikandung Mona adalah anak kamu? Lantas sekarang, apa yang akan kamu lakukan Brian?" tanya Mariska menimpali.
Mariska mulai mempengaruhi pikiran Brian agar tidak percaya begitu saja dengan kabar kehamilan Mona, agar Brian berpikir jika bayi hang dikandung Mona bukanlah bayi dari hasil hubungan Brian dengan Mona.
"Aku nggak tahu, aku bingung. Apa jadinya nanti kalau Oma tahu aku menghamili anak orang," imbuh Brian gusar.
Brian takut jika sampai neneknya tahu semua perbuatannya yang telah menghamili anak orang, dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi dan emosi Omanya itu jika sampai tahu.
"Jangan sampai Oma kamu tahu lah Brian!" sahut Mariska menimpali.
Dalam benak Mariska sesungguhnya, dia merasa takut jika Brian jadi menikahi Mona dan itu akan mempengaruhi pemasukannya atau bahkan dia tidak akan pernah mendapatkan sepeserpun uang dari Brian jika seandainya Mona dan Brian menikah. Itulah yang menjadi ketakutan terbesar bagi seorang Mariska.
Sementara Brian, dalam hidupnya yang dimiliki di dunia ini hanyalah Oma nya, dan dia takut akan mengecewakan neneknya itu. Brian Pradana adalah cucu pemilik pusat perbelanjaan terbesar di kota X, dia dibesarkan tanpa kasih sayang orang tua. Sebab kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dan hanya Omanya lah keluarga satu-satunya yang di milikinya. Dan karenanya, dia sangat di manjakan dengan segala fasilitas yang di miliki Omanya itu.
Jadilah pribadi Brian yang seenaknya, kasar, sombong, dan menggampangkan semua hal karena dia punya banyak uang. Tak jarang orang berteman dengannya karena uang, karena Brian tak segan memberi uang berapapun dengan sedikit sanjungan kepadanya.
Tak terkecuali Mariska, Brian bagaikan ATM berjalan baginya untuk memenuhi segala kebutuhannya. Meskipun dia tahu Brian kekasih Mona, sahabatnya. Dan Mariska tidak peduli akan hal itu, selama Brian memberikan jatah uang yang lancar kepadanya.
"Bisakah aku seperti itu?" ucap Brian gamang.
"Harus bisa, daripada nanti Oma kamu marah. Dan kamu jangan datang ke pernikahan yang telah kalian rencanakan, tinggalkan saja Mona!" tukas Mariska kemudian.
Mariska berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah dan mempengaruhi Brian agar meninggalkan Mona. Dia tidak peduli lagi dengan nasib sahabatnya itu. Mariska bagaikan pagar makan tanaman, sahabat yang menusuk Mona dari belakang, meski Mona masih belum mengetahui tentang semua kebusukan Mariska, juga hubungan diantara Brian dan Mariska.
"Semoga Brian mendengarkan ucapanku!" batin Mariska dengan senyum menyeringai.
Brian hanya diam dan tidak menjawab pada malam itu, dia mencoba melupakan semuanya dengan tidur meski dia tidak dapat memejamkan matanya, karena masih memikirkan Mona.
Namun keesokan harinya, Brian benar-benar tidak datang ke acara pernikahannya dengan Mona, dia memutuskan untuk meninggalkan wanita yang mengandung buah hatinya itu, dan semua itu karena hasutan dari Mariska.
Sementara Mariska merasa puas dengan usahanya yang telah berhasil memisahkan Brian dan Mona untuk selamanya, setidaknya itu yang menjadi harapannya.
Hingga Mariska mendapatkan kabar pernikahan Mona yang tetap berlangsung tanpa hadirnya Brian, dan Mona menikah dengan pria lain. Hal itu membuat Mariska merasa di atas awan, karena sebentar lagi dia akan bisa menguasai Brian sepenuhnya.
**
Sementara itu rutinitas pagi di kediaman Permana, sehari setelah acara akad nikah itu berlangsung. Suasana masih hening, belum ada aktivitas di dapur rumah itu. Karena semua asisten rumah tangga di berhentikan oleh sang pemilik rumah, sejak mengetahui putri dari rumah itu berbadan dua.
Sementara itu Ahmad sudah mulai bersiap untuk pergi ke kantor, dia sudah rapi dengan setelan kemeja abu dan jas hitam. Sementara Mona masih ada di kamar mandi karena hari ini dia ingin mengecek pabrik tekstil tempat dia memproduksi baju hasil desainnya jadi dia pun bersiap-siap untuk pergi bekerja.
"Mona ...! Ahmad ...!"
*** 

Comentário do Livro (262)

  • avatar
    ArifinMuhammad Ichsan

    👍good

    17h

      0
  • avatar
    NadhifiantoRaakan

    bagus novelah

    5d

      0
  • avatar
    MUTIARESKYMUTIARESKY

    bagus sekali

    6d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes