logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

3. Nyari jodoh.

Papanya pulang dari perjalanan bisnis yang panjang, artinya untuk beberapa hari ke depan, Ghea bisa menjadi ratu untuk sementara di rumah ini.
Setelah kepulangan Marco, Ghea terus saja menempel dan memonopoli papanya agar terus bersamanya, tidak membiarkannya berduaan dengan Rita maupun Rere. Membuat nenek lampir, itu diam-diam menatapnya tajam.
Besok malam, adalah hari ulang tahun Rere, gadis itu meminta untuk mengadakan acara ulang tahun mewah di sebuah hotel, dan mengundang semua teman SMA satu angkatannya.
Selain itu, akan ada rekan kerja papanya juga, yang akan turut hadir.
Pas sekali, Ghea jadi bisa sekalian mencari jodoh, hehe.
Untung di hotel, tidak di rumah. Jadi Ghea tidak ikut repot-repot membantu menyiapkan acara.
"Ghe, sana bantuin adek kamu, yang sedang nyiapin acara buat besok," ucap Marco sembari mengelus dengan lembut rambut Ghea.
Dalam hati, Ghea penasaran. Rere nyiapin acara? Apa yang disiapkannya? Bukannya semuanya sudah diatur oleh pengurus?
Memangnya cewek seperti Rere bisa apa sih?
"Pa, besok ke makam mama, ya," pinta Ghea yang hanya dibalas senyum tipis.
Papanya lalu bangkit, meninggalkan Ghea yang masih duduk di tepi kolam renang dengan kedua kakinya yang ia ceburkan.
Pasti mau qualityime sama Mak lampir, huh.
Ghea ikut berdiri, lalu menuju kamar Rere, penasaran apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu.
Mulut Ghea langsung tercengang, saat melihat kamar Ghea yang persis seperti kapal pecah, biasanya memang berantakan, namun ini lebih parah.
"Bamer, lo ngapa sih? Kok ini kamar udah mirip sarang kecoa?" tanyanya dengan sedikit keras.
"Eh, babu! Sini cepat! Pilihin gue gaun, dong!" Rere melemparkan satu gaun dan membuang napas kesal.
"Bukannya papa udah beliin dua buat lo?" tanya Ghea heran.
Rere mendengus malas. "Iya sih, tapi kurang sreg aja di hati," jawabnya dengan santai. Membuat Ghea ingin mencakar gadis itu sekarang juga.
Sudah dibelikan, tidak tau terima kasih.
"Lo ngecosplay iblis aja, pasti cocok banget, apalagi dari segi wajah sangat mendukung!" usul Ghea yang membuat Rere langsung berkacak pinggang.
"Bu, cepat pilihin gih." Setelah mengatakan itu, Rere naik ke atas kasurnya, lalu merebahkan tubuhnya sembari bermain ponsel.
"Sudi amat," jawab Ghea sinis.
"Mentang-mentang ada papa, lo berani banget, ya! Awas aja lo!" desisnya tertahan, karena kamar gadis itu tidak kedap suara. Bisa hancur citranya jika papa mendengar.
"Selera baju kita beda, keleus! Percuma lo gak akan setuju kalau gue yang pilih, gimana sih," gumam Ghea.
"Cih, yaudah. Tuangin masker wajah dong, terus pakein ke muka gue!"
Ghea membuang napasnya, lalu menuruti perintah Rere, sebelum gadis itu mengadukannya ke Mak lampir dan papanya.
Ia mengambil, masker pell of, bewarna hitam dan mulai mengaplikasikannya ke wajah Rere yang sudah menutup matanya.
Dipakaikan masker malah tidur, membuat Ghea ikut mengantuk dan segera pergi ke kamarnya sendiri, yang berada di sebelah kamar milik Rere.
Baru saja dirinya terlelap, Rere kembali mengganggunya. Rasanya ia ingin memakan gadis itu sampai habis, tau lah, bagaimana rasanya jika baru tidur, langsung dibangunkan lagi.
"Haa ba—, eh Ghe!" teriak Rere, sembari menggedor-gedor pintu kamar Ghea.
"APA lagi, sih!"
"Lo ngoles masker ke muka gue enggak bener banget sih! Masa sampai ke alis-alisnya! Terus ini ngelupasnya gimana?" tanya Rere dengan panik, sedangkan Ghea terdiam, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Gue udah bener kok, lo aja tadi ketiduran pasti miring, jadi netes dah tuh," jawab Ghea santai. Gadis itu menyeringai dengan wajah ala psikopat. "Bamer, sini gue kelupasin, mau sakitnya sebentar tapi langsung gundul atau, pelan-pelan?"
"Gila lo! Gue gamau alis gue jadi gundul, mendingan gue lelehin lagi pake air!" sentak Rere, lalu langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Dih, gitu aja kok repot!" gumam Ghea
***
Pesta ulang tahun yang kelewat mewah ini, membuat Ghea menjadi pusing dan agak mual, melihat banyak teman-temannya yang berlalu lalang, menari maupun melakukan hal lainnya.
Sedari tadi, gadis bergaun biru bak Cinderella itu hanya terus berdiri mengikuti papanya tanpa mau melepaskannya, ikut menemui semua tamu rekan kerja papanya, dengan modus mencari jodoh. Padahal, semua teman-teman SMA nya turut hadir di sini.
Mak lampir? Wanita itu sibuk mengurusi tamu-tamu sosialitanya.
"Selamat malam Om, selamat malam, Gheby! Sumpah deh, kamu cantik banget!" ucap Reza yang tiba-tiba menghampirinya.
Marco tersenyum, lalu menoleh ke arah Ghea yang justru melotot tajam ke arah Reza. "Teman kamu, Ghe?"
"Saya calon suami Gheby, Om," jawab Reza dengan cepat, cowok itu berucap dengan percaya di hadapan papanya yang menampilkan wajah kebingungan.
"Jadi kamu pacarnya Ghea? Kok kamu enggak pernah kenalin ke papa, sih."
Perkataan dari papanya membuat Ghea langsung menginjak kaki Reza dengan hels yang dikenakannya. Memang, dulu saat SMA, Ghea dan Reza pacaran diam-diam, tanpa keluarganya tau.
"Bohong, pa! Reza ini dulu emang pernah pacaran sama Ghe, saat SMA tapi pas Ghe lagi sayang-sayangnya, Reza main di belakang!" adu Ghea dramatis, biarkan saja, image Reza jatuh dihadapan sang papa.
"Oh, jadi kamu tukang selingkuh?" tanya Marco dengan tatapan mengimitasi.
Seketika, Reza menjadi panik, cowok itu hendak mencari-cari alasan, namun ucapan Ghea menghentikannya.
"Selingkuhnya sama adek Ghea yang tersayang, sakit hati Ghe," ucap Ghea di lebih-lebihkan.
"Eh, eggh. Itu kan masa SMA, masih labil, By," sergah Reza panik, apalagi Marco mulai menatapnya dengan tajam.
"Kamu ada niat bikin putri saya berantem dan enggak akur?" tanya Marco dingin, seketika Ghea tertawa melihat wajah menderita Marco.
Gadis bergaun biru itu, lalu pamit untuk menemui teman-teman SMA nya, meninggalkan Reza yang sedang di sidang oleh Marco.
"Hihihi mampus!"
"Hai hai, makasih ya! Udah datang di pesta ulang tahun adik gue yang tersayang!" sapa Ghea sok manis, di sana ada teman satu angkatannya. Rere yang sedang ngobrol-ngobrol langsung merubah wajahnya menjadi masam.
Jika ada Ghea, pasti cewek itu yang akan menjadi pusat perhatian. Bukan Rere lagi, meskipun  sang pemilik acara.
Aura Ghea selalu mengalahkannya.
"Hai, Gheyy! Sumpah, lo tambah cantik deh," puji teman-temannya, membuat Ghea sok tersipu malu.
"Lebih cantik adek gue!" ucapnya sembari memeluk Rere yang sedang menahan kesal.
"Akur banget!" serunya.
"Ya, jelas dong." Kini giliran Rere yang menimpali, gadis bergaun merah itu melirik sinis Ghea sebelum menampilkan senyum manis.
Sebenarnya, Ghea tidak menyukai pesta, bahkan ketika dirinya ulang tahun saja, ia tidak pernah meminta dirayakan seperti ini.
Dulu, Ghea hanya meminta pesta kecil-kecilan, dan merayakannya bertiga. Hanya papa, mama dan Ghea.

Comentário do Livro (34)

  • avatar
    SyahputraWijaya Mauludi

    good

    16/08

      0
  • avatar
    Cahya Ani

    Bagus banget

    07/08

      0
  • avatar
    RiantoRian

    bagu bagus dan bagus pokonya

    24/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes