logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 4

Rama pergi ke kamarnya, dia tersenyum melihat kalender. Hari ini tanggal 23 Oktober, dan besok adalah hari keluarga. Rama kemudian pergi dan turun dari tangga sambil tersenyum kegirangan.  Sinta yang melihat Rama terus tersenyum merasa heran.
"Ada apa?" tanyanya. Namun Rama hanya diam.
"Sudahlah, nanti kau juga akan tahu sendiri." Rama pergi meninggalkan Sinta sedangkan Sinta diam sambil melamun memikirkan apa yang Rama lakukan.
Malam hari, keluarga sedang makan malam bersama di ruang makan. Rama duduk sambil tersenyum memakan sepotong rotinya.
"Ayah, ibu kakak, besuk adalah hari keluarga, dan aku ingin mengadakan pesta kecil bersama kalian. Apa kalian setuju?" tanya Rama. Semua hanya diam sambil tersenyum mengangguk.
"Ide yang bagus! Aku setuju," jawab Boy.
"Very good!"
Keesokan paginya, Sinta keluar dari kamar dan dia melihat ada banyak sekali pendekor. Rumah terlihat indah, ada hiasan bunga yang menempel di dinding dan lainnya. Sinta tersenyum.
Malam hari, keluarga sedang berkumpul  di ruang keluarga sambil menikmati pesta dengan bermain melempar bantal ke pangkuan yang satu dan lainnya sambil menyalakan musik. Tiba-tiba musiknya mati dan bantal tersebut berhenti di pangkuan Sinta.
Rama tersenyum. Dia datang menghampiri Sinta sambil membawa mangkuk berisi kertas yang banyak. Sinta mengambil secarik kertas berwarna kuning bertulisan I LOVE YOU.
Sinta yang melihat hal itu menjadi gugup dan ragu.
"What?! Aku harus mengatakan I love you pada Rama di depan semua orang?" gumamnya. Rama menatap Sinta.
"Ada apa? Nona Sinta kau jangan mencoba untuk berbuat curang ya..." tegur Rama. Sinta menggeleng.
"Aku tidak ingin berbuat curang, hanya saja aku malu mengatakannya," ujar Sinta.
Rama memegang bahu Sinta.
"Tenang, aku bisa membantumu." Sinta menatap Rama dengan heran. Rama berjalan menjauhi Sinta dan meminum segelas air putih kemudian kembali dengan ekspresi marah.
"Sinta, apa yang kau lakukan kemarin, itu tidak pernah kubayangkan. Kenapa kau harus mengkhianati ku?!" tanya Rama sambil berteriak dan membuat semua orang terkejut, terutama Sinta. Ia terlihat pucat seakan ia tertangkap basah, meskipun sebenarnya ia tidak melakukan apapun.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku adalah kau sudah mengkhianati ku. Diam-diam kau sering menghabiskan waktu dengan Aldin setiap hari, ketika aku bekerja. Kenapa?" Sinta terdiam.
"Aku tidak mengerti perkataan mu, dan aku juga tidak kenal Aldin sama sekali. Dengar Rama, kalau aku mempunyai salah, aku minta maaf," ucap Sinta.
"Kau tidak perlu berbohong! Kalau kau telah berpacaran dengan Aldin dan mengkhianati cintaku."
"Rama, kau salah paham. Aku tidak pernah mengkhianatimu apalagi berselingkuh diam-diam, itu karena---"
"Karena apa?"
"Karena aku sangat mencintaimu."
"Apa?"
"Ya Rama, aku sangat mencintaimu. Itu sebabnya aku tidak pernah mengkhianatimu," jelas Sinta.
"Boleh aku minta tolong ulangi perkataan mu tadi?" pinta Rama.
"Aku tadi bilang bahwa aku mencintaimu," ucap Sinta dan tersenyum. Rama menatap Sinta sambil menghampirinya dan tersenyum lalu memeluk Sinta dan mencium pipinya.
Rangga menghampiri Rama.
"Apa maksudmu, Nak? Kenapa kau memarahi Sinta?" tanya Rangga. Rama tersenyum.
''Itu karena aku ingin membantu Sinta melaksanakan kewajibannya. Dia tadi malu mengungkapkan perasaannya di depan semua orang, jadi aku berpura-pura memarahinya agar ia bisa mengatakan aku mencintaimu padaku," jawab Rama. Rangga tersenyum begitupula dengan yang lain. Rangga merangkul Rama.
"Kau memang anak ayah yang paling hebat! Aktingmu luar biasa!" puji Rangga.
Rama tersenyum menunduk. Farah memandangi jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB.
"Sudah jam setengah sebelas, ayo tidur. Atau kalau tidak besok kita akan bangun kesiangan dan terlambat bekerja," ujar Farah.
"Baik bu, kami tidur dulu. Selamat malam," ucap Rama.
"Selamat malam." Mereka lalu pergi ke kamar masing-masing dan tidur.
Keesokan paginya, Rama sedang berdiri didepan cermin sambil merapikan kemejanya. Namun kemeja itu sudah kecil dan tidak muat dipakai Rama sehingga Rama terpaksa memakai kemeja yang lain untuk bekerja.
Sinta tersenyum. Dia berniat membelikan Rama kemeja baru dan pas dengan ukuran Rama sekarang.
Setelah selesai sarapan, Rama pergi ke kantor dengan Boy menggunakan mobilnya. Sedangkan Sinta pergi ke pasar.
Di pasar, dia melihat ada banyak sekali kemeja yang tertata rapi di rak dan hunger. Ada kemeja yang berwarna putih, hitam, dan lain-lain. Sinta tersenyum. Dia mengambil kemeja yang berwarna putih tersebut dan membelinya.
Siangnya, Rama pulang dari kantor. Tanpa basa-basi Sinta mengajak Rama pergi ke kamar dan memberikan kemeja yang dibelinya tadi pada Rama. Rama tersenyum. Dia lalu memakai kemeja tersebut.
Ternyata, saat dipakai, ukurannya pas dengan ukuran badan Rama sehingga membuatnya nyaman. Sinta tersenyum melihat Rama, ia terpesona olehnya.
"Rama, kau terlihat tampan!" puji Sinta.
"Kau ini."
"Iya, aku tampan, tidak seperti kau."
"Kau mengejekku?" tanya Sinta. Rama diam dan menggeleng.
"Tidak, aku tidak bermaksud mengejekmu. Aku hanya ingin bilang kalau kau cantik sekali." Sinta merasa kesal dan pergi meninggalkan Rama.
Sinta pergi ke dapur dan membantu Farah memasak dengan memotong sayuran. Farah menatap Sinta.
"Ada apa? Kau terlihat kesal. Apa kau habis bertengkar dengan suamimu?" tanya Farah. Sinta menggeleng.
"Tidak, aku baru saja bermesraan dengannya di dalam kamar bukan bertengkar," jawab Sinta sambil memotong wortel. Rama datang.
"Aku minta maaf, Sinta. Aku tadi hanya bercanda," ucap Rama yang baru saja datang. Sinta hanya diam tidak menghiraukannya.
Keesokan harinya, Rama masih merasa tidak enak atas apa yang ia lakukan pada Sinta kemarin. Setiap saat ia hanya memikirkan Sinta. Karena cemas, dia pun memutuskan untuk melanjutkan meetingnya besok dan kembali ke rumah.
Di perjalanan, dia melihat ada seorang pedagang bunga mawar. Rama tersenyum. Dia berniat membelikan Sinta sebuket bunga mawar yang berwarna merah tersebut. Selain bunganya yang cantik, baunya juga wangi dan membuat orang menyukai bunga mawar tersebut.
Sesampainya di rumah, Rama pergi menemui Sinta untuk meminta maaf padanya atas kesalahan yang dia lakukan kemarin dan karena telah mengejek Sinta dan memberikan bunga mawar padanya. Sinta hanya diam dan tersenyum.
Malam hari, Sinta mengotak-atik makanannya dengan sendok, raut wajahnya terlihat lesu. Tiba-tiba dia  merasa mual dan pergi ke kamar mandi. Setelah itu,  Rama menghampiri Sinta dan memegangi dahinya. Badan Sinta terasa panas dan wajahnya yang pucat membuat Rama khawatir. Dia mengajak Sinta ke rumah sakit untuk berobat, namun Sinta menolaknya.
"Tidak perlu. Lagi pula ini hanya masuk angin, nantikan sembuh sendiri. Kau tidak usah cemas." Rama menggeleng.
"Tidak kau harus diperiksa. Bagaimana jika sakit mu bertambah. Kan kita juga yang repot," bantah Rama. Rangga melihat Rama dan menegurnya. "Kau ini bicara apa? Dia tidak pernah merepotkan ku, aku senang merawatnya." Rama memutar bola matanya dengan malas.
"Baiklah, aku mau diperiksa," sahut Sinta. Rama tersenyum.
"Nah, begitu dong!"
Rama pun membawa Sinta ke rumah sakit menggunakan mobilnya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria dengan pakaian khas dokter datang menghampiri Rama. Dia adalah dokter Salim yang merupakan teman Rangga sewaktu kuliah dulu. Dokter mengatakan kalau keluarga harus tetap menunggu di luar selama ia masih memeriksa Sinta. Semua mengangguk. Sedangkan dokter kembali ke ruangan untuk memeriksa Sinta.
Setelah itu, dia menghampiri Rama dan tersenyum, dia kemudian mengatakan bahwa Sinta  sedang hamil. Mendengar kabar itu, Rama dan keluarga merasa bahagia.
"Alhamdulillah, terimakasih ya Allah," ucap syukur Rama.  Dokter juga menasihati semua agar merawat Sinta dan tidak menyuruhnya melakukan aktivitas yang membuatnya letih.
Semua mengangguk sambil tersenyum. Mereka kemudian merawat Sinta dengan baik dan kasih sayang.

Comentário do Livro (24)

  • avatar
    HabibahNurul

    bagus

    05/07

      0
  • avatar
    PutriNanda

    keren

    05/07

      0
  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    Best

    02/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes