logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 6 Pengakuan Farah

Hari demi hari ku lewati dengan perasaan rindu terhadap Riko. Entah bagaimana dengan Riko, apa dia juga merasakan hal yang sama, aku tak tahu.
Walaupun aku dan Riko sering berbalas pesan melalui aplikasi berwarna hijau bergambar gagang telpon, tapi aku tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Aku takut kalau Riko akan menolakku, karena aku sadar aku bukanlah anak orang kaya dan terpandang. Tidak sedrajat dengannya yang notabenenya Riko adalah anak seorang konglomerat.
Semakin ku pendam perasaanku padanya, semakin hatiku terasa sakit. Bahkan dengan Farah sahabatku pun aku takut untuk menceritakannya. Entah kenapa aku sangat takut untuk menceritakan perasaanku ini pada orang lain, sekali pun itu sahabatku sendiri. Itulah mengapa akhir-akhir ini aku lebih sering menyendiri, Farah sampai bingung melihat perubahan sikapku ini.
"Kamu kenapa sih, Sya. Akhir-akhir ini aku lihat kamu lebih senang menyendiri, bukan dirimu banget gitu? Kesannya kamu itu seakan-akan menghindar dariku," ucap Farah suatu hari.
"Aku gak apa-apa kok, Far. Aku cuma lagi banyak tugas aja, makanya aku lebih senang menyendiri biar lebih fokus," sahutku memberi alasan.
Aku tahu mungkin jawabanku tidak begitu memuaskan untuk Farah. Karena Farah sangat mengenalku, menyendiri bukanlah kebiasaanku. Walaupun banyak tugas yang sering di berikan Dosen padaku, aku tidak pernah bersikap seperti ini kepadanya. Sebenarnya aku sangat takut dan juga malu kalau sampai ada orang lain tau tentang perasaanku pada Riko. Aku sangat menyadari, aku seperti seorang Upik Abu yang mengharapkan kedatangan seorang pangeran berkuda putih. Huuupp... Terdengar helaan nafas dari Farah.
"Sya...," panggil Farah. "Hhmm...," sahutku tanpa memalingkan wajahku dari ponsel yang sejak dari tadi aku main-mainkan.
"Sya...," panggil Farah sekali lagi. Segera aku memalingkan wajahku dan menatap kedua belah matanya. Terlihat jelas ada binar kebahagian yang terpancar dari kedua netranya. Mungkin saja saat ini Farah ingin membaginya denganku, seperti yang sudah-sudah. Perlahan ku raih tangannya dan ku usap-usap seraya berkata.
"Far. Aku lihat hari ini kamu nampak bahagia banget, ada apa? Biasanya kamu akan selalu berbagi denganku?" kataku pada Farah.
"Hhmm, cerita gak ya?" ucap Farah setengah menggodaku. Tangannya diletakkannya di bawah dagu seperti orang yang sedang berpikir.
"Ayolah, Far. Cerita," desakku penasaran.
"Ok, ok aku akan cerita, tapi kamu harus janji jangan kaget ya," ucap Farah akhirnya. Aku menganggukkan kepala tanda setuju.
"Kamu tau, Sya? Sebenarnya sejak bertemu untuk kedua kalinya dengan Riko di villa beberapa waktu lalu, aku merasa menyukainya dan lama-lama aku jatuh cinta dengannya," pungkas Farah.
Deg...
Aku begitu terkejut mendengar pengakuannya, ternyata selama ini aku dan Farah menyukai cowok yang sama. Berarti dugaanku dulu benar kalau Farah juga menyukai Riko. Ada rasa yang lebih sakit dalam dada ini dari pada menyimpan rindu seorang diri, setelah tau kenyataannya sahabatku sendiri menyukai cowok yang juga aku suka.
Rasa sakit itu seperti di tusuk oleh ribuan jarum sakit sekali. Ku coba untuk menyembunyikan semua perasaanku ini dihadapan Farah. Aku mencoba bersikap senormal mungkin di hadapannya, walau dadaku terasa sesak.
"Terus, apa Riko sudah tau, Far?" tanyaku.
"Belum, Sya. Kamu tau yang lebih mengagetkanku lagi ternyata Kakekku dan Kakeknya Riko itu berteman lama," ucap Farah antusias.
Aku terdiam mendengar kata-kata Farah.
"Kamu kenapa, Sya? tanya Farah seraya menggoyang-goyangkan tubuhku, hingga aku tergagap dibuatnya.
"A-aku tidak apa-apa, Far." jawabku.
"Oh iya, Sya. Kamu tau gak? Setelah aku bercerita pada Kakek tentang semua perasaanku pada Riko. Kakek berjanji buat bantu aku untuk mendapatkan Riko," ucap Farah penuh semangat, nampaknya Farah tidak begitu memperhatikanku. Saking sangat bahagianya, sampai-sampai dia tidak memperdulikan keadaan ku.
Tak terasa butiran bening menetes di kedua pipiku. Aku buru-buru menghapusnya agar Farah tak curiga.
"Dan, Sya. Kamu tau? Minggu depan keluarga ku dan keluarga Riko akan bertemu, kata Kakek sih mau bahas tentang hal ini," lanjut Farah lagi. Ku merasa waktu berhenti berputar, mendengar ucapannya barusan. Sebegitu cepatnya kah, tak ingin mendengar lebih lanjut cerita Farah. Buru-buru ku raih tas yang ada di sampingku.
"Maaf, Far. Kamu ceritanya lain kali aja lagi ya. Aku lupa kalau hari ini aku ada janji dengan Ibuku untuk mengantarkannya kerumah bibiku," ucapku seraya beranjak pergi meninggalkannya. Farah nampak terlihat bingung menatapku. Karena gak biasnya aku bersikap seperti itu.
"Kok aku di tinggalin sih?" ucap Farah.
"Maaf, Far. Aku benar-benar lupa kalau ada janji. Lain kali aja ya kamu ceritanya," ucapku agak nyaring karena sudah agak jauh melangkah meninggalkannya.
"Maafkan aku Farah," lirihku. Aku bukan tidak ingin mendengarkan Farah bercerita, tapi untuk saat ini perasaan ku sangat kalut. Aku tak ingin Farah tau apa lagi sampai curiga tentang perasaanku. Aku tak ingin merusak persahabatanku ini, biarlah perasaanku terhadap Riko ku simpan sendiri dan kalau mungkin ku kubur sedalam-dalamnya. Demi persahabatanku dengan Farah.
Aku menangis di sepanjang jalan menuju rumah, kenapa harus Farah yang menjadi sainganku. Kenapa bukan orang lain saja.
Ciiitttt...
Aku ngerem motorku secara mendadak, karena hampir saja aku menabrak seekor kucing yang melintas. Untung saja aku masih bisa mengendalikan motorku hingga tidak terjatuh.
"Untung saja," gumamku.
Aahh.. gara-gara Riko dan Farah pikiranku jadi kacau, konsentrasi ku hilang dan hampir saja aku kecelakaan untung saja aku masih bisa selamat. Aku mengetepikan motorku di pinggir jalan sebentar, ku atur nafasku sebelum melanjutkan perjalananku pulang kerumah.
Sesampainya di rumah Ibu menyambutku.
"Tumben pulang cepat, Sya. Biasanya sore kamu baru pulang," sapa Ibu ketika aku sudah sampai di rumah.
"Iya, Bu. Dosennya gak hadir," sahutku berbohong. Aku tau Ibu pasti curiga padaku, namun aku tak peduli perasaanku saat ini benar-benar sedang kacau. Kalau aku memaksakan untuk mengikuti pelajaran, yang ada malah semakin kacau. Aku segera masuk kedalam kamarku.

Comentário do Livro (301)

  • avatar
    كرنيءاسبه كرنيءاسيه كرنيءت

    cerita yh bgus, dan trjdi didunia nyata.. sorti yg tlah ku alami smasa dlu.. alur yg bgtu smpurna.. trimksh utk pnulisan crta yg bgtu mnkjubkn😉🌹🌹🌹

    03/05/2022

      0
  • avatar
    TasnimNur Aina

    aku sangat suka bab ini

    5d

      0
  • avatar
    PurnamaNaura

    halo saya sangat senang membaca ini karna seru dan enak di baca

    14d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes