logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Love Stories

Love Stories

JiAe27


Capítulo 1 My Lovely Sister

Udara saat itu terasa sangat dingin. Begitu dingin dan sepi, yg dapat ku dengar hanyalah kehampaan meski aku melihat semua orang sedang berbicara.
Meski begitu, aku tak bisa melihat mereka sama sekali. Mereka mengenakan pakaian hitam dan memberi hormat pada foto di altar, foto itu adalah foto ayahku.
Aku hanya bisa menangis, bukan menangisi ayahku yg telah tiada tapi Ibuku yg terlihat putus asa. Ibu tidak menangis sama sekali padahal aku tau dia sangat menderita. Dia hanya diam menatap foto Ayah dan membisu.
Aku pun mendekati ibu dan meraih tangannya. Tangannya begitu dingin dan gemetar. Saat ini Ibu menahan kesedihannya.
PUK~ tiba-tiba saja Ibu memelukku dan membelai kepalaku. Aku bisa merasakan getaran tubuhnya. Ibu, saat ini ia melimpahkan kesedihannya.
"Bagaimana ini Yoongi kau baru saja masuk sekolah dasar. Sekarang bagaimana kita melanjutkan hidup? Bagaimana kehidupanmu nanti..." ucap Ibu sembari menangis.
Ibu, bahkan saat ini pun dia masih mengkhawatirkan ku. Meski saat itu umurku masih 6 tahun, tapi sejak saat itu aku bersumpah akan melindungi Ibu. Aku tidak akan membiarkan Ibu menangis lagi.
"Aku menyayangimu Bu. Aku akan selalu bersamamu." Ucapku sembari mempererat pelukanku dan memebenamkan wajahku ke dalam pelukannya yg hangat.
Itu janji ku tapi setelah beberapa tahun 2 orang asing memasuki hidup kami bahkan masuk ke rumah kami. Ibu menikah lagi, meski pria itu terlihat baik tapi ingatan akan wajah Ibu yg menangis karena kepergian Ayah membuatku enggan untuk menerima pernikahannya. Aku harus melindungi Ibu agar dia tidak lagi bersedih karena kehilangan.
Aku pun hanya bisa memasang wajah tidak suka ketika kedua orang asing itu memasuki rumah dan menyapaku. Aku sangat membenci mereka.
.
"Halo, namamu Min Yoongi,kan? Salam kenal! Boleh aku memanggilmu Kakak? Namaku Yoon Sera, meski kita sama-sama kelas 7 tapi aku lebih muda beberapa bulan dari kakak."
Gadis itu bicara dengan senyumnya itu dan membuatku kesal. Tadinya aku bahagia bersama ibu, hanya kami berdua.
Tapi sekarang pria itu menikahi Ibu dan membawa gadis ini. Mereka memasuki kehidupan kami. Aku tidak ingin jika ibu kehilangan lagi dan tersakiti lagi. Aku benci mereka.
"Kakak.." ucapnya seraya mengulurkan tangannya
"Aku bukan kakakmu!" ucapku seraya menepis tangannya.
"Satu hal lagi, aku tidak ingin Margaku diganti!" ucapku lalu pergi dan masuk ke kamarku.
"Maaf ya, mungkin Yoongi masih perlu adaptasi..." Ucap Ibu
"Tidak apa-apa, aku mengerti..." Ucap Pria itu
"Ibu apa aku boleh memanggil kakak dengan sebutan kakak?" ucap Gadis itu dengan suara lembut dan polos namun aku membencinya.
"Tentu saja.." jawab Ibu membuatku tambah kesal.
Aku bisa mendengar semuanya meski aku berdiri di balik pintu, aku masih bisa mendengar semuanya. Aku benci mereka. Padahal Ibu dan aku sudah bahagia berdua saja. Aku ingin hidup dengan tenang, tapi hidupku mulai kacau karena diganggu oleh gadis menyebalkan yg sekarang menjadi adik tiriku.
TOK! TOK!
"Kakak! Bangun,kak! Kita harus berangkat sekolah. Ini hari pertama jadi tidak boleh terlambat!" ucapnya mengetuk pintu kamarku dan mengganggu tidurku.
"Berisik! Diam!" ucapku di dalam hati. Aku ingin sekali membentaknya, namun aku menahan diri. Aku tidak ingin meladeninya karena itu hanya akan membuang waktuku saja.
Padahal aku ingin tidur dengan nyenyak. Sekolah saja sudah menyebalkan dan sekarang ditambah si berisik ini. Aku benci hidupku!.
Udaranya begitu menenangkan, aku bahagia seraya melirik dedaunan yg bergoyang melalui jendela mobil. Ini adalah saat yg ku tunggu-tunggu karena ini sangat tenang. Tapi, sejak ada gadis berisik itu aku tidak bisa lagi mendapatkan ketenangan ku. Mendengarkan dia mengoceh tentang apa yg ia lihat di sepanjang jalan membuatku sangat kesal.
"Berisik! Bu, hentikan mobilnya!" ucapku kesal
"Ada apa Yoongi?"
"Aku jalan kaki saja." ujar ku kesal lalu keluar dari mobil
"Kakak kenapa jalan kaki? Kakak!"
Berisik, dasar Yoon Sera menyebalkan!
Aku sudah berhasil bebas dari ocehannya yg sangat mengganggu. Ku pikir aku sudah bebas dan akan bersekolah dengan tenang. Tapi semua itu hancur saat aku memasuki kelas, aku benar-benar membenci hidupku sekarang.
Aku ingin sekali menghindari gadis berisik itu, tapi kenapa? Aku malah berada di kelas yg sama dengannya!. Hidup memang menyebalkan, cobaan apa ini Tuhan?. Jika nanti aku dilahirkan kembali, ku mohon buat aku jadi batu saja agar tidak mendengar ocehannya terus.
***
TING NONG~ ~ Bel pun berbunyi. Ini saatnya istirahat. Aku melihat gadis itu sedang meraih bekal makan siangnya. Aku jadi teringat kata-kata Ibu tadi pagi kepadanya.
"Sera, nanti makan siangnya dimakan bersama Kakak Yoongi ya."
"Iya, Ibu..."
Ah Tidak! Aku harus cepat-cepat pergi sebelum dia mengganggu makan siangku yg berharga.
Aku pun meraih bekalku dan berlari melalui pintu belakang. Bahkan aku bisa melihat dia yg sedang mencariki dari balik jendela. Oh tidak! Aku harus segera pergi sebelum dia melihatku.
Aku pun berlari sekencang mungkin hingga akhirnya langkahku berhenti di tempat yg sangat tenang. Tempat dimana aku bisa menikmati ketenangan yg aku rindukan. Apalagi kalau bukan atap. Disini gadis berisik itu tidak akan menemukanku.
Hah~ Akhirnya aku bisa bernafas lega. Aku pun membuka kotak bekal makan siangku yg berisi kimbab dan dadar gulung kesukaanku. Ibu memang sangat mengerti kesukaanku.
"Baiklah, saatnya mengisi perut yg sudah kosong ini."
Baru saja aku mengangkat sumpitku dan hendak memasukan kimbab ke mulutku yg sangat ingin mengunyah. Tiba-tiba hal yg paling tidak ku inginkan terjadi.
BUKK! Kakak! Gadis berisik itu, entah bagaimana dia bisa menemukanku dan datang dengan kehebohan. Aku pun melepas sumpitku sambil menekuk wajah. Aku benar-benar membenci ini. Sekarang hidupku yg tenang sudah benar-benar sirna.
"Kakak kenapa makan disini sendirian? Kita kan harusnya makan bersama..." ucapnya dengan tatapan polos
"Karena aku tidak suka melihat wajahmu." ucapku ketus
"Apa? Kenapa begitu? Memangnya aku salah apa? Apa kesalahan wajahku?" Gadis itu bertanya dan menatapku dengan wajah bodohnya seakan dia tidak mengerti sama sekali.
"Tidak ada, aku hanya muak setiap kali melihat wajahmu." ucapku dan kali ini aku yakin dia akan menjauhiku.
Aku pun merapikan kembali kotak makan siangku dan hendak pergi. Kali ini dia tidak berisik sama sekali, mungkin dia sudah mengerti maksud perkataan ku tadi. Tapi melihat dia menjadi suram dan menundukan kepalanya. Ah, kenapa aku harus peduli padanya?!
"Kakak..." Gadis itu memanggilku dengan suara sendu menyedihkan.
Mendengar panggilannya aku pun menoleh ke arahnya dan HAP! Satu kimbab telah masuk ke dalam mulutku.
Mataku berputar, otakku masih mencerna apa yg terjadi. Bukankah seharusnya dia sedih mendengar perkataan ku tadi? Tapi kenapa dia malah tersenyum dengan manisnya setelah menyuapiku kimbab miliknya?. Apa tadi itu hanya tipuan untuk membuatku lengah?
" Biarpun kakak muak melihat wajahku, setidaknya jangan salahkan makanannya dan menyiksa perutmu. Aku tahu kakak sangat lapar dan makanan buatan Ibu sangat enak. Jika Kakak turun sekarang maka Kakak tidak akan memiliki cukup waktu untuk menikmati makanan lezat ini. Jadi bertahanlah untuk sepuluh menit ini, aku akan diam selama itu." Ucapnya sembari menatapku.
Senyuman dan tatapan itu, entah kenapa aku tidak bisa menolaknya. Tatapan itu seperti memiliki magnet yg mampu menahan ku. Aku pun diam dan duduk disampingnya, Ya hanya duduk dan makan siang tidak ada salahnya juga.
" Benar kau akan diam selama sepuluh menit?" tanyaku yg sedikit ragu karena gadis itu tidak pernah tidak berisik
"Ehm! Aku janji!" ucapnya terdengar meyakinkan.
"Baiklah, jika kau bisa diam aku bisa menahannya." Entah kenapa aku mengatakan itu.
Seharusnya aku tidak melakukan itu. Karena Yoon Sera si gadis berisik itu tidak akan pernah diam. Meski pun dia berjanji akan diam, dia tidak akan pernah diam. Janji itu seperti angin berlalu yg akan hilang setelah suapan pertama. Seharusnya aku tidak percaya pada janji kosong itu.
"Eumm , Enak! Kakak ini sangat enak! Masakan Ibu yg terbaik!" ucapnya bersemangat
"Berlebihan, ini kan hanya kimbab dan telur gulung biasa." ucapku dingin meskipun aku sebenarnya sependapat, tapi tidak boleh terlihat nanti dia semakin berisik.
"Ini sangat lezat, Kak!" ucapnya dengan mata bersinar.
"Hei, bukankah kau berjanji akan diam sepuluh menit ini? Kau ingin aku pergi sekarang?" ucapku sedikit mengancamnya.
"Tidak, Maaf-maaf, aku akan diam sekarang." ucapnya dengan senyum manis dan polos itu lagi
Begitulah dan pada akhirnya aku menghabiskan makan siangku bersama gadis berisik itu. Meskipun saat ini diam, tetap saja dia membuatku kesal. Entah kenapa dan tanpa sebab, dia terus saja tersenyum dan itu benar-benar menyebalkan.
Perlahan, setelah kehadiran dua orang asing itu aku merasakan perubahan dalam sikap ibu. Meski dia terus saja tersenyum dan terlihat bahagia, entah kenapa aku merasa ibu mulai menjauh. Rasanya seperti ibu berada di tempat yg sangat jauh, meski kami sangat dekat tetap saja rasanya ada tembok yg menghalangi kami hingga aku tak bisa meraih tangannya lagi.
Semua itu menjadi jelas terasa hari ini. Hari ini adalah ulang tahunku dan ibu lebih memilih makan malam diluar bersama pria yg ia sebut suami itu.
Ibu pergi dan meninggalkanku sendiri bersama si gadis berisik ini. Ibu benar-benar melupakanku. Ibu bahkan tidak memasakkan sup rumput laut yg biasa ia buat di hari ulang tahunku. Ibu benar-benar meninggalkanku.
Aku pun mengunci diri di dalam kamar seraya melihat foto-foto lamaku bersama Ibu. Untuk pertama kalinya ulang tahunku begitu suram. Aku sendirian, aku kesepian.
Tanpa terasa air mataku jatuh dan membasahi foto yg ku pegang. Aku benar-benar merindukan kebersamaan ku dan ibu yg dulu.
TOK! TOK! Suara ketukan pintu menyadarkan ku. Itu pasti si gadis berisik Yoon Sera. Dengan cepat ku usap air mataku, aku tidak ingin terlihat lemah di hadapannya.
"Kakak!" panggilnya
"Ada apa?" Semoga saja suaraku tidak terdengar serak.
" Kakak ayo keluar!" ucap Sera sedikit memaksa
"Tidak mau! Pergi sana, kau hanya menggangguku!" ucapku mengusirnya. Aku sudah merasa sangat kesal karena Ibu tidak mengingat ulang tahunku, aku tidak ingin lebih kesal lagi dengan mendeengarkan ocehannya.
"Kakak! Keluar saja sebentar!" ucap Sera masih memaksaku untuk keluar.
"Tidak! Pergi saja sana!" Sekali lagi aku mengusirnya
Huh, kenapa sih dia terus saja menggangguku?. Aku benar-benar benci di ganggu seperti ini. Tapi, kenapa dia tiba-tiba saja diam? Apa dia menyerah menggangguku? Aku mulai bertanya-tanya karena dia tidak pernah berhenti menggangguku dengan mudah sebelumnya.
PRAAKK! Tiba-tiba saja suara benda jatuh terdengar keras tepat di depan pintuku. Apa dia menjadi kesal dan melempar barang ke pintu kamarku? Kalau begitu aku harus cepat menghentikannya sebelum terlambat.
Aku pun berlari dan membuka pintu. Tapi apa yg ku lihat benar-benar membuatku terkejut. Gadis berisik itu telah terduduk tak sadarkan diri di depan kamarku dengan beberapa mangkuk pecah berserakan.
Sepertinya mangkuk-mangkuk itu bukan iya lempar, melainkan jatuh saat ia pingsan. Itu terlihat dari beberapa goresan di kaki dan tangannya. Lagi pula, siapa juga yg melempar mangkuk berisi sup rumput laut.
Sup rumput laut? Apa dia membuatnya untukku? Ah, lupakan itu Min Yoongi! Pertama-tama periksa dulu keadaannya.
" Panas, sepertinya dia demam."
Gadis ini, bahkan saat demam pun ia tetap membuatkan sup rumput laut untukku. Padahal aku tidak pernah berbuat baik untuknya. Kenapa? Kenapa dia melakukan itu?.
Aku pun menggendongnya ke kamarku. Tak ada yg bisa ku pikirkan selain menghubungi Ibu, tapi sepertinya Ibu sibuk dengan makan malamnya dan tidak punya waktu untuk mengangkat telepon dariku.
Apa yg harus ku lakukan sekarang? Ibu tidak bisa dihubungi dan aku tidak tahu harus apa. Bahkan mondar-mandir seperti ini tidak akan membantu sama sekali.
" Demamnya terus saja naik..."
Aku bisa merasakan panas tubuhnya yg semakin tinggi saat aku menyentuh dahinya. Aku tidak bisa terus diam atau dia akan semakin parah. Aku pun terpaksa menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit. Tapi perjalanannya tidak semudah yg ku pikirkan. Sudah sekitar 10 menit aku berdiri di depan halte bis tapi tak ada satu bis pun yg lewat.
"Dasar, kapan bis nya datang! Tidak bisa begini, kalau begitu aku lari saja."
Tanpa sadar aku sudah berlari sambil menggendongnya sejauh 1 km. Sekarang tinggal 500 meter lagi.
" Hei, Yoon Sera! Bertahanlah, jangan mati saat aku menggendongnya."
"Kakak, punggung mu sangat hangat." Ucap Sera pelan
"Apa yg kau katakan? Apa kau masih bisa bercanda di situasi seperti ini?"
"Aku tidak bercanda, aku serius. Punggung mu sangat hangat, aku menyukainya." Ucap Sera dengaan suara yg semakin melemah
DEG! DEG! Kenapa ini? Kenapa tiba-tiba jantungku ... tidak, ini tidak mungkin. Aku terus meyakinkan diriku sepanjang jalan. Meyakinkan bahwa aku tidak merasakan apa pun. Aku terus berbicara pada diriku sendiri hingga kami tiba di rumah sakit.
Itu tidak mungkin. Dia hanyalah gadis berisik yg menyebalkan, aku tidak memiliki perasaan padanya. Meski aku terus menyangkal seperti itu dan meyakinkan diriku. Tapi malam itu telah membuatku sadar akan semuanya.
***
Aku sangat ingat, malam itu udaranya terasa dingin tapi Sera memaksa untuk pergi ke taman bermain di dekat komplek untuk bermain ayunan.
Entah kenapa aku merasa canggung dan menghabiskan waktu selama setengah jam dengan duduk di ayunan di samping Sera. Bahkan Sera pun ikut terdiam. Mungkin dia takut aku akan marah jika dia berbicara.
"Ah, membosankan!" ucapnya dengan wajah murung hingga aku menoleh ke arahnya
"Kak, mau bermain ayunan denganku?" ucapnya membuatku bingung menanggapi ucapannya
"Ayo sini! Kakak berdiri di sini," ucapnya seraya menarik tanganku dan aku menurut saja berdiri di ayunan
"Aku naik!"
DEG! Jantungku berdegup kencang begitu Sera berdiri di ayunan bersamaku. Rasanya semakin canggung karena jarak kami sangatlah dekat. Dan aku takut Sera akan mendengar suara deguban jantungku.
"Ayo kak, lebih kencang lagi!" ucap Sera bersemangat seraya mendorong ayunan dengan kakinya
Aku pun ikut mendorong ayunan bergiliran dengannya. Senyum ceria Sera saat ini, cara dia tersenyum benar-benar sangat cantik. Aku baru menyadarinya kalau Sera sangatlah cantik.
DEG! Jantungku kembali berdegup tak terkontrol. Saking gugupnya kakiku jadi gemetaran.
"Aduh, gawat ... Ada apa denganku sih?"
BUKK!! Mataku terbelalak mendapati kami jatuh dan posisiku sekarang di atas tubuh Sera. Tapi yg paling membuatku terkejut adalah fakta bahwa bibir kami bersentuhan. Bahkan mata Sera juga terbelalak hingga kami saling menatap.
"Maaf, maaf ..." ucapku dan segera menarik diri.
"Akh!" ringis Sera
"Ada apa? Kau tidak apa-apa, kan?" tanyaku yg mencemaskannya.
"Kaki ku, sepertinya terkilir ... Sakit sekali Kak," ucapnya seraya memasang wajah sedih.
Aku pun menghela nafas dan menggendongnya pulang.
"Maaf ya, karena aku kau jadi terluka..."
"Tidak apa-apa, itu kan tidak sengaja. Lagi pula aku bersyukur ini terjadi, karena luka ini kakak menggendongku. Aku sangat suka, punggung kakak sangat hangat..." ucapnya membuat jantungku semakin menggila.
Lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Aku pun tanpa sadar tersenyum dan membiarkan Sera menyandarkan kepalanya ke bahuku. Aku memang sudah jatuh cinta padanya.
***
Begitu pulang langsung disambut oleh Ibu dan Ayah tiri dengan hangat. Sudah lama aku tidak sedekat ini dengan Ibu. Benar juga, kalau diingat-ingat sejak awal aku yg menjauh dan memisahkan diri dari keluarga. Aku yg pergi bukan keluargaku.
Aku bahagia, aku tidak ingin kebahagiaan ini berubah. Tapi yg namanya bahagia tidak ada yg bertahan selamanya. Tidak ada hal yg tidak akan berubah seiring waktu. Rumah, jalanan bahkan manusia dan juga perasaan.
***
Tidak terasa beberapa tahun telah berlalu dan sekarang kami sudah duduk di kelas 3 SMP, dan selama itu juga aku menyembunyikan perasaanku ini.
Aku mungkin masih muda dan ini pertama kalinya aku jatuh cinta, tapi aku tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari resiko dari perasaanku ini. Keluarga kami, keluarga yg membawa kembali senyuman Ibu mungkin akan hancur jika ada yg mengetahui perasaanku ini. Aku tidak ingin itu terjadi, aku tidak ingin menyakiti siapa pun.
Tapi sepertinya aku tidak terlalu bisa mengontrol perasaanku sendiri. Dan aku menyadarinya hari itu...
Hari itu aku berdiri di depan gerbang menunggu Sera. Sebentar lagi kami ujian jadi sekolah mengadakan simulasi sebelumnya.
Aku sudah menyelesaikan ujianku jadi aku menunggunya di gerbang. Tapi sudah lebih dari 1 jam dia tak muncul juga dan membuatku gelisah.
Sera memang tidak pintar, tapi dia tidak terlalu bodoh hingga harus menghabiskan waktu selama hampir 3 jam untuk menyelesaikan soal simulasi ujian itu.
Aku pun memutuskan menyusulnya ke ke kelas. Tapi yg ku lihat justru kelas kosong, bahkan tasnya sudah tidak ada. Tidak mungkin Sera sudah pulang duluan sedangkan aku dari tadi di depan gerbang.
Aku pun menyusuri sekolah untuk mencarinya hingga langkahku terhenti di taman belakang sekolah.
Aku dengan jelas melihat tatapan Sera yg berbeda kepada pria di depannya. Tatapan yg tak pernah aku lihat sebelumnya, bahkan ia membiarkan tangannya di pegang pria itu.
Awalnya aku ingin membiarkannya hingga aku mendengar kata-kata yg membuatku tak bisa mengendalikan diri seakan aku melihat diriku jatuh ke dalam jurang. Seolah aku akan mati.
"Aku mencintaimu Sera maukah kau menjadi pacarku?" ucap Pria itu menyatakan cintanya
Saat itu aku menyadari perasaanku ini tidak dapat terus ku sembunyikan. Hanya mendengar ucapan pria itu saja sudah membuat hatiku meledak dan membuatku bertindak tanpa berpikir. Mungkin aku telah kehilangan akal karena itu aku menarik tangan Sera.
Sera mungkin sangat bingung akan tingkahku karena itu dia menatapku terus hingga akhirnya di saat kami hanya berdua di bawah pohon rindang yg letaknya tepat di samping halte bis, aku memeluknya. Aku memeluknya sangat erat dan mengatakan " Aku mencintaimu, Sera"
Tidak lama setelah itu Sera mendorongku dengan matanya yg bergetar. Aku bisa melihat dengan jelas kalau dia sangat terkejut dan bingung.
" Kita harus pulang, Ibu dan Ayah menunggu kita." Ucap Sera lalu berjalan meninggalkan aku di belakang.
Itu pertama kalinya Sera berjalan di depanku, bahkan dia tidak menoleh ke arahku sekalipun. Aku sadar, aku sangat tahu kalau itu berarti dia menolakku. Aku juga tahu aku telah melakukan kesalahan yg sangat fatal dengan mengungkapkan perasaanku. Aku tahu semuanya, karena itu aku memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal bersama Pamanku di Seoul setelah kelulusanku.
Bahkan disaat terakhir aku melihatnya ketika aku berada di stasiun dia tetap memasang wajah murung dan diam seribu bahasa. Hanya Ibu dan Ayah yg berbicara kepadaku seraya memegang tanganku.
" Kau yakin akan tinggal disana?" tanya Ibu yg sedih dan memegang tanganku
" Iya, Ibu."
" Kau dan Sera sudah sangat dekat, Ayah pikir kalian akhirnya bisa dekat dan menjadi saudara. Apa kalian bertengkar?" ucap Ayah
"Tidak, ini bukan karena Sera. Aku sudah memutuskan ini sejak lama." Jawabku dan jujur ini keputusan yg sangat berat untukku tapi jika aku tidak pergi, aku takut tidak akan bisa melupakan perasaanku.
" Jaga dirimu!" ucap Ibu seraya memelukku
"Iya, Ibu. Ibu disini hiduplah dengan bahagia!"
Karena kepergianku demi kebahagiaan Ibu. Jika aku tetap tinggal mungkin keluarga ini akan hancur karena perasaanku ini.
Sera terus diam dan terlihat murung. Aku hanya bisa mengusap kepalanya pelan seraya berkata " Jaga dirimu, adikku tersayang." sebagai kata perpisahan kami.
Adikku Sera, gadis pertama yg aku cintai. Mungkin keputusanku ini akan menyakitiku, tapi ini adalah yg terbaik untuk kita berdua. Aku tidak ingin merusak keutuhan keluarga yg sudah sangat sulit Ibu bangun. Mungkin ini yg terbaik agar aku bisa melupakanmu perlahan. Tapi satu hal yg pasti, yg ku rasakan ini adalah nyata. Bahwa aku mencintaimu adikku Sera yg tercinta.

Comentário do Livro (220)

  • avatar
    Ubay Dilah

    sangat cocok

    1d

      0
  • avatar
    NurSuryani

    bagus

    9d

      0
  • avatar
    WawaAZWA

    Best

    21d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes