logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 ponsel di kamar sebelah

Aku sudah tidak sabar menunggu Mas Fery pulang. Kesal-kesal begini, aku kangen juga dengan suamiku.Tadi subuh sempat mengabari kalau Mas Feri akan berangkat pagi dari sana, agar tidak terlalu siang sampai disini.
Ku tata rapih semua ruangan dirumah mungilku ini,rumah yang aku dan Mas Fery bangun di atas tanah hibah dari orang tuaku.
Masakan juga sudah selesai, kalau -kalau nanti Mas Fery pulang dalam keadaan lapar,tinggal makan saja.
Pukul sembilan pagi,mobil Mas Fery masuk ke halaman rumah kecilku. Hatiku berbunga melihat kedatangan suamiku.Perlahan rasa kesal itu hilang dengan hadirnya sosok yang ku tunggu.
Mas Fery turun dan mengucap salam, aku mencium tanganya. Mas Fery memeluku dan menciumiku bertubi-tubi,biasa di lakukan kalau baru pulang bepergian.
Tunggu, ada yang beda.Kenapa baju Mas Fery harumnya beda dari biasanya? ini bukan parfum Mas Fery.
"Mas, kok wanginya beda?"tanyaku kepo sambil mengendus dada suamiku.
"Apaan sih,ini baju kamu yang nyuci,kamu juga yang nyetrika.Mas baru pake pas mau pulang tadi kok,Num.Disana nggak Mas pake"ucap Mas Fery sambil berlalu masuk.
"Mungkin karena baju itu sudah bercampur dengan parfum mobil kali,makanya harumnya beda"ucap Mas Fery sambil merebahkan tubuhnya karena lelah nyetir selama 3 jam. Aku langsung membongkar tas ransel yang kemarin Mas Fery bawa.
"Tumben rapih semua"ucapku saat mengeluarkan baju Mas Fery dari dalam ranselnya karena baju-bajunya terlihat rapih seperti habis di setrika.
"Mas, nggak ada baju kotor? ini bersih semua?"tanyaku pada Mas Feri sambil menunjuk arah baju yang suda aku keluarkan semua.
"Hemmm"jawab Mas Fery sambil terus memejamkan mata.
"Tumben Mas, nggak ada baju kotor. Terus ini juga rapih banget,siapa yang nyetrika?kamu?"kucecar Mas Fery dengan pertanyaan. Karena aku tau, Mbak Leni yang tinggal bersama ibu, tak pernah menyetrika baju kecuali baju sekolah anaknya. Katanya,ngirit listrik, lagipula bukan baju dinas juga jadi tak pernah menyetrika.
"Ya, Ya Mas lah yang nyetrika"jawab Mas Fery sedikit gugup.
Aku mengernyitkan kening karena heran.Sejak kapan Mas Fery rajin kalau dirumah ibunya? setahuku kalau disana, jangankan untuk nyetrika,baju kotor pun akan dibawanya pulang lagi.
Ah, tapi syukurlah setidaknya nggak menambah beban pekerjaanku dirumah.
"Mas ini kenapa sih, kalau dirumah Ibu selalu aja nggak menghubungi aku, aku tuh kesel tau"ucapku merajuk dan ikut tiduran di samping Mas Fery.Ku hirup sedap aroma tubuhnya, tetap wangi tapi agak beda.
"Ya Mas disana nggak banyak pegang HP"jawab Mas Feri sambil mengelus punggungku yang tiduran di sebelahnya.
"Halah, kalau aku ikut pulang kesana,Mas disana pegang HP terus"ucapku lagi.Karena memang iya,Mas Fery itu tipe orang yang nggak bisa lepas dari HP. Bahkan aku sering marah-marah dirumah karena ia lebih banyak pegang HP ketimbang ngobrol sama aku. Kalau dirumah ibu juga, kalau aku ikut pulang, Mas Fery selalu main HP.
"Yaudah sih,sekarang kan Mas udah pulang.Jangan ngambek lagi dong"Mas Fery menggodaku. Kulirik dia yang tersenyum manis ke arahku, kesel tapi aku kesemsem sama senyumnya.
**
Malam ini ada rapat dirumah Pak RT. Katanya mau ada acara pertandingan bola antar dusun, untuk memeriahkan lapangan karena sudah dua tahun pandemi,masyarakat tak pernah ada hiburan.Masyarakat mulai bosan dengan ditutupnya semua acara. Maka, acara pertandingan bola nanti adalah acara pertama yang di gelar secara terbuka.
Aku berniat mengambil modul kuliahku yang ku simpan di kamar sebelah. Kamar dirumahku ada dua, satu kamar utama. Yang satunya kamar untuk sholat dan menaruh barang-barang seperti lemari dan lainya.
Kudengar ada sesuatu seperti ponsel bergetar. Aku mencarinya tak juga ketemu.
Saat aku membuka laci meja tempat aku menyimpan modul,ada ponsel disana. Entah ponsel siapa.Ponselnya masih baru, kayaknya belum lama dipakai.
Aku penasaran dan membukanya. Kulihat di bilah aplikasi whatsapp ada 3 pesan.Aku membukanya karena memang ponselnya tidak dikunci.
Degh.
Tak ada nama di pesan whatsapp itu, hanya sebuah emotikon love berwarna merah jambu untuk menamai kontak yang mengirim pesan. Kubuka dengan dada berdegup.
[Mas,makasih ya, bajunya pas]
Dibawahnya sebuah foto perempuan yang sedang menjajal baju di depan cermin.
[Perut aku udah mulai keliatan ya,Mas]
Kepalaku seolah berputar melihat pesan whatsapp diponsel yang aku pegang. Ini perempuan yang ada di status Mbak Tatik kemarin.Kenapa ada ponsel ini dan kenapa kirim pesan disini?apa hubungannya?
Hanya itu pesan yang ada di HP ini, tak ada balasan ataupun chat sebelumnya.
Air mataku lirih, apakah Mas Fery selingkuh? Aku nggak bisa berpikir tiba-tiba. Aku syok, aku nggak ngerti dengan semua ini. Pikiran-pikiran jelek menghampiri aku.
Aku harus bagaimana sekarang? Ingin rasanya kubalas pesan-pesan perempuan ini, tapi nanti dulu.Aku harus cari tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku ingin mencoba membuka gallery foto, tapi keburu Mas Fery pulang,kudengar suara motor nya masuk ke halaman rumah.
Aku menghapus pesan yang tadi masuk,agar tidak ketauan kalau itu sudah ku baca.Dan seolah tak ada pesan apa-apa disana.
Ingin ku screenshoot tapi keburu Mas Fery datang.
Lagipula, aku belum tau pasti itu ponsel milik siapa, apakah memang ponsel simpanan Mas Fery, atau bukan.Tapi kalau bukan, kenapa ada disini?dirumahku?
Aku menghapus air mata yang tadi tumpah, meletakkan kembali ponsel itu dan mengambil modul yang tadi aku cari.
Kuhembuskan nafas untuk melonggarkan rongga dada yang tadi sesak.Kutenangkan perasaanku dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa, aku harus membuktikan dengan mata kepalaku sendiri apa yang mengganjal pikiranku. Mas Fery memasukan motor di ruang samping.
"Mata kamu kenapa,Num? kok merah? kamu abis nangis?"tanya Mas Feri mencecar melihat aku keluar menemuinya. Mungkin mataku masih meninggalkan bekas tangis tadi.
"Enggak.Siapa yang nangis? kelilipan kali,abis ambil modul tadi di kamar sebelah"kujawab dengan sebegitu santai pertanyaan dari Mas Fery.
"Modul? ka..kamar sebelah?"tanya Mas Fery gugup.
"Iya, modul ini"kuangkat buku tebal di hadapan Mas Fery.
"Besok aku mau mengerjakan tugas sama Aziza, makanya butuh modul ini"kulanjutkan lagi bicaraku untuk memperjelas.
"Kenapa,Mas?"tanyaku menelisik.
"Nggak.Nggak papa"jawab Mas Heru. Kemudian masuk meninggalkan aku dan langsung menuju kamar kami,bukan kamar sebelah.Mengganti pakaianya dengan kaos putih tipis,karena gerah.
Kupandang lelaki yang sedang berganti baju itu, ah entah apa yang sudah terjadi.
Kumasukkan modul ke dalam tas ransel,besok aku dan Aziza mau mengerjakan tugas kuliah yang sedikit lagi selesai.
Kurebahkan tubuh karena malam kian larut.Mataku terpejam tapi bukan tidur, sekadar untuk menghalau pikiran-pikiran buruk yang berkelebat.
Kurasakan Mas Fery mengecup keningku dan menutupkan selimut di tubuhku,mungkin dia pikir aku sudah tidur.
Mas Fery berjalan perlahan keluar kamar, membuka dan menutup pintu dengan sangat pelan.
Ada apa? kalau mau ke kamar mandi kenapa harus mengendap-endap.
Beberapa waktu kemudian, aku dengar suara orang sedang ngobrol.Aku keluar untuk mencari sumber suara.
Suara itu berasal dari dalam rumahku.
Ku intip kamar sebelah, tak ada orang.Suara itu berasal dari dapur ternyata.
Mas Fery sedang menelepon seseorang, bicaranya lirih seperti takut aku dengar. Tapi, karena malam yang kian larut,suasana hening sepi, jadi bicara pelanpun akan jelas terdengar. Aku menempelkan telinga di dinding dekat pintu, Mas Fery tak melihatku.
"Iya dek, Mas tadi sampai rumah langsung istirahat nggak sempat ngabari,malam tadi ada rapat RT"ucap Mas Fery berbicara dengan seseorang di telepon.
Tunggu-tunggu, kulihat tadi ponsel Mas Fery ada diatas meja riasku, dan itu?Ternyata itu ponsel yang tadi sore aku temukan di laci kamar sebelah.Hatiku memanas, Mas Fery sedang bicara sama siapa sebenernya,kok kayak mesra banget.
"Sabar ya sayang, nanti Mas sering-sering kesana"ucap Mas Fery lagi.
"Iya-iya sayang, kamu sabar aja ya.Pokoknya kalau urusan Mas sudah beres disini, kita nanti ngumpul sama-sama.Iya lah,Mas juga kangen"ucapnya lagi begitu manja.Entah apa yang lawan bicaranya itu ucapkan sehingga Mas Fery berkata begitu.
"Inget ya,jangan telepon ke nomor Mas yang satunya, telepon kesini aja.Tapi maaf kalau nggak di angkat, berarti HP nya lagi nggak di pegang. Kalau telepon di HP satunya, takut Hanum tau"ucap Mas Fery.
Aku semakin memanas mendengar obrolan mereka,sepertinya Mas Fery berbicara dengan lawan jenis, nggak mungkin sayang-sayangan kalo yang di telepon itu laki-laki.
Dugaanku benar, Mas Fery pasti selingkuh.Tapi aku nggak mau asal tuduh.Aku harus mengumpulkan banyak bukti lagi untuk mengungkap perselingkuhan ini.Sakit rasanya, ingin aku pukul Mas Fery dengan asbak keramik di meja ini.
Tenang Hanum,jangan gegabah. Untuk sekarang kuatkan sabarmu dan jalankan rencanamu.
Aku tak sengaja menyenggol kursi kemudian terdorong sedikit sehingga menimbulkan bunyi, cepat-cepat aku berlari dekat pintu.
Mas Fery kaget mendengar suara kursi yang berbunyi tadi dan menyembunyikan ponselnya di bawah tudung saji.
"Hanum?ngapain?"tanya Mas Fery gugup.
"Mau ke kamar mandi,mau pipis"jawabku beralasan.
"Mas ngapain disini?udah malem kok begadang, emang nggak ngantuk?"tanyaku.Kulirik jam diatas kulkas, menunjukan angka dua belas malam.
"Mas, gerah. Ha..haus. Jadi tadi Mas minum"jawabnya, lagi-lagi gugup.
Sudahlah Mas, nggak usah berbohong.Kamu sudah ketangkap basah.
Ucapku dalam hati.Aku nyelonong ke kamar mandi, kuhidupkan. kran kuat-kuat agar tangisku tak terdengar. Tapi, aku tak boleh lama-lama menangis. Aku harus mencari bukti kalau Mas Fery memang beneran selingkuh.
Awas aja kalau sampai aku bisa membuktikan semuanya,hidupmu bakalan hancur Mas.

Comentário do Livro (48)

  • avatar
    PertamaHeldi

    jelekk

    11/08

      0
  • avatar
    dari07Wulan

    Kren bnget kak

    23/07

      0
  • avatar
    alfiandandy

    bagus

    14/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes