logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

6. Ketemu calon mertua.

Sedari tadi, Orion menyangga dagunya dengan kedua tangannya. Cowok itu tengah berpikir sekarang, bagaimana caranya membawa Ghea untuk menemui maminya, sedangkan ia mempunyai nomor telepon gadis itu saja tidak.
Tidak mungkin, langsung ke rumahnya, keluarga Ghea akan curiga jika dirinya tidak tau aktivitas yang dilakukan calon istrinya.
Orion menatap jam tangan bewarna silver miliknya, seharusnya. Ini sudah memasuki jam pulang kuliah, tapi apakah gadis itu memulai kelas pagi? Atau siang?
Ah, daripada pusing. Sebaiknya ia memastikannya saja sendiri, jika Ghea tidak berada di kampus, pastilah di rumahnya.
Cowok itu segera menyambar kunci mobilnya, lalu segera melesat untuk ke kampus Ghea. Untung tadi malam, sempat bertanya.
"Ghea bukan ya?" gumam Orion, saat netranya menangkap seorang gadis berbaju pink dengan rok pendek yang sedang berjongkok di samping kursi taman seorang diri.
Masuk akal juga sih, taman itu dekat dengan kampus gadis itu.
Tanpa basa-basi lagi, Orion membuka pintu mobilnya, lalu berjalan menghampiri gadis itu, untuk memastikan.
"Say, Aaaah!"
"Meww, ayo dong, mpuss, makan. Badan kamu paling kurus diantara saudara kembar kamu loh."
"Itik itik, hayo geli gak?"
Dasar, ada-ada saja kelakuan gadis ini. Mengajak bicara seorang kucing dan anak-anaknya.
"Ghea," panggil Orion dengan datar. Membuat gadis itu langsung menoleh dengan cepat.
"Loh, kak Orion ngapain di sini?" tanya Ghea yang masih memegang anak kucing kampung berbulu putih dengan mata hijau.
"Lepaskan anak kucing itu, kotor."
Ghea justru tersenyum jahil, lalu mengangkat tinggi anak kucing itu dan mendekatkannya pada Orion yang masih menampilkan wajah lempengnya.
Ia sendiri heran, kok bisa sih. Wajahnya tidak ada ekspresi seperti itu, serem tau.
Dugaannya salah, Ghea kira. Orion itu semacam takut dengan kucing atau alergi, tapi saat dirinya menyodorkan anak kucing ke arahnya, cowok itu justru hanya diam. Tidak terlihat ketakutan.
"Cuci tangan."
"Hm, oke," ucap Ghea. Gadis itu mengembalikan anak kucing pada induknya, lalu mencuci tangannya dengan sisa air mineral yang di bawanya.
"Ada apa, Kak. Ngapain ke sini? Kangen Ghea, ya? gak sabar mau nikahin Ghea,'kan? Hehe."
Candaan yang sangat cringe.
Orion bahkan masih berekspresi datar, cowok itu mengeluarkan tisu basah dari sakunya dan menyodorkannya ke arah Ghea.
"Ikut saya."
"Ke mana? Ke pelaminan? Jangan sekarang dong, Ghea belum siap, belum beli baju, terus belum perawatan badan dan wajah juga. Pliss, satu minggu lagi aja, ya, ya?"
Sepertinya otak Ghea memang tidak waras. Orion saja sampai berdecak dengan kelakuan gadis itu. "Jangan banyak berhalu."
"Gapapa, halu itu gratis."
"Mami saya ingin bertemu sama kamu."
Ghea melotot. "Whatt? Omaygat!! Calon mertua mau ketemu sama Ghea! Haduh, Kak! Kenapa gak bilang sih? Ghea belum mandi, belu—"
Ucapan Ghea langsung terhenti, saat Orion tiba-tiba menarik lengannya. "Ya, kamu mandi dulu lah, siap-siap. Sana pulang, saya akan segera jemput kamu."
"Oh, gitu. Ngomong dong, dari tadi, Ghea panik tau, masih bau asem soalnya, hehe."  Ghea cengengesan, sebelum menjalankan motornya, gadis itu melambaikan tangannya ke arah kucing terlebih dahulu.
Sangat lebay memang.
"Cepat, Ghea!"
"Ah, iya-iya. Otw menemui mertua yeyy!"
Meskipun di luar, Ghea berkata seperti itu dengan riang tanpa beban. Namun, sebenarnya gadis itu sangat grogi dan gugup. Ia takut, maminya Orion itu semacam emak-emak yang galak dan suka menuntut.
Apalagi, Orion sampai tertekan karena maminya yang memaksanya untuk segera menikah.
Serius ini? Dirinya langsung mau menemui keluarga calon suami?
Ghea memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa. Gadis itu langsung mendapati Rita dan Rere yang tengah menonton tv dengan tidak aestetick.
"Babu, ambilin gue camilan, dong!" seru Rere.
"Langsung masak buat makan malam jangan lupa, sebelum papa kamu pulang," sahut Rita sang ibu tiri.
"Husst! Gue mau pergi, ketemu calon mertua! Untuk hari ini, gue dibebas tugaskan! Valid no bacot!" jawab Ghea dengan pelan, lalu gadis itu berlari keluar dari pintu untuk memastikan jika Orion belum sampai ke rumahnya.
Kedua ibu anak itu hendak protes. Namun, buru-buru Ghea mengisyaratkan untuk menutup mulut, sebelum Ghea khilaf dan menyumpalnya dengan kaos kaki yang sekarang tengah ia lepas
"Jangan berisik, bentar lagi calon suami gue mau ke sini. Jangan lupa akting, lo jangan caper ya, Bamer!"
Setelah mengatakan itu, Ghea langsung berlari untuk mandi, diikuti dengan Rere yang juga hendak memakai parfum.
Padahal Ghea sudah bilang untuk tidak caper, tapi yasudah lah, dari pada nanti bau ketek, kan malu-maluin. Dia kan dari pagi belum mandi.
Ghea duduk di depan meja riasnya sembari mengeringkan rambutnya, dengan kecepatan paling tinggi, membuat hidungnya seperti akan terlepas saja.
Setelah kering, ia membiarkan rambutnya terurai begitu saja, tanpa hiasan rambut atau dibuat Curly seperti gaya rambut yang sekarang tengah hits.
Masalahnya, ia tidak begitu paham soal mencatok rambut, meskipun ia memiliki alatnya.
Pernah ia coba, namun rambutnya justru gosong dan menjadi kering.
Gadis dengan rok terusan selutut itu menuruni tangga dengan hati-hati, ia tidak mau mengambil resiko saat kakinya tengah memakai hels.
Ia menyapa Orion, Rere dan Mak lampir dengan manis.
Akting sih akting, tapi tidak gini juga dong, Mak lampir! Masa, Orion datang sebagai calon suami Ghea, namun wanita itu justru mengajaknya berbicara tentang kelebihan-kelebihan Rere yang wanita itu arang sendiri.
"Yasudah, Tante. Saya ijin bawa Ghea pergi dulu, titip salam ya, buat Om Marco," pamit Orion dengan sopan.
"Hati-hati ya, Ghea sayang, kamu jangan buat Orion repot ya," jawab Mak lampir sembari mengelus pucuk kepala Ghea.
"Byee, mama, Rere! Muahh!" Ghea mengecup pipi Mak lampir, sampai lipstik yang dipakainya menempel di pipi wanita itu.
Mak lampir melotot. Namun, Ghea justru tertawa terbahak-bahak dan keluar dari rumahnya dengan santai.
"Kak, gimana penampilan Ghea?" tanya di dalam mobil.
"Ya, tidak gimana-gimana," jawabnya tanpa minat. Baginya, ada perempuan yang jauh lebih cantik dari siapapun.
"Gak asik ah, bilang cantik gitu dong, walaupun bohong, buat anak orang seneng dikit napa sih," ujar Ghea cemberut.
"Tidak mau! Menurut saya, dia yang paling cantik."
Ghea langsung menoleh untuk menatap Orion yang tengah fokus mengendarai mobil, gadis itu nampaknya sangat penasaran dengan sosok 'dia' yang disebutkan oleh Orion.
"Oh, yang kemarin buat kak Orion jadi galau, ya?"
"Mau lihat fotonya?" tawar Orion, membuat Ghea mengangguk semangat, tapi tiba-tiba ia berubah pikiran.
"Penasaran sih, Kak, tapi nanti aja deh," ucapnya sembari menimbang-nimbang.
"Kenapa?"
"Cuma takut insinyur, aja. Eh, insecure. Nanti jadi gak percaya diri lagi, di depan maminya kak Orion," jawab Ghea dengan cengiran, membuat Orion memasukan kembali ponselnya.
"Ternyata orang seperti kamu bisa berpikiran seperti itu."
***
"kamu tunggu apalagi? Cepat turun!"
"Eh, i-iya." Ghea membuangnya napasnya, lalu mulai turun dari mobil Orion, karena mereka telah sampai di rumah cowok itu.
Ghea yang biasanya suka malu-maluin, kini gadis itu sedang dilanda malu dan rasa tidak percaya diri.
"Pegang tangan saya," ucap Orion sembari menyodorkan sebelah tangannya, membuat Ghea berkali-kali lipat lebih gugup.
"Lama." Orion berdecak malas, lalu langsung meraih tangan Ghea dan menggenggamnya.
Di ruang tamu, semua keluarga sudah berkumpul untuk menunggunya.
Nampak ekspresi terkejut dari seorang cowok dan cewek, ketika melihat Orion membawa gadis asing masuk ke dalam rumahnya.
"Loh, Kak? Kok? Siapa?" tanya seorang gadis yang Ghea duga masih remaja SMA dengan kaget.
"Bro, yang lo bawa kok bukan dia? Katanya kemarin lo ada re—"
Orion menatap seorang cowok berkaos putih dengan tajam, membuat cowok itu tidak jadi melanjutkan ucapannya. akan tetapi, raut bingung masih terlihat jelas di wajah cowok itu.
"Sini-sini!" seru wanita paruh baya dengan antusias. Membuat Orion langsung menarik Ghea untuk duduk di sofa yang bersebrangan dengan maminya.
"Mi, Pi. Ini Ghea, calon istri Orion dan Ghea, mereka orang tua saya," ucap Orion memperkenalkan.
"Ghea, wajah dan nama kamu mirip sekali dengan putri sahabat saya."
Ghea memasang senyum manis, menanggapi ucapan dari mami Orion. "Tante kenal sama mama saya? Mama Hannah?"
Wanita paruh baya itu nampak terkejut, lalu berdiri dan berlari memeluk tubuh Ghea, membuat gadis itu seketika mematung.
Pelukan hangat ini.
Pelukan dari seorang ibu yang sudah lama tidak Ghea rasakan.
"Yaampun, kamu serius? Setelah Hannah enggak ada, Tante kehilangan kontak dengan keluarga kamu loh, apalagi papa kamu yang kerjaannya keluar masuk luar negeri!" pekik wanita itu dengan haru.
"Hahaha, iya Tante. Papa sibuk banget, mama baru Ghea juga, sepertinya belum kenal tante ya?"
"Kenal kok, tapi Rita songong orangnya, jadi susah diajakin berteman."
Ghea tertawa, lalu menoleh ke arah cowok dan cewek yang masih menatap ke arahnya dengan penasaran.
Orion yang paham pun, langsung memperkenalkannya. "Dia, Bulan adi perempuan saya," tunjuknya kepada gadis yang memakai pita yang sangat nyetrik di rambutnya.
Lalu jari telunjuk Orion berpindah ke cowok yang tengah duduk di samping pria paruh baya berkacamata. "Namanya Langit, adik laki-laki saya. Umurnya satu tahun di atas kamu, kuliahnya juga di samping kampus kamu."
Cowok berkaos putih itu langsung berdiri sembari melambaikan tangannya. "Kenal gue gak?"
Ghea langsung menggeleng pelan.
"Aduh sakit banget, padahal gue fans lo, Gheby lovers!" ucapnya dengan lantang.
Gheby?
Bukannya hanya Reza yang memanggilnya seperti itu?
"Namanya Ghea, bukan Gheby," koreksi Orion dengan datar.
"Tapi, gue selalu denger ada cowok yang teriak terus manggil lo Gheby, tapi lebih imut Gheby sih, boleh dong, gue manggil lo gitu?"
"Um, gapapa," jawab Ghea dengan senyum tipis. Membuat Langit langsung memegangi dadanya.
"Gheby, lo tau gak sih? Gue dan temen-temen gue selalu duduk-duduk di warung pinggir jalan cuma mau lihat lo pas pulang? Soalnya lucu banget, bawa motor sambil nyanyi," ujarnya.
Wah, ternyata Ghea mempunyai penggemar. Jadi malu.
"Kak, lo kok lebay banget sih, caper di depan calon istri kak Orion lagi!" celetuk Bulan sembari memainkan ujung rambutnya yang di catok Curly.
"Duduk kamu, Lang!" Peringat Alan yang sedari diam, nampaknya pria itu tipe orang yang tidak banyak bicara seperti Orion, berbanding terbalik dengan sifat Langit.
Jika Bulan, nampaknya gadis itu sedikit judes.
Langit memegangi kepalanya. "Gue belum sempat ngajak kenalan secara langsung, giliran dipertemukan kok sebagai calon istri kakak gue sih?" tanyanya dengan manyun.
"Gheby, lo serius mau nikah sama Orion yang sudah om-om? Kalau lo berubah pikiran, nikah sama gue aja, ya! Umur kita cuma beda satu tahun loh!"
Semua orang menatap datar Langit, kecuali Ghea yang justru tertawa.
"Langit, kamu kok gitu sih?" tanya mami dengan gelengan heran.
"Kak Lang! Lo jangan jadi pebinor ya! Malu-maluin tau gak? Umur kakak juga gak jauh beda dari kak Orion tau!" semprot Bulan, nampaknya gadis itu lebih memihak Orion.
Ya iyalah, kan, Orion yang suka memberikannya uang. Hehe.
"Belum nikah, Bul! Masih aman!"
"Orion mandi dulu," pamit Orion yang langsung meninggalkan ruang tamu.
Ghea sudah tidak gugup lagi, baginya keluarga Orion sangat asik, membuatnya cepat mengakrabkan diri.
Setelah Orion pergi, Langit hendak berdiri dan berpindah tempat duduk di samping Ghea, namun langsung ditarik dengan kasar oleh Bulan.
Gadis SMA itu, yang langsung duduk di samping Ghea. "Kak, keknya, selera fashion kita sama," ucapnya. Membuat Ghea langsung menatap gaya berpakaian Bulan.
Benar juga, mereka suka memakai rok pendek, dan aksesoris yang menyilaukan mata. Gaya fashion yang sangat feminim.
Bedanya, cuma Ghea yang tidak bisa menata rambut.
Mungkin lain kali, dirinya akan meminta Bulan untuk menjadi tutornya.
Agar terkesan cute dan awet muda.
Jika saja, Sasha ada di sini, mungkin mereka bertiga bisa-bisa membentuk geng.
"Iya, rambut kamu bagus," ucap Ghea dengan senyum lebar.
"Jangan dipuji, By! Nanti bisa terbang tuh anak, rambutnya kayak bor gitu kok," celetuk Langit yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Bulan.
Ternyata, gaya panggilan Langit memang meniru Reza.
"Udah deh, Lang. Kamu kok seneng banget sih, gangguin adek kamu, kayak bocah aja," ucap mami sebelum bangkit dan berjalan ke dapur, diikuti dengan Alan di belakangnya.
Setelah mereka pergi, Langit langsung duduk di samping kanan Ghea, lalu langsung menatap Ghea dengan lekat, begitupun dengan Bulan.
"Gheby, ceritain dong, kok tiba-tiba jadi calon istri Orion?" tanya Langit setengah berbisik.
"Iya tuh, bukannya kemarin kak Orion minta saran gimana cara lamar Kak Melati?" Kini giliran Bulan yang bertanya.
Oh, jadi namanya Melati? Pasti wangy.
Sekarang Ghea bingung, bagaimana menjawab. Gadis itu hanya tersenyum tipis.
"Pasti lo dipaksa Orion buat jadi penggantinya, 'Kan?"
"Gak kok, Lang, justru g-gue yang menawarkan diri," jawab Ghea dengan pelan dan menunduk.
Langit dan Bulan melotot kaget, apa motif Ghea melakukan itu? Tidak mungkin karena mengincar harta, karena keluarga gadis itu  pun juga kaya?
Lalu, apakah cinta?
Bahkan, mereka hanya baru ketemu tiga kali ini.
"By, gue gak bohong, gue emang udah mengagumi lo dari lama, gue sih bisa ikhlasin lo buat kakak kandung gue, tapi lo harus janji, kalau cowok tembok itu nyakitin lo, langsung bilang gue, ya?"
Ghea tersenyum lebar, sweet sekali sih, calon adek iparnya ini.
"Aduh, Kak Langit, gue gak nyangka lo bisa ngomong gitu! Sok keren banget sih!" cibir Bulan sembari senyum-senyum sendiri.
Gadis itu menatap Ghea, lalu menarik tangan gadis itu. "Kakak ipar, kita temenan, ya!"

Comentário do Livro (34)

  • avatar
    SyahputraWijaya Mauludi

    good

    16/08

      0
  • avatar
    Cahya Ani

    Bagus banget

    07/08

      0
  • avatar
    RiantoRian

    bagu bagus dan bagus pokonya

    24/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes