logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Diagnosis Adel

Dering ponsel menyadarkan ku dari lamunan. Pikiran yang benar-benar kacau membuatku sama sekali tidak memperdulikan benda pipih tersebut sejak tadi.
Ku lihat ponsel yang berdering sedari tadi, terlihat nama Ibu pada layar ponsel yang tengah aku genggam. Mungkin Ibu sedang mencarimu mengingat aku sama sekali tidak mengabari Ibu tentang kejadian yang saat ini tengah aku hadapi di rumah sakit.
“Halo.” Sapaku saat pertama kali mengangkat panggilan dari Ibu.
“Kamu di mana, Pras. Pergi malam-malam tidak pamit sama Ibu. Kamu mau bikin Ibu khawatir, Pras?” Tanya Ibu terdengar khawatir.
“Aku, di rumah sakit.” Lirihku seperti tak bertenaga.
“Siapa yang sakit?”
“Adel, Bu.”
“Kan Ibu sudah bilang, Pras tidak usah membawa Adel ke rumah sakit. Biaya rumah sakit itu mahal. Tinggal belikan Adel obat di apotek nanti juga akan sembuh. Anak bayi biasa kalau demam.” Cerocos Ibu di ujung telepon.
Sungguh Ibu tidak mengetahui keadaan Adel yang sampai saat ini belum ku ketahui. Entah apa yang akan dokter sampaikan nanti tentang kondisi Adel.
“Adel kejang, Bu dan badannya panas sekali. Bagaimana mungkin Pras bisa tenang.” Ucapku mengingat bagaimana Adel kejang.
“Halah kalau kejang tinggal di beri bubuk kopi saja sembuh kok, Pras. Dulu waktu kau bayi juga pernah kejang dan Ibu kasih bubuk kopi juga kamu sembuh. Buktinya kamu bisa tumbuh besar sampai sekarang.”
Bicara dengan Ibu saat keadaanku sedang seperti saat ini rasanya sangat tidak mungkin. Pikiran-pikiran buruk pun akan dengan begitu cepat menelusup dalam otak yang sedang tidak baik-baik saja.
“Pokoknya sekarang ya, Pras Ibu nyuruh kamu pulang. Pulang sekarang juga dan bawa Adel pulang. Ibu yang akan mengurus Adel di rumah jika memang istrimu tidak mau merawat Adel. Biaya rumah sakit itu mahal.” Titah Ibu dengan suara yang meninggi.
Ibu menutup sambungan telepon dengan sepihak. Entah karena pikiranku yang kacau atau entah yang sebenarnya aku seperti merasa bahwa Ibu sama sekali tidak khawatir dengan keadaan Adel saat ini.
Tahukah Ibu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Seluruh persendian ku rasanya lemas dan otakku serasa membeku, tidak mau bekerja sama sekali. Hanya Adel dan Tari yang memenuhi isi otakku ini.
“Dengan Bapak Prasetya, orang tua dari Adelia Prasetya?” Tanya seorang perawat yang tiba-tiba datang saat aku tengah duduk di depan ruang rawat Tari.
“Iya saya, Sus.” Dengan reflek aku berdiri tepat di hadapan perawat tersebut.
“Dokter menunggu Bapak di ruangannya.”
“Dimana ruangannya, Sus?”
“Mari saya antar.” Suster tersebutpun mengangguk ramah dan selanjutnya mengantarkanku pada sebuah ruangan.
“Selamat malam, Dok.” Sapaku mengucapkan salam. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari namun dokter masih berjaga dan siap menjelaskan kondisi Adel saat ini.
“Dengan Bapak Prasetya ya, Pak orang tua dari ananda Adel?”
“Iya, Dok. Bagaimana kondisi anak saya?” Tanyaku dengan cemas.
“Begini, Pak sebelum saya menjelaskan kondisi Adel bolehkah saya menanyakan suatu hal terlebih dahulu pada, Bapak dan saya harap pak Pras bisa menjawabnya dengan jujur.” Ucap Dokter yang ku angguki.
“Apa Adel mendapatkan MPASI dini. Maksud saya apa Adel sudah mendapatkan asupan makanan selain dari ASI?” Tanya Dokter dengan hati-hati.
“Saya tidak tahu, Dok setahu saya Adel hanya minum ASI dengan tambahan sufor karena ASI istri saya tidak terlalu banyak.” Jawabku karena tidak terlalu tahu apa saja yang Tari lakukan dengan Adel pasalnya setiap hari aku selalu bekerja. Berangkat pagi dan pulang sore bahkan terkadang pulang malam.
“Pasalnya tadi saat melakukan pemeriksaan, Adel beberapa kali muntah dan di sana terdapat seperti makanan yang telah di haluskan. Bukan hanya ASI ataupun sufor. Bahkan saya menduga Adel ini juga mengkonsumsi cairan selain ASI terlalu banyak. Apa Adel di beri air putih terlalu banyak atau bagaimana?”
“Saya tidak tahu itu, Dok. Tapi tadi sebelum kesini memang Adel habis menyusu dan sepertinya susunya terlalu encer.” Ujarku mengingat air dalam boto Adel yang berwarna putih bening. Tidak seperti air susu pada umumnya.
“Untuk lebih jelasnya besok kita akan lakukan rontgen untuk mengetahui bagaimana kondisi bagian perut Adel. Pada diagnosis awal, saya menduga demam Adel ini di sebabkan karena adanya luka pada saluran pencernaan Adel, tapi untuk lebih jelasnya besok kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut.”
“Tapi tadi Adel sempat kejang, Dok.” Ucapku mengingat Adel yang kejang sebelum di bawa ke rumah sakit.
“Kejang itu di sebabkan karena suhu badan Adel yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan kejang. Untuk saat ini kita akan pantau terus keadaan Adel. Saya sudah memberikan obat penurun panas, semoga saja demamnya cepat turun dan besok kita akan lakukan pemeriksaan lanjutan.” Ujar dokter menjelaskan.
“Lakukan apapun yang terbaik untuk anak saya, saya mohon selamatkan anak saya.” Mohonku pada Dokter.
“Itu pasti akan kami usahakan.”
“Ya sudah, Dok saya pamit dulu. Saya ingin menjaga Adel sekaligus istri saya.” Ujarku berpamitan dengan dokter yang menangani Adel.
Aku keluar dari ruangan Dokter dengan perasaan yang entahlah. Bagaimana mungkin dokter mengira Adel memiliki masalah pada pencernaannya sedangkan yang aku tahu Tari tidak pernah memberikan makanan apapun pada Adel.
Pikiran buruk pun menyelinap, ingin menyalahkan Tari atas kondisi Adel tapi aku juga sadar. Harusnya aku juga memperhatikan tumbuh kembang Adel, bukan hanya mengerti tentang bekerja dan mencari nafkah. Nyatanya di rumah ada anak dan istri yang juga membutuhkan perhatianku.
“Kamu kenapa sih, Tari. Apa yang sebenarnya terjadi?” Teriakku di lorong rumah sakit.
Aku menjambak rambut yang telah kusut sejak tadi. Berusaha meluapkan segala rasa yang tengah aku rasakan. Berjalan dengan tertatih, berpegangan tembok seolah aku akan limbung.

Comentário do Livro (674)

  • avatar
    Arahma

    ceritanya bagus

    4d

      0
  • avatar
    Sella Andriani

    keren sih ini suka

    8d

      0
  • avatar
    Ari

    cara penulisan ada yg kurang/salah seperti kotak tapi di tulis otak

    14d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes